View Full Version
Sabtu, 25 Jun 2016

Mengajari Anak Cinta I'tikaf tanpa Meninggalkan Keceriaan Masa Kanak-kanak

Tak terasa Ramadan sudah memasuki 10 hari terakhir. Bagaimana dengan latihan puasa dan ibadah lainnya anak-anak di rumah, bunda salihah? Semoga semua lancar dan menjadikan anak-anak pribadi yang salih dan salihah, insya Allah.

Ramadan yang akan segera berlalu jangan sampai kita kehilangan momen di penghujungnya yaitu ibadah i’tikaf. I’tikaf artinya berdiam di masjid. Berdiam di sini bukan pindah tidur melainkan diisi dengan kegiatan ibadah yang bisa meningkatkan kualitas Ramadan kita. Bagi orang dewasa yang telah paham makna ibadah, i’tikaf adalah satu hal yang ditunggu. Tapi bagaimana dengan anak-anak yang dunianya adalah bermain?

Di bawah ini ada beberapa cara yang saya kutip dari productivemuslim dan juga Ummi Yana Nurliana agar anak kenal dan mencintai i’tikaf.

Cara pertama: Sejak masuk bulan Ramadan, buatlah kemah Ramadan di dalam rumah. Anak-anak pasti suka dengan ide dan kegiatan kemah-kemahan di dalam rumah seperti ini. Kemah ini bisa dibuat dari kain jarit atau selimut yang ujungnya diikatkan pada kursi atau meja. Di dalam kemah ini, buatlah dekorasi islami yang indah sehingga anak-anak kerasan tinggal di dalamnya. Letakkan poster tentang sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, perjuangan para salafus salih dalam  menimba ilmu dan jihad, keutamaan sadaqah dan lain-lain.

...I’tikaf di masjid adalah momen bagi anak-anak untuk bertemu dengan anak-anak lainnya yang juga ikut orang tuanya beribadah. Biarkan mereka berkenalan, bermain bersama, ngobrol atau bahkan berlari-lari selama tidak mengangggu jamaah lain dalam i’tikafnya...

Katakan pada anak-anak bahwa kemah ini adalah tempat spesial mereka yang tidak semua orang boleh memasukinya. Kemah in adalah tempat mereka untuk beribadah, salat, baca Qur’an, berdzikir, membaca buku-buku Islam atau bahkan ‘sekadar’ berpikir dan bercita-cita akan hal-hal yang baik. Mereka boleh keluar masuk kemah sesukanya. Tapi pastikan tidak ada gadget yang masuk ke dalam kemah. Karena i’tikaf bukanlah tempat untuk mainan hape,melainkan merenung tentang alam, kehidupan dan segenap penciptaannya.

Cara kedua: Anak-anak diajak langsung ke masjid untuk i’tikaf tapi dengan syarat semua buku dan mainan kesukaannya juga ikut dibawa serta. Gadget, sama dengan cara pertama adalah benda terlarang untuk dibawa ke masjid. Bukannya tidak boleh, tapi kita tidak akan mengajari anak untuk tergantung pada game yang ada di hape dan melupakan bersosialisasi dengan sekitar.

I’tikaf di masjid adalah momen bagi anak-anak untuk bertemu dengan anak-anak lainnya yang juga ikut orang tuanya beribadah. Biarkan mereka berkenalan, bermain bersama, ngobrol atau bahkan berlari-lari selama tidak mengangggu jamaah lain dalam i’tikafnya. Hal ini tidak mungkin terjadi bila anak sibuk sendiri dengan gagdetnya. Hal ini sudah dipraktekkan oleh ummi Yana Nurliana kepada putranya yang usia sekitar 6 atau 7 tahun. Selama 10 hari di masjid tanpa pulang ke rumah sama sekali, putranya tersebut cukup ‘anteng’ dalam artian tidak merengek minta pulang.

Semoga kedua cara di atas bisa menjadi solusi para orang tua untuk mengajari anaknya i’tikaf tanpa meninggalkan keceriaan masa kanak-kanak mereka. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version