View Full Version
Rabu, 30 Aug 2017

Saat Hati Sedih dan Murka, Berjaraklah dengan Medsos Yaa...Ukhti!

Membuka laman medsos, tersaji kalimat-kalimat bernada makian, sindiran, kejengkelan dan hal negatif lainnya. Dia seorang istri dari suaminya dan ibu dari beberapa putra dan putri. Ia yang selalu terlihat wah baik dalam kehidupan nyata maupun maya,sepertinya sedang murka. Tanpa berusaha menyamarkan, ia dengan jelas menulis tentang perempuan lain yang membuat suaminya berpaling. Duh!

Betapa banyak perempuan yang notabene muslimah mengumbar aib keluarganya dengan bebas di laman medsos. Semua orang ikut membaca dan mengikuti drama hidupnya. Tak jarang beberapa di antara mereka tulisannya kemudian menjadi viral dan terkenal. Banyak orang akhirnya terseret arus dan ikut kerumunan pesta memakan bangkai saudara sendiri. Naudzubillah.

Ukhti salihah pembaca voa-islam yang dirahmati Allah, kita boleh saja murka. Kita juga boleh sedih atau bahkan marah. Tapi menumpahkan segala keluh kesah di medsos bukanlah opsi bijak untuk diambil, terlebih bila diikuti dengan mengumbar aib rumah tangga sendiri. Bagaimanapun kondisi suami, dia adalah selimut bagi istrinya. Ketika istri mengumbar aib pasangannya, pada saat yang sama itu artinya si istri dengan suka rela menunjukkan aibnya sendiri pada khalayak.

...Betapa banyak perempuan yang notabene muslimah mengumbar aib keluarganya dengan bebas di laman medsos. Semua orang ikut membaca dan mengikuti drama hidupnya...

Efeknya adalah akan ada banyak orang menulis komentar macam-macam. Mulai yang kepo, berempati, hingga yang ikutan mencaci. Pernah terjadi seorang teman dari si istri menegur suami temannya di laman medsos karena dianggap telah menyakiti hati sesama perempuan. Si suami tidak terima dan berkata-kata kasar untuk tidak ikut urusan rumah tangga orang lain. Dan itu semua bisa dibaca oleh seluruh orang di daftar pertemanan medsos.

Hidup manusia memang lengkap dengan seluruh dinamika susah, senang dan sedihnya. Medsos bukanlah buku harian atau diary yang hanya kita sendiri yang baca, kecuali kalau kita mau mengaturnya ‘private’ sehingga tidak ada orang lain membaca curhatan pembuka aib. Medsos adalah media sosial yang sesuai namanya adalah untuk berbagi hal-hal yang memang layak untuk menjadi konsumsi sosial atau publik.

Saat hidup mengajak kita untuk merasa berduka dan menuliskan kedukaan itu hanya akan membuka aib diri dan keluarga, maka mundurlah barang sejenak. Timbanglah baik buruknya saat kekesalan itu diumbar ke media sosial. Ukurlah manfaat dan mudharatnya bagi semua pihak bukan hanya kelegaan sesaat. Bila butuh curhat dan didengar, temuilah teman dekat yang amanah untuk berbagi kisah. Selain lega, solusi bijak dan kepedulian nyata itu sungguh terasa. Bukan sekadar kata hiburan virtual dunia maya yang seringkali tak nyata.

Ambillah jarak dari seluruh akun medsosmu, yaa ukhti. Berilah waktu bagi dirimu sendiri untuk memahami ujian yang sedang menderamu. Pikirlah dengan jernih dan carilah ‘second opinion’ dari orang yang berkompeten untuk menyelesaikan masalahmu. Itu bila kamu benar-benar ingin menyesaikan masalah, bukan sekadar update status untuk kemudian dikasihani banyak orang.

Menjauhlah dari medsos, mendekatlah pada Allah dan orang-orang yang salih. Tahan jemarimu dari menuliskan hal-hal yang mengumbar aib pasangan padahal sejatinya itu semua juga adalah aibmu sendiri. Suami adalah auratmu. Bila ada masalah dengannya, berbicaralah padanya dengan baik. Dengan menuliskan masalahmu pada medsos, bukan menyelesaikan masalah malah makin membuat suami murka. Cukup ukhti, kendalikan dirimu. Semoga Allah melindungi kita dari berbuat hal-hal demikian. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version