View Full Version
Senin, 24 Oct 2016

Mualaf Alizia Kim: Kesuksesan Membuat Jiwaku Kosong (Bagian 1 dari 2)

Assalamu’alaikum. Sebenarnya sulit sekali untuk memulai menulis apa yang ingin aku ceritakan tentang awal mula aku masuk Islam. Tapi baiklah, aku mulai saja dengan memperkenalkan diri.

Namaku Aliza. Kehidupanku secara umum tak berbeda dengan kehidupan orang lain. Hanya saja, aku memunyai pengalaman hidup yang cukup beragam. Mulai dari sekolah, aku sudah pernah bersekolah di tempat yang paling buruk dan juga tempat yang terbaik di dunia.

Aku juga sudah pernah merasakan perjalanan keliling dunia lebih dari 10 negara. Untuk pekerjaan, aku pernah bekerja di berbagai bidang dan menjadi apa saja mulai dari pelayan hingga anggota senior satu korporat besar. Menjadi penerjemah untuk militer dan model papan atas juga sudah pernah kualami.

Kehidupanku adalah perpaduan antara kerja keras, petualangan, perjuangan dan sedikit ada glamornya. Aku sering menjadi model kover beberapa majalah. Pada saat yang sama, majalah-majalah lain mengulas profilku di rubrik utama.

Tapi ada satu masa yang benar-benar berbeda. Setahun sebelum masuk Islam, aku memutuskan untuk menjauh dari hal-hal duniawi. Duniaku tak lagi dalam jangkaun blitz kamera. Duniaku dikelilingi oleh teman-teman yang baik hati. Dalam kondisi ini, aku menemukan kedamaian. Ya...kedamaian dan kebenaran yang kudapatkan pada agama yang tidak kukenal sebelumnya.

Akhirnya aku menemukan agama yang damai, tulus dan penuh rasa hormat. Uniknya, agama ini ‘menyembah hanya 1 Tuhan’. Tuhan yang sama dengan yang disembah oleh Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, Daud dan Yesus/Isa. Tuhan yang sama yang aku sembah sebagai seorang penganut Kristiani yang taat selama ini.

...Sekilas, orang melihat kehidupanku baik-baik saja. Semua seolah berjalan dengan lancar dan sangat mudah. Tapi sesungguhnya di dalam jiwaku, kondisiku hancur berkeping-keping. Aku pernah berada di titik kritis mengidap depresi...

Agama ini juga agama yang paling banyak disalahpahami berkaitan dengan beberapa kejadian akhir-akhir ini. Awal aku belajar Islam arena aku ingin semakin meningkatkan keimananku pada iman Kristen. Saat itu aku dalam kondisi terpuruk. Aku butuh pegangan yang kuat dalam iman Kristen. Siapa yang menduga ternyata pencarian itu malah mengantarkanku pada iman Islam baik sebagai agama maupun way of life.

Aku menemukan Islam bukan melalui media yang banyak salah dalam pemberitaannya. Aku menemukan Islam melalui sejarawan, ilmuwan, pemangku jabatan dalam Kristiani, ahli Bible/injil, Syeikh, dan beberapa teman muslim. Di antara itu semua yang paling utama adalah apa yang kurasakan dalam hatiku tentang kebenaran dan agama Islam.

Masa lalu yang suram, bahkan sering aku dalam kondisi kelaparan dan menjadi gelandangan, membuatku bertekad untuk menjadi orang sukses. Di sekolah, aku selalu menjadi murid yang berprestasi dan mendapat beasiswa. Saat ini pun aku memunyai doble gelar setingkat sarjana yaitu di bidang Ekonomi dan Sosiologi. Gelar Magister kuraih di bidang Bisnis Internasional.

Aku yang aslinya memunyai sifat pendiam dan introvert, mulai mengubah diri dan bertekad menjadi yang terbaik dalam bidang apa pun yang kupilih. Aku pun aktif di berbagai organisasi, menjadi ketua pelajar, aktivis kampus, prestasiku diakui hingga berhasil membawaku ke Pentagon di Washington DC. Setelah menyabet gelar MBA, aku mendapat pekerjaan yang dalam waktu singkat membawaku ke posisi Marketing Direktur di usia sangat muda.

Sekilas, orang melihat kehidupanku baik-baik saja. Semua seolah berjalan dengan lancar dan sangat mudah. Tapi sesungguhnya di dalam jiwaku, kondisiku hancur berkeping-keping. Aku pernah berada di titik kritis mengidap depresi. Banyak keputusan buruk yang kuambil untuk bisa melalui semua ini. Kesuksesanku di bidang model tidak serta merta membuatku bahagia. Bahkan aku pernah memutuskan menjadi model yang begitu banyak mengeksploitasi tubuhku. Astaghfirullah.

Saat itu aku memang merasa bebas dan merdeka. Ditambah dengan gaya hidup glamor dari satu pesta ke pesta yang lain, untuk sesaat aku mengira aku bahagia. Tapi saat sendiri, aku merasa kosong dan sepi. Rasanya bukan hidup seperti ini yang kuinginkan. Aku kangen dengan kehidupanku yang tenang dan jauh dari kebisingan. Aku rindu dengan diriku yang dulu sebelum aku menjadi model terkenal. Dan akhirnya aku memutuskan meninggalkan dunia tersebut beserta teman-teman yang ada di sana.

Inilah awal dari perjalananku hingga akhirnya menemukan Islam. (riafariana/dbs/voa-islam./com)

(Bersambung)


latestnews

View Full Version