View Full Version
Rabu, 24 May 2017

Saat Para Mahmud Patah Hati Raisa Bertunangan dengan Cowok Ganteng

“Duh patah hati nih, si ganteng tunangan dengan Raisa.”

“Gak pa-pa deh, dia kan mantanku dulu. Akhirnya move on juga dia.”

Dan banyak lagi ekspresi sejenis dari para perempuan terutama mahmud (mamah muda) ynag beridentitas muslimah. Bukan hanya muslimah, mereka juga adalah istri dari seorang suami dan ibu dari anak-anak di rumah.

Sekilas terdengar lucu. Over PD menyikapi berita selebriti yang memang modal fisiknya yang dijual. Tak heran bila fisik dan wajah yang laki-laki ganteng dan yang perempuan cantik. Momen pacaran, tunangan dan pernikahan mereka menjadi berita yang dilahap secara rakus oleh penikmat infotainment. Hingga terlontarlah kata-kata seperti di atas menyikapi berita ‘jadian’ para selebriti tersebut.

Memang sih, mungkin saja niat hati adalah guyonan atau becanda saja dengan lontaran kalimat tersebut. Patah hati dan mantan adalah kosakata laris saat ada selebritis memunyai pasangan entah sah atau tidak.

Katakanlah tunangan, konsep ini kan sebetulnya juga tidak ada di dalam Islam. Mengikat seorang laki-laki dan perempuan tapi tidak dalam ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sekadar sebagai penanda untuk orang lain bahwa: ‘Hey, ini loh cewek/cowok ini sudah jadi milikku. Jadi jangan coba-coba mendekat dan merebutnya.’

Tak jarang, tunangan dianggap sudah setengah jalan menuju pernikahan sehingga pasangan tersebut berbuat sudah selayaknya suami dan istri. Naudzubillah. Lihat saja pose mereka berfoto, saling peluk dan cium seolah sudah suami istri. Perilaku ini bukan tidak mungkin kemudian dicontoh oleh khalayak karena mereka adalah publik figur.

...Tak jarang, tunangan dianggap sudah setengah jalan menuju pernikahan sehingga pasangan tersebut berbuat sudah selayaknya suami dan istri. Naudzubillah...

Tentu sangat tidak pantas bila seorang muslimah yang memahami akan identitas keislamannya mengeluarkan kata-kata sedemikian rupa. Tidak di rumah atau pun di masyarakat, muslimah sering dijadikan sorotan. Perkataan dan perbuatannya dijadikan standar bagaimana seorang perempuan harus berbuat.

Jangan sampai niat hati guyonan tapi meninggalkan kesan bahwa seolah tunangan serupa itu boleh-boleh saja. Belum lagi kata-kata memuji laki-laki lain yang itu bukan suami sendiri. Bagaimana perasaan suami mendengar istrinya memuji laki-laki lain yang itu sama sekali tidak memunyai peran apapun dalam kehidupannya?

Jadi yuk ah, para muslimah. Saat kepala kita berhijab, mulut pun dihijab juga. Di musim medsos begini, ujung jari pun juga diajak berhijab untuk mengetikkan kata-kata yang tak pantas. Tugas kita yang memiliki pemahaman keislaman meskipun sedikit ini untuk menyeru muslimah lain agar tidak kebablasan dalam mengagumi seseorang yang tidak berhak untuk dikagumi. Kenal aja enggak, apalagi peduli. Rugi yang pasti.

Jadi daripada memuji kegantengan laki-laki lain di luar sana, mending sono gih memuji suami masing-masing di rumah. Sudahlah berpahala, bisa membuat sang suami tersenyum bahagia, dan insya Allah bisa berimbas ke naiknya nafkah belanja keluarga. Benar-benar tak ada ruginya. Yuk kurangi mantengi kabar artis.

Masih banyak kabar dunia Islam yang lebih butuh perhatian dan kepedulian kita bersama. Satu hal lagi, jangan lupa ada anak yang akan meniru apa yang menjadi perilaku orang tua khususnya ibunya. Jangan sampai kita memberi teladan salah pada si buah hati. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version