View Full Version
Kamis, 18 Jun 2015

Ramadan, Saat Si Kecil Enggan Berpuasa

Ramadan datang, umumnya anak-anak menyambutnya dengan riang gembira. Bagaimana tidak bila siangnya berlapar-lapar kemudian sorenya disambut dengan datangnya berbuka puasa. Alhamdulillah. Tak lama kemudian siap-siap salat Isya dilanjut tarawih jamaah. Momen bertemu dengan teman-teman dan belajar ibadah bersama. Belum lagi dini hari seru bangun untuk makan sahur dan bersiap salat Subuh berjamaah.

Sayangnya, si kecil yang merupakan putra/putri bunda sendiri ternyata menyambut Ramadan tidak seceria anak-anak lainnya. Ia merasa akan kelaparan dan mati kehausan bila harus berpuasa di siang terik begini. Tak ada keinginan sedikit pun dalam dirinya untuk ikut berpuasan sebagaimana teman sebaya. Ia bersikukuh harus makan dan minum demi kelangsungan hidupnya.

Bunda, jangan panik. Coba perhatikan dulu usia putra/putri tersebut. Lima tahun? Tujuh atau bahkan lebih? Selama si kecil belum baligh, tak perlu cemas berlebihan. Masih ada waktu untuk menanamkan pentingnya puasa di bulan Ramadan padanya. Coba cek ke diri sendiri dulu, sudahkah kita sebagai orang tua meluangkan waktu untuk berbincang tentang Ramadan dan maknanya dengan anak-anak?

Jangan-jangan kita merasa sudah cukup dengan memasukkan anak-anak ke sekolah full day. Ada ustaz dan ustazah yang siap membimbing mereka termasuk dalam urusan puasa Ramadan ini. Sebagai orang tua yang merasa sudah mengeluarkan banyak biaya, kita maunya menerima jadi. Walhasil, kita akan bingung dan cemas sendiri ketika tiba-tiba si kecil enggan berpuasa. Alasan-alasan yang dikemukakan pun sekilas logis tapi cukup membuat kita terhenyak.

Ada apa sebenarnya di balik alasan si kecil takut kehausan ketika berpuasa? Mengapa ia keukeuh dengan pendapatnya sendiri meskipun teman-teman sebaya sudah mulai latihan puasa? Hal-hal seperti ini perlu kita ketahui penyebabnya.

...Coba cek ke diri sendiri dulu, sudahkah kita sebagai orang tua meluangkan waktu untuk berbincang tentang Ramadan dan maknanya dengan anak-anak?...

Sembari berusaha mencari tahu alasan sikap enggan berpuasa si kecil, biarkan dulu ia dengan keputusannya. Bila ia ingin minum, biarkan saja dulu. Bila ia ingin makan, tunjukkan padanya bahwa meja makan kosong jadi ia harus menerima makan apa adanya. Biskuit atau cemilan ringan misalnya. Satu hal penting, ia tidak boleh minum dan makan di luar sehingga terlihat oleh temannya yang sedang berpuasa. Tanamkan sedari dini bahwa ia harus menghormati orang-orang yang sedang berpuasa.

Sehari, dua hari, ia boleh bersikap ‘semaunya’. Hari berikutnya, coba bunda luangkan waktu untuk mengajaknya bicara. Bukan tak mungkin, sikap enggan berpuasa yang ditunjukkannya sekadar cara untuk menarik perhatian dari ayah bundanya. Ajak dia ngobrol dalam situasi yang membuatnya nyaman, bukan ketakutan atau terintimidasi. Dari situ nanti bunda akan tahu alasan-alasan yang sebenarnya mengapa ia enggan berpuasa.

Sebagai langkah awal, buat jadwal puasa esok hari sebagai latihan. Dia boleh makan dan minum di jam-jam tertentu saja. Misalnya pukul 9 pagi, 12 siang, 3 sore dan Magribnya bisa buka puasa bersama-sama ayah dan bunda. Setelah ini terlewati, naik level ke penambahan jam. Hingga dia bisa berpuasa sampai tengah hari. Hal ini terus dilakukan dengan tetap dalam pengawasan bunda dan pemantapan pemahaman. Jangan lupa memberi hadiah bila si kecil patuh pada jadwal yang disepakati bersama. Semoga dengan cara ini, si kecil menjadi semangat latihan berpuasa dan semakin tahun semakin sempurna hingga bisa sehari penuh, insya Allah. (riafariana/voa-islam.com)

 Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version