View Full Version
Selasa, 23 Jun 2015

Kisah Mualaf, Pencarian Kebenaran dari Negeri Viking Norwegia (Bagian 1)

Oleh: Raidah Athirah

****

Semenjak tinggal di Polandia saya banyak dipertemukan dengan mualaf. Alhamdulillah sebuah nikmat menguatkan hati yang rapuh manakala gelombang fitnah terus menyebar di semua sisi hidup. Allah jua Tuhan Yang Mahamenjaga.

Abu Aisha, suami saya sendiri adalah seorang mualaf. Terlahir dari sebuah keluarga Katolik di Legionowo, Polandia di bulan Juni atau jatuh pada bulan Syaban dalam penanggalan hijriyah .

Menyelesaikan pendidikan tehnik di ibukota Warsawa telah membuka pikirannya tentang orang -orang Muslim yang kelak pandangan ini membawanya pada hidayah di negeri Viking, Norwegia.

Menceritakan sepenggal perjalanan beliau bermaksud agar kita memahami bahwa hidayah Islam itu harus dijaga dengan ilmu dan doa. Gelombang fitnah akhir zaman semakin keras. Bila tak ada pegangan, perlahan iman bisa terhempas atau bahkan hancur. Naudzubillahmindzalik.

...Jauh bahkan beberapa tahun sebelum Allah mempertemukan kami, beliau telah menjadi Muslim. Memilih dipanggil Abdullah dengan tetap mengikat nama keluarganya, Pisarzewski...

Saya jadi mengingat cerita yang dulu menyebar bahwa karena sayalah beliau menjadi Muslim. Ini adalah kebohongan yang luar biasa. Di awal pernikahan banyak yang menyangsikan keislaman beliau. Di awal pernikahan pula saya begitu tertekan mendengar ocehan sana sini tentang rupa beliau yang begitu Eropa yang dianggap karena faktor pernikahanlah Islam itu di hati.

Jauh bahkan beberapa tahun sebelum Allah mempertemukan kami, beliau telah menjadi Muslim. Memilih dipanggil Abdullah dengan tetap mengikat nama keluarganya, Pisarzewski. Saya yang perempuan asing ini hanya dikenal kurang lebih tiga bulan. Bila beliau menjadi Muslim karena saya, secepat itukah orang berpindah keyakinan?

Ketika hidayah itu datang, beliau menceritakan dengan penuh rasa haru bagaimana hari, bulan dan tahun mulai berubah penuh kegembiraan. Seakan kalimat yang ingin keluar adalah, hidayah Islam membuat beliau terlahir sebagai manusia yang mengerti tujuan hidup .

Norwegia. Ya, di tanah Viking ini hidayah ini bermula. Interaksi beliau dengan orang-orang Palestina, Yordania, dan Somalia membawa pengaruh pada pandangan beliau terhadap orang-orang Muslim.Di waktu yang sama fitnah terhadap Islam begitu memuakkan di Eropa. Meskipun demikian tak ada keraguan meniti jalan hidayah .

Menjawab semua tanya di hati, tentang tujuan hidup dan konsep tauhid yang benar akhirnya bermuara pada keputusan final untuk kembali kepada Islam. Keputusan ini mendatangkan tanggung jawab yang besar, namun hati yang telah dibimbing tak sedikit pun ragu walau kesendirian dan keterasingan datang bertubi-tubi.

...Norwegia. Ya, di tanah Viking ini hidayah ini bermula. 

Tak pernah terpikir bahwa dari darah Pisarzewski, Allah memberi hidayah kepada beliau. Dari Serock sampai ke Legionowo tak pernah beliau mengenal Islam apalagi wajah umat Islam. Semuanya tentang Islam tak pernah ada cerita.

Dan ketika beliau menjadi Muslim cerita tentang Islam di keluarga Pisarzewski dimulai. Ketika Islamphobia begitu marak bahkan sampai ke sekolah-sekolah, seorang keponakan laki-laki yang duduk di sekolah setingkat SMU memberikan pembelaan. Saat itu ada guru yang mengatakan tentang orang -orang Muslim yang barbar dan tidak mengenal peradaban.

Pemuda ini berdiri dan memberikan pembelaan (semoga Allah menunjukkan jalan kebenaran padanya).

"Apa yang guru katakan tentang orang-orang Muslim adalah karangan kebencian. Paman saya seorang Muslim dan saya pastikan dalam keluarga kami dia seorang yang baik dan penuh sopan santun ."

"Apakah ia seorang Polish (orang Polandia) ?

"Ya, ia berdarah 100% Polandia."

Pemuda ini menceritakan peristiwa tersebut saat kami semua berkumpul di Serock. (riafariana/voa-islam.com)

(Bersambung)


latestnews

View Full Version