View Full Version
Sabtu, 25 Mar 2017

Menjadi Muslimah Tangguh

Oleh: Ummu Naflah (Ibu Rumah Tangga, Cikupa, Tangerang)

Suratmi kini berjuang sendiri membesarkan kelima anaknya, setelah suaminya Siyono meninggalkan dunia fana setahun yang lalu. Masih teringat jelas di benaknya peristiwa pahit yang memisahkannya dengan belahan jiwanya itu.

Tepatnya tanggal 8 Maret 2016, sang suami yang setiap harinya menjadi guru ngaji diambil paksa oleh Densus 88 Mabes Polri atas tuduhan terlibat kasus terorisme. Namun, saat dipulangkan Suratmi harus menelan pil pahit karena jasad suaminya yang ia temui. Di tengah banyaknya perempuan-perempuan yang lemah akan gemerlap dunia, ia tak terpuruk dan tergoda dengan iming-iming materi. Suratmi hanya menginginkan keadilan bagi suaminya yang sampai saat ini tak juga menemukan solusi. Ia hanya meinginkan keadilan demi anak-anaknya yang kini harus tumbuh tanpa bimbingan dan kasih sayang dari seorang ayah.

 

Tiga Karakteristik Muslimah Tangguh

Suratmi juga bukan sosok perempuan cengeng yang terus-terusan meratapi musibah yang sedang menimpanya. Ia sosok yang tegar dan terus menghadapi rintangan yang ada di depannya demi memperoleh keadilan yang seharusnya menjadi miliknya. Sungguh Suratmi adalah sosok perempuan tangguh yang layak dan patut menjadi teladan bagi kaum muslimah. Bukan hal yang tidak mungkin apa yang menimpa Suratmi akan menimpa kita di kemudian hari.

Apalagi sebagai seorang muslimah yang istiqomah dalam mengemban dakwah Islam serta menjadi seorang istri yang juga senantiasa mendukung suami dalam menyampaikan kebenaran, adalah hal yang alamiah jika berbagai rintangan yang menghalangi dakwah entah itu fitnah, propaganda dan penangkapan bahkan kehilangan nyawa akan mewarnai perjalanan kita.

Karena itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk menjadi muslimah yang tangguh untuk menghadapi semua itu. Untuk itu perlu bekal dan persiapan menjadi seorang muslimah yang tangguh. Pertama, menangis karena takut dan ingat kepada Allah SWT. Dari Abu Raihannah, ia berkata; kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam satu peperangan. Kami mendengar beliau SAW bersabda: “Neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena takut kepada Allah. Neraka diharamkan atas mata yang tidak tidur di jalan Allah.”

Abu Rahainah berkata; Aku lupa yang ketiganya. Tapi setelahnya aku mendengar beliau bersabda,” Neraka diharamkan atas mata yang berpaling dari segala yang diharamkan Allah.” ( HR. Ahmad, Al-Hakim dalam kitab Shahih-nya, disetujui oleh Adz-Dzahabi dan An-Nasai). Takut dan menangis karena Allah SWT akan melapangkan hati kita dan menjadikan jiwa kita tenang, serta menjauhkan kita dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah SWT, salah satunya berputus asa dalam menghadapi berbagai ujian.

Kedua, mengharapkan rahmat Allah SWT dan tidak putus asa dari rahmat-Nya. Suatu keharusan bagi seorang muslim untuk selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Di antara tanda seorang seorang muslim berbaik sangka pada Allah SWT adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan dan pertolongan Allah SWT dalam setiap menemui ujian. Allah SWT memuji orang yang mengharapkan perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah SWT memberikan pujian bagi orang yang takut pada Allah SWT.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 218). Dengan senantiasa mengharapkan dan tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT akan memberi energi positif pada diri kita karena setiap masalah pasti ada solusinya.

Ketiga, sabar menghadapi cobaan dan ridha terhadap ketentuan Allah SWT.  Sabar yang sebenarnya adalah ketika kita senantiasa menyuarakan kebenaran dan istiqomah meniti jalan kebenaran. Seorang muslimah yang menetapi kesabaran siap menanggung resiko penderitaan di jalan Allah karena mengatakan dan mengamalkan kebenaran tanpa berpaling, bersikap lemah atau lunak sedikit pun. Sebagaimana sikap Suratmi dalam memperjuangkan keadilan bagi suaminya. Sabar terhadap cobaan dan ridha terhadap ketentuan Allah SWT akan menuntun kita pada sikap konsisten untuk selalu berpegang teguh pada Kitabullah, bukan melemparkannya dengan dalih beratnya cobaan. Sabar seperti inilah yang akan semakin menambah kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, jekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepafa orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘ Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. Al-Baqarah[2]:155-157).

Dengan mengamalkan ketiganya, insya Allah kita dapat membentuk diri kita menjadi muslimah yang tangguh di jalan-Nya, serta siap melahirkan generasi Islam yang tangguh dalam membela dan memperjuangkan tegaknya hukum Allah SWT di atas dunia. Allahu’alam bishshawwab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version