View Full Version
Senin, 17 Apr 2017

Bukti Kehancuran Keluarga

Sahabat VOA-Islam...

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Ungkapan ini benar adanya. Seperti yang dialami Siti Rokayah (83 tahun) di usianya yang senja ia digugat oleh anak kandungnya sebesar 1,8 miliyar karena masalah piutang.

Menurut Pusat Pelayanan terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A) Kabupaten Garut, ini merupakan kekerasan di usia lanjut. Masalah yang seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namun berujung gugatan yang masuk kategori kasus perdata, Jum’at, (23/03/17)

Kasus Ibu Siti Rokayah tentu sangat mengherankan. Ada anak dan mantunya yang tega sekali menggugatnya. Sungguh  tak ada lagi belas kasihan terhadap ibu yang begitu banyak berkorban justru nasibnya berakhir dimeja pengadilan. Hingga saat ini kasusnya sudah menjalani proses sidang ke enam di Pengadilan Negeri kota garut.

Kemana hilangnya moral anak-anak yang telah dilahirkan serta dibesarkan oleh ibunya? Inilah yang terjadi bahwa kehancuran & kerusakan saat ini telah menimpa sekup yang lebih kecil yaitu keluarga.

 

Keluarga dalam Bingkai Kapitalis

Persoalan ibu Siti Rokayah hanya karena masalah sepele saja. Lantaran masalah utang piutang diantara anak-anaknya yang tak kunjung dilunasi. Asep yang memiliki hutang 47 juta kepada Yani (penggugat ibu) hanya dibayar 22 juta.

Tak bisa dipungkiri bahwa materi telah menjadikan seseorang gelap mata. Silau dunia, sulit menakar baik dan buruk. Menghasilkan  orang-orang yang memiliki rasa untuk saling mendominasi diantara yang lainnya. Selalu merasa kurang menyebabkan seseorang semakin rakus dengan menghalalkan berbagai macam cara demi mencapai kepuasan. Memunculkan indikasi penguasaan harta yang dilakukan anak terhadap harta ibunya. Miris, padahal orang tua belum meninggal.  

Miskinnya ketaqwaan individu menyebabkan hilangnya fitrah kemanusian untuk saling berkasih sayang bahkan kepada orang tua kandung sekalipun. Hilangnya rasa hormat kepada orang tua telah menjadikan mereka anak-anak yang durhaka tanpa memiliki rasa takut sedikit pun. Setidaknya ada 5 kasus yang berhasil ditemukan terkait kekerasan yang dilakukan kepada lansia. Selasa, (29/03/17).

Beberapa diantaranya adalah kasus ibu Artija (63 tahun) di Jember  yang dilaporkan anak kandungnya sendiri ke Polisi karena persoalan tanah warisan. Kemudian nenek Fatimah (90 tahun) di Tangerang yang digugat juga oleh anak mantunya sebesar 1 milyar sebab status kepemilikan tanah. Ironis memang.

Ditengah himpitan ekonomi yang kian liberal menciptakan kesenjangan ekonomi dan tekanan hidup yang luar biasa. System ekonomi yang tak pernah berpihak pada rakyat kecil memaksa seseorang menekan yang lemah demi keberlangsungan hidup. Atau mengabaikan batas-batas nilai kemanusian ketika merasa dirugikan.

Walhasil, akan banyak kita temukan para ibu-ibu lainnya yang menjadi korban ketidakadilan karena rusaknya system ekonomi. Menjerat sampai kelapisan paling kecil tatanan keluarga.  Tak jelas lagi posisi dimana seorang anak harus memuliakan orang tua dan menghormatinya tatkala alasan ekonomi (materi) yang dikemukakan.

 

Islam dalam Memuliakan Orang Tua

Dalam Islam tidak hanya dianjurkan untuk menjaga hubungan kepada Allah saja, tetapi juga menjaga hubungan kepada sesasama manusia.  Salah satunya adalah memuliakan orang tua Sebagaimana yang telah di syariatkan oleh Allah SWT.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Qs Al-Isra: 23). “      

Islam telah mengatur dengan rinci tentang bagaimana adab yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya dalam berbicara, melarang perkataan “ah’’ atau yang berkonotasi serupa, menggurutu dan membentak misalnya. Tak hanya adab dalam berbicara, tetapi juga bagaimana seorang anak dilarang berlaku kasar terhadap orang tuanya yang telah berusia lanjut.

Islam mengedepankan konsep birrul walidain, artinya kebajikan-kebajikan yang akan dipersembahkan anak sholeh/ah kepada orang tuanya, baik didunia maupun di akhirat. Manakala ini didorong kewajiban orang tua mempersiapkan anak-anak yang akan berbakti kepada orang tuanya dimasa yang akan datang dengan pendidikan terbaik. Seperti yang telah diajarkan Rasul dalam mendidik putra-putrinya menjadi generasi shalaful sholeh, generasi yang berakhlak mulia.

Telah banyak disampaikan dalam beberapa riwayat tentang keutamaan birrul walidain. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab, Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sangat berbeda dengan konsep yang ditawarkan oleh system Kapitalis saat ini. Terbukti apa yang ditunjukan saat ini merupakan bagian kegagalan. System yang telah mematikan fitrah manusia bahwa ada kewajiban seorang anak tetap mengasihi seorang ibu.  Menjauhkan agama berada dibelakang guna memutus mata rantai lahirnya anak-anak yang bertaqwa. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Mia Tw (Ibu Rumah Tangga & Aktivis MHTI)


latestnews

View Full Version