View Full Version
Sabtu, 08 Oct 2016

Kisah Mualaf Angel: Laki-laki Muslim itu Akhlaknya Luar Biasa Menakjubkan!

Assalamu’alaikum. Namaku Angel dari USA. Sejak awal, aku percaya akan adanya satu Tuhan. Kehidupan yang kulalui tidak mudah. Keluargaku ‘rusak’ dan masyarakat tempat aku tinggal juga tidak lebih baik keadaannya. Aku sering menangis meminta tolong kepada Tuhan untuk bisa lepas dari seluruh rasa sakit ini. Aku bersimpuh memohon padaNya di dapur. Itu karena aku tidak percaya terhadap gereja dengan konsep manusia yang menjadi perantara antara jamaahnya dengan Tuhan. Satu konsep yang tidak masuk akal.

Ketidakpercayaanku ini juga berlaku untuk keyakinan terhadap Yesus. Bagaimana mungkin seorang manusia rela mati demi menebus dosa manusia lainnya? Di pihak lain, bagaimana bisa kita mendapat dosa turunan juga? Aku tak percaya dengan Bible sama sekali. Ini adalah kitab yang sudah diterjemahkan dan ditulis ulang berkali-kali. Bagaimana kita bisa yakin bahwa kitab ini berasal dari Tuhan jika begini keadaannya?

Usia 15 tahun, aku sempat menyerah dalam pencarian terhadap eksistensi Tuhan. Saat beranjak dewasa, aku baru menyadari bahwa setiap orang memunyai masalahnya sendiri-sendiri. Tipikal masyarakat Amerika. Ayahku adalah buruh kasar yang pemabuk. Ia sering melakukan kekerasan baik seksual maupun fisik sehingga membekas cukup dalam pada diriku. Saat aku kelas 6 SD, dia meninggal setelah sebelumnya sakit keras dan bercerai dari ibuku. Sejak saat itu, ibu bekerja membanting tulang untuk menafkahi kedelapan anaknya. Aku adalah si bungsu yang sering ditinggal sendiri di rumah saat ibu bekerja.

Aku pun tumbuh menjadi anak yang menutup diri dari lingkungan. Aku berpakaian serba hitam dan memakai make up gelap. Aku menyebut diriku beraliran gothik dan sangat suka berimajinasi tentang kematian. Menurutku, hanya kematian yang bisa membuatku lepas dari seluruh rasa sakit kehidupan ini. Rasa sakit dalam jiwa membuatku memilih minuman beralkohol, merokok dan seks bebas menjadi pelarian. Sekitar 15 kali aku mencoba bunuh diri. Semua itu kulakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dalam jiwa. Tapi tetap, rasa itu tak pernah mau pergi.

...Aku benar-benar dibuat takjub ketika menyaksikan laki-laki itu bukan hanya menggendong putriku yang baru lahir tapi juga mengajaknya bicara dengan sangat lembut. Seumur hidup aku tak pernah menyaksikan pemandangan seperti ini...

Aku hamil anak pertama saat duduk di bangku kuliah. Meskipun lahir tanpa ayah akibat gaul bebas, aku tak ingin menggugurkannya. Aku merawatnya dan bekerja demi bisa memberinya makan. Rasa perih dalam jiwa mulai terlupakan karena kehidupanku fokus pada anak. Tiga tahun kemudian aku berpacaran dan tunangan. Aku pun hamil anak kedua. Kali ini, aku memilih laki-laki yang salah lagi. Ia selingkuh dan sering menyiksaku. Aku pun semakin tak percaya lagi dengan siapa pun khususnya laki-laki.

Karena butuh makan, aku bekerja pada laki-laki Pakistan yang beragama Islam. Aku tak terpengaruh pendapat negatif mayoritas orang tentang Muslim. Itu karena aku tidak suka nonton TV yang sering buruk dalam memberitakan Islam dan pemeluknya. Aku pun berteman dengan beberapa Muslim. Di titik inilah aku menyaksikan sesuatu yang luar biasa. Orang-orang Islam ini memunyai akhlak yang menakjubkan. Ketaatan mereka pada Tuhan dibuktikan dengan ibadah sebanyak lima kali sehari. Mereka tidak minum-minuman keras dan tidak mengkonsumsi narkoba. Untuk ukuran Amerika, mereka bisa dibilang jenis manusia kuno.

Saat anak keduaku lahir, aku pun semakin takjub dengan apa yang mereka lakukan. Tanpa segan, mereka datang memberi putriku hadiah dan bahkan menggendongnya. Aku benar-benar dibuat takjub ketika menyaksikan laki-laki itu bukan hanya menggendong putriku yang baru lahir tapi juga mengajaknya bicara dengan sangat lembut. Seumur hidup aku tak pernah menyaksikan pemandangan seperti ini. Berikutnya bisa ditebak, aku semakin penasaran terhadap agama yang mengajarkan kebaikan dan kelembutan ini.

Satu hari, aku meminjam komputer dari salah satu laki-laki muslim tersebut. Aku terlalu segan untuk bertanya langsung pada mereka tentang Islam. Jadilah aku berusaha mencarinya sendiri di internet. Situs http://www.islam-brief-guide.org. adalah yang pertama kali kubuka. Saat itu juga aku seolah tak bisa berkata-kata. Seluruh kegelapan seolah terangkat dari jiwaku. Aku berani bersumpah bahwa saat itu aku tidak pernah merasa sedekat itu dengan Tuhan.

Tak butuh waktu lama, 1 x 24 jam aku langsung yakin untuk berikrar syahadat.

Setelah masuk Islam, aku terus merasakan keajaiban demi keajaiban. Hatiku yang penuh amarah, dendam dan sakit hati menjadi tenang dan bersih. Semua rasa itu sirna. Sebagai gantinya aku merasakan cinta Allah yang luar biasa besar untukku. Aku pun mampu untuk berhenti dari minuman keras, rokok dan narkoba. Allah bahkan menganugerahiku laki-laki Muslim yang baik sebagai suami. Ia menganggap kedua anakku seperti anaknya sendiri. Aku pun memiliki apa yang selama ini aku rindukan: sebuah keluarga yang baik dan harmonis. Alhamdulillah. (riafariana/voa-islam.com)

Sumber: islamconverts


latestnews

View Full Version