View Full Version
Jum'at, 17 Mar 2017

Foto Anak di Medsos dan Pedophilia

Oleh : Raidah Athirah

Sebelum marak kasus pedophilia, saya pernah punya pengalaman ditegur empat kali. Bukan apa-apa, itu semua karena hobi saya memotret dan mengabadikan momen saat putri saya sedang bermain. Walaupun niat saya memotret hanya ditujukan untuk putri saya, ada beberapa emak di taman tempat kami bermain yang merasa terganggu. Mungkin pikir mereka saya memotret anak-anak mereka.

Ini naluri normal para emak yang tentu saja ingin melindungi anak-anak mereka dari kejahatan predator pedophilia yang semakin merajalela. Dalam pengamatan dan pengalaman selama bergaul di sini, privacy anak-anak di medsos terbilang lebih diperhatikan bila dibandingkan dengan yang terjadi di tanah air.
Pengalaman dari sekolah TK putri saya mungkin bisa dicontoh bagaimana seharusnya aturan menjaga privacy anak. Sekolah putri saya memang sekolah khusus diperuntukkan untuk anak-anak istimewa yakni Fundacji dla Autism .

Ada beberapa peraturan yang harus kami baca dengan seksama sebelum menaruh putri kami belajar di sana. TK ini juga gratis tapi bukan berarti asal mendaftar dan diterima. Beberapa dokumen pendukung dari dokter dan therapists yang memberi diagnosa menjadi syarat penting masuk ke TK ini.

Poin yang membuat saya kagum adalah permohonan izin kepada orang tua bila wajah atau video anak-anak mereka dipakai untuk presentasi oleh sekolah. Presentasi ini biasanya ditujukan kepada pemerintah atau pihak penyandang dana yayasan. Dan uniknya ada kolom menolak. Kami memilih menolak. Jadi,apabila ada beberapa aktivitas anak yang menarik dan didokumentasikan, foto atau wajah dari anak kami tidak akan diperlihatkan alias betul-betul tidak dipublikasi.

Ini baru di sekolah. Di area publik pun begitu. Meskipun tidak tertulis dilarang memotret atau mengambil gambar, rata-rata orang menunjukkan wajah tidak suka. Saya bahkan langsung ditegur walaupun saya tidak memotret anak si ibu.

"Proszę Pani.....nie fotografia moje dzieci."
(Tolong Pani....jangan memotret anak-anak saya.)

...Bayangkan saja, ribuan pasang mata memandang foto anak Anda! Siapa yang tahu diantara pasang mata itu terdapat predator pedophilia! Orang tua sebaiknya mulai sadar akan bahaya ini...

Dalam pengamatan saya pribadi dan bukan bermaksud menghakimi, sebagian besar orang tua di tanah air belum terlalu aware (sadar) akan bahaya meng-aplod foto anak atau bayi di sosial media.

Sekalipun anak-anak tidak keberatan, saya pikir ini tindakan yang kurang bijak untuk meng-aplod segala aktivitas mereka di sosial media. Bayangkan saja, ribuan pasang mata memandang foto anak Anda! Siapa yang tahu diantara pasang mata itu terdapat predator pedophilia! Orang tua sebaiknya mulai sadar akan bahaya ini.

Bila dulu akses predator pedophilia terbatas, maka dengan hadirnya sosial media mereka mendapat kemudahan. Mereka berselancar di dunia maya dan dengan mudah mengunduh foto anak-anak mengingat hampir sebagian besar orang tua berlomba-lomba mengabadikan momen anak dan keluarga. Di sisi lain, orang tua kurang waspada akan foto anak-anak yang bisa dicuri siapa saja. Siapa tahu diantara foto yang diunduh mungkin saja foto anak Anda.

***

Islam sendiri telah memberikan rambu-rambu guna mencegah hal ini. Karena sejatinya mencegah lebih baik dari mengobati.

Islam melarang sesuatu yang berlebihan termasuk dalam memperlihatkan foto anak. Sekalipun dalam opsi pengaturan hanya diperuntukkan untuk teman, apakah ada yang menjamin foto anak kita terbebas dari penyakit Ain?

Penyakit hati awalnya dari mata. Dan di era sosial media pintu ini terbuka lebar. Dengki, iri, dan kagum dengan mudah muncul hanya dengan satu potong gambar. Tentu saja kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap saudara sendiri, meskipun kita juga tidak boleh membuka pintu rumah untuk dimasuki syaitan. Tanggung jawab orang tua di era sosial media adalah berusaha menjaga serta melindungi anak-anak dari bahaya ini.

Cukuplah hadist Nabi Sallallahu alahi wasallam menjadi pengontrol hati dalam bersosialisasi di sosial media. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

الْعَيْنُ حَق وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا

“’Ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta untuk mandi maka mandilah.” [HR. Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]

"Apabila seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau melihat diri saudaranya, atau melihat hartanya yang menakjubkan, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut, karena sesungguhnya penyakit ‘ain benar-benar ada.” [HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amir, Ash-Shahihah, no. 2572]

Mari sama-sama kita jaga anak-anak dari bahaya predator pedophilia. Salah satunya bijak dalam mempublish foto anak. (riafariana/voa-islam.com)

Polandia,17 Maret 2017


latestnews

View Full Version