View Full Version
Kamis, 06 Jul 2017

Maaf Nak, Tak Ada Gawai Untukmu

Gawai atau yang biasa disebut gadget adalah benda yang jamak dipunya oleh anak sekarang. Tidak remaja, anak SD atau bahkan TK dan balita pun gemar memegangnya atau bahkan memainkannya. Sekali memegang, anak akan ketagihan. Bila sudah ketagihan maka konsentrasi terhadap hal lain pun otomatis berkurang. Dalam hal membaca buku dan belajar, misalnya.

Jadi kapan sih gawai itu bisa dipercayakan pada buah hati?

Saya teringat seorang anak SD kelas 4 yang memandang ‘iri’ pada temannya yang memegang gawai. Bila ada kesempatan, dia akan meminjam gawai orang dewasa di dekatnya yang dikenalnya dengan baik. Saat ada yang bertanya kenapa dia tidak memiliki gawai sendiri, ternyata orang tua lah yang mengatakan padanya bahwa belum saatnya. Nanti bila SMA, gawai akan diberikan sesuai kebutuhan.

Memang tidak mudah meyakinkan anak bahwa mereka belum perlu memilik gawai saat ini. Butuh komunikasi penuh cinta secara terus menerus. Ajak anak untuk berpikir tentang guna dan efek gawai bagi kehidupan mereka. Positif dan negatif, masing-masing ditunjukkan dan didiskusikan.

...Menjauhkan anak dari gawai  bukan berarti tak boleh menyentuh sama sekali. Anak boleh meminjam tapi tidak untuk memiliki sendiri...

Jangan belum apa-apa sudah kalah dengan anak. Tangisan, rengekan atau bahkan ancaman jangan sampai membuat orang tua luluh dan menyerah. Dijauhkannya gawai dari mereka, semata itu demi kebaikannya.

Menjauhkan anak dari gawai  bukan berarti tak boleh menyentuh sama sekali. Anak boleh meminjam tapi tidak untuk memiliki sendiri. Begitu juga dengan konten gawai yang boleh diakses, apakah itu games atau video haruslah dengan seizin orang tua.

Berikanlah keleluasaan saat liburan tiba. Boleh pinjam dan memanfaatkan gawai tapi ada batas waktunya. Ini untuk menghindari efek kecanduan gawai pada anak-anak. Tetap prioritaskan membaca dan bermain di dunia nyata sebagai kegiatan keseharian anak-anak. Gawai hanya salah satu hiburan yang fungsinya tidak boleh menggeser aktivitas produktif lainnya.

Sudah saatnya kita sebagai orang tua menjadi tipe penyayang. Memikirkan asupan terbaik pada buah hati termasuk dalam penggunaan gawai. Jangan sampai kita menjadi orang tua yang pengasih yaitu mengasihi atau memberi apa-apa saja yang diminta padahal itu jelas merusak. Semoga kita menjadi orang tua yang amanah dan ‘tega ‘ berkata tidak untuk gawai tidaik tepat usia. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version