View Full Version
Kamis, 16 Mar 2017

Meraih Cinta yang Hakiki

Oleh: Ririn Umi Hanif (Pemerhati Anak dan Keluarga-Gresik)

Bulan pebruari, sering kali diartikan sebagai bulan kasih sayang. Bagi mereka yang menganggap cinta hanya berarti gairah dan urusan romantisme, berlomba melambangkan cinta dengan segala bentuk fisik. Sehingga kita mendapati saat ini cinta direduksi hanya sekedar cokelat dan bunga. Golongan ini juga sering mewakilkan cintanya pada kata-kata manis, membisikkan rayuan yang meramu syahwat dan membangkitkan nafsu.

Demikianlah, saat ini aliran pemahaman cinta ini telah menguasai pemikiran remaja kita. Dan hebatnya kekuatan kampanye global bulan pebruari, tidak hanya membius kalangan remaja, tapi orang berumur dan berpendidikan pun dibuat takhluk. Berita yang beredar akhir - akhir ini begitu menyentak nurani. Perayaan hari kasih sayang diselenggarakan oleh sebuah instansi resmi pemerintah.

Pegawai negeri sipil kepulauan Nias, beradegan ciuman massal di perayaan hari kasih sayang. Kondisi ini menyadarkan kita, betapa pengaruh kampanye global yang tidak berlandaskan kekuatan iman, bisa menggilas siapapun. Kasus seorang bupati yang belum lama ini juga menjadi headline news berbagai media, akibat kasus perselingkuhannya dengan istri seorang polisi, harus kita akui sebagai buah nyaringnya suara ide kebebasan individu.

Ketika sudah tidak ada lagi yang bisa kita harapkan untuk melindungi keluarga kita dari kehancuran, maka sudah tidak ada lagi pilihan, selain membuat benteng yang lebih tangguh untuk keluarga kita. Sebagai seorang muslim, kita perlu menelisik kembali tuntunan islam untuk meraih cinta sejati. Rosulullah Muhammad SAW sebagai teladan telah mengajarkan bahwa cinta itu intinya ketaatan. Rasulullah mengajarkan bahwa satu-satunya jalan cinta bagi lawan jenis adalah pernikahan. Karena dengan menikah akan terkumpul sekutunya cinta, tanggung jawab, kasih sayang dan ketenangan.

Satu hal lagi yang selalu rosul ajarkan, karena yang menciptakan rasa cinta adalah Allah SWT, maka konsep yang paling sempurna adalah cinta karena Allah. Cinta karena Allah artinya kita lebih mengenal Allah, lebih banyak bersama Allah, lebih tahu tentang Allah, lebih mau berkorban karena Allah, lebih daripada segalanya, termasuk seluruh makhlukNya. Maka cinta karena Allah ini menuntun pada ketaatan pada pencipta cinta, bukan malah memandu untuk maksiat. Tidak perlu khawatir tentang romantisme, sebab Allah yang menurunkan rasa cinta antara makhluknya.

Jadi kita tidak perlu repot dengan perayaan cinta, tetapi bersibuk dengan muhasabah diri siapa yang paling kita cintai, karena siapa kita mencintai, bagaimana kita mencintai, sebab semuanya akan kita pertanggungjawabkan. Bila ternyata pemuda belum siap menikah, maka Rosul berpesan, berpuasalah. Ada hikmah besar dari wasiat Rosul ini, Rosul mengajarkan kita untuk menahan hawa nafsu. Rosul mengajak kita sibuk dengan hal lain yang lebih mendekatkan kita kepada Allah, sehingga kita lupa akan cinta kepada makhlukNya, yang sering disertai nafsu. Dan lebih dari itu, berbicara membangun rumah tangga adalah berbicara mengenai menyatukan berbagai pribadi menuju kedekatan lebih kepada sang pencipta.

Sehingga sangat diperlukan kemampuan untuk merubah diri sendiri menjadi lebih baik. Jika membenahi diri sendiri saja masih sulit, tentu membangun rumah tangga akan lebih sulit lagi. InsyaAllah ketika cinta kita kepada Allah semakin besar, ada masanya Allah akan pilihkan yang terbaik dari yang dicintainya, agar mereka sama - sama mencintai karena Allah, dengan cinta yang menambah ketaatan. Sebagai renungan, jika saat ini kita sebagai pemuda, sibukanlah diri menjadi pribadi lebih baik. Sibukanlah diri mendekat kepada Allah. Lihatlah kondisi bangsa kita yang semakin carut marut. Di pundak kalianlah harapan umat disandarkan.

Lihatlah hukum Allah yang masih terus dicampakan, kalianlah pemuda harapan umat pembawa kemenangan. Janganlah kalian terpedaya dengan kampanye kasih sayang bulan pebruari. Dan bagi kita yang saat ini telah menjadi orang tua, sungguh keteladanan adalah lebih ampuh dari jutaan kata - kata. Berilah teladan buat putra - putri kita meraih cinta hakiki seperti yang rosul ajarkan. Ingatlah, putra - putri kita adalah amanah yang Allah titipkan kepada kita untuk kita tuntun meraih cinta dan ridho Nya.

Sungguh kelak kita akan mempertanggungjawabkannya. Sungguh akan membawa hasil yang lebih signifikan ketika tidak hanya keluarga kita yang menanamkan makna cinta hakiki. Karena kontrol mereka kepada keluarga kita adalah benteng ampuh saat kita tidak bersama. Dan alangkah lebih gampangnya langkah kita, ketika negara juga turut ambil bagian untuk melakukannya. Semua itu tidak mungkin tercapai tanpa kerja keras kita untuk berlomba mendakwahkan islam. Wallahu a'lam bi ash showab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version