View Full Version
Kamis, 02 Feb 2017

Bayi Positif Narkoba, Salah Siapa?

Oleh: Binti Istiqomah*

Maraknya penyalahgunaan terhadap pemakaian narkoba seolah hampir tak bisa lagi dicegah. Mudahnya untuk mendapatkan barang tersebut dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, tentu saja sangat meresahkan masyarakat. Mengingat dampak yang ditimbulkan tidak hanya berpengaruh pada kualitas mental dan pendidikan para pemakainya, namun tak jarang berimbas pada terganggunya keamanan masyarakat di sekitarnya.

Sebelumnya publik sempat dibuat miris oleh kabar tewasnya Anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya berinisial RPI (30) yang diduga karena overdosis narkoba jenis ekstasi dan sabu di dalam kamar Hotel Feodora Lantai 4 Nomor 401, Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (21/1/2017) pagi. Kini kembali mencuat ke hadapan publik, fakta yang tak kalah memprihatinkan. BNN Provinsi Kalimantan Tengah menemukan bayi berusia 5 bulan yang positif narkoba. Bayi berusia 5 bulan ini positif narkoba jenis sabu-sabu.

Hal ini terkuak berawal dari penangkapan pasangan suami istri. Deni, ayah bayi malang ini, tega mengajak sang istri berinisial RI mengonsumsi sabu-sabu padahal RI sedang menyusui. Itulah yang menyebabkan bayi perempuannya tertular kandungan barang haram tersebut. Menurut hasil pemeriksaan, bayi ini tertular melalui ASI yang diberikan oleh ibunya. (TRIBUNNEWS.COM 23/01/17)

Fakta tersebut membuktikan betapa lemahnya negara dalam menjamin keamanan bagi rakyatnya. Seorang bayi yang belum paham apapun, turut merasakan dampaknya. Derasnya peredaran narkoba dikarenakan tidak tegasnya pemerintah dalam menegakkan hukum tentu sangat disayangkan. Inilah akibat diterapkannya sistem demokrasi ala kapitalis di negeri ini. Sistem ini tidak hanya menjunjung tinggi kebebasan namun juga mengutamakan keuntungan bagi segelintir orang khususnya pemilik modal. Perilaku yang ada tidak lagi memikirkan halal-haram, namun lebih pada manfaat dan keuntungan yang didapat.

...Negara bertanggung jawab penuh dalam memberikan hukuman berat. Tidak hanya kepada para pengedar dan produsen, tapi juga aparat yang  memberi keleluasaan peredaran narkoba...

Melansir dari TRIBUNNEWS.COM 20/01/17, Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengaku punya komitmen untuk menghentikan peredaran narkoba. Ia menilai kejahatan itu harus dihentikan. Menurut Ahok, pemutusan rantai penjualan narkoba harus dimulai dari pembelinya. Ia menilai, dengan tidak adanya permintaan, peredaran narkoba pun bisa hilang.

Namun jika kita cermatipesatnya peredaran barang laknat tersebut ditengah-tengah masyarakat, hal ini tentu akan sulit untuk dilakukan. Tidak asing lagi ketika keuangan menjadi kendala, para pemakai pun berani melakukan apa saja demi mendapatkan barang. Lalu bagaimana mau dihentikan?

Seharusnya negaralah yang menjadi benteng bagi rakyatnya. Negara bertanggung jawab penuh dalam memberikan hukuman berat. Tidak hanya kepada para pengedar dan produsen, tapi juga aparat yang  memberi keleluasaan peredaran narkoba. Oknum-oknum ini melakukan aktivitas kriminal dari dalam penjara, atau terbukti melindungi pengedarannya. Tentu saja pemecatan atau mutasi tidak cukup.Pasal terkait narkoba juga harus dibebankan pada oknum aparat yang jelas-jelas terbukti mendukung peredaran narkoba. Tidak kemudian dengan dalih melindungi hak asasi manusia justru mengorbankan banyak nyawa lainnya melayang sia-sia.

Selanjutnya perlu adanya pergantian sistem dari demokrasi menuju sistem Islam sehingga peluang penyalahgunaan narkoba akan tertutup. Landasan akidah Islam mewajibkan negara membina ketakwaan warganya. Ketakwaan yang terwujud itu akan mencegah seseorang terjerumus dalam kejahatan narkoba. Disamping itu, alasan ekonomi untuk terlibat kejahatan narkoba juga tidak akan muncul.

Sebab pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyat (papan, pangan dan sandang) dan kebutuhan dasar masyarakat (pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan) akan dijamin oleh negara. Ketika sudah ada solusi nyata untuk semua permasalahan, masihkah kita berdiam untuk mempertahankan sistem yang sudah nyata kerusakannya? Mari sama-sama kita renungkan. (riafariana/voa-islam.com)

*Analis di Muslimah Voice

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version