View Full Version
Rabu, 02 Sep 2015

Pelukan Kekasih, Bekal Istri Menghadapi Momen Sensi

Ada kalanya hati perempuan itu berada di puncak sensi alias sensitif. Bawaannya ingin jengkel, marah atau bahkan nangis saja. Tanpa sebab ataupun tidak, hormon tubuh mengajak untuk bereaksi negatif terhadap apapun yang ada di sekitar. Biasanya ini adalah masa-masa PMS alias menjelang haid tiap bulan. Atau bisa jadi karena rasa letih akibat tugas rutin rumah tangga yang seputar sumur, kasur dan dapur. Belum lagi bila suami miskin apresiasi, makin muntab rasa hati. Betul kan?

Bila sudah begini, maka para suami harus mawas diri. Biasa kok para istri memunyai momen sensi seperti ini. Suami yang pengertian maka ia berusaha memahami kondisi sang istri. Bisa dengan turun tangan meringankan tugas rumah tangga semisal membantu mencuci piring atau bahkan ‘sekadar’ membantu menggendong si kecil agar bundanya bisa beristirahat barang sejenak. Kepedulian suami berarti banyak bagi para istri untuk menetralkan hati yang sedang sensi.

...Kepedulian suami berarti banyak bagi para istri untuk menetralkan hati yang sedang sensi...

Sang istri sendiri harus segera menetralisir suasana hatinya yang sedang ‘roller coaster’ alias naik turun secara dramatis tersebut. Bisa dengan berwudhu, salat sunah 2 rakaat, atau bahkan melakukan hal menyenangkan lainnya. Bagi penyuka coklat, zat yang terkandung di dalam kudapan manis ini bisa membikin rileks syaraf juga loh. Rasa lumernya di lidah, rasa manisnya yang bercampur dengan zat buah coklat memberikan rasa nyaman. Coba deh kalau tak percaya!

Waktu yang beberapa menit tersebut begitu berarti bagi seorang perempuan. Yakinlah bahwa dia tak akan tahan berlama-lama jauh dari si buah hati ataupun suami. Ketika dia kembali, insya Allah kondisi hati dan psikologisnya jauh lebih baik untuk memberikan pelayanan yang prima. Buah hati senang, suami pun bahagia.

Tapi ada satu hal lagi yang sering diabaikan oleh pasangan yang sudah dikaruniai putra. Apakah itu? Pelukan. Seiring dengan hadirnya si buah hati, pasangan suami istri biasanya menjadi enggan menunjukkan kemesraan di hadapan anak-anaknya. Padahal pelukan bukanlah sesuatu yang tabu atau terlarang apalagi bila dilakukan untuk menjalin kehangatan dan keharmonisan. Selain menguatkan ikatan antara satu dengan yang lain, pelukan juga akan memberikan pemahaman pada si anak bahwa ayah ibunya akur dan akrab.

...Cukup pelukan hangat dari sang imam yang mampu memberinya rasa nyaman. Ia akan merasa bahwa dirinya disayang, dihargai, dan dimengerti...

Peluklah ibu dari anak-anakmu wahai para suami. Karena beratnya tugas seharian mengasuh anak-anakmu, menjaga harta dan rumahmu, serta menjaga kehormatan diri sebagai istri, ibu dan muslimah butuh diapresiasi. Bukan harta, materi atau keindahan duniawi yang diharap. Cukup pelukan hangat dari sang imam yang mampu memberinya rasa nyaman. Ia akan merasa bahwa dirinya disayang, dihargai, dan dimengerti. Dalam pelukan sang kekasih hati maka seluruh penat langsung terusir pergi.

Bagaimana bila suami tipe dingin dan enggan memberikan pelukan? Mintalah padanya, wahai istri. Bila perlu, berinisiatiflah untuk memeluk suami lebih dulu. Suami istri bukan tempatnya berlomba ego, tapi memberikan yang terbaik kepada pasangannya agar tercipta sakinah di dalam rumah. Bukankah begitu?

Bila sudah sama saling berusaha memberikan yang terbaik, maka sindrom sensi sang istri akan mudah teratasi, insya Allah. Jangan menunggu si sensi datang dulu, cegah ia selagi bisa. Berikan pelukan di pagi hari, karena itu bisa menjadi bekal bagi istri untuk menghadapi hari bersama sang buah hati. Ingatlah, di tangan perempuan yang gampang sensi inilah, masa depan anakmu sedang diletakkan. Karena itu, baiklah padanya dan berilah hadiah meskipun ‘hanya’ dalam bentuk pelukan. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version