View Full Version
Sabtu, 07 Oct 2017

Ketika Syariat Poligami dan Praktisinya Dibully, Anda Sehat?

Ada 2 istilah syariat yang getol dikriminalisasi oleh musuh Islam saat ini: jihad dan poligami. Jihad sudah jelas alasannya, karena ada kekerasan di sana. Para Muslim minderan itu akan sibuk berdalih bahwa Islam adalah agama penuh damai dan kemudian sibuk menghujat para mujahid. Baiklah kita kesampingkan dulu bab ini. Karena yang sedang ramai di jagad medsos saat ini adalah istilah yang satunya yaitu poligami.

Hal ini dipicu oleh kemunculan salah satu ustaz yang juga figur publik beserta tiga istrinya. Terlihat di beberapa foto dan video yang diunggah betapa rukun dan harmonisnya mereka. Bukannya ikut bahagia, beberapa netizen sibuk bully sana-sini baik terhadap pribadi si ustaz maupun poligami sebagai syariat. Mulai dari becandaan garing yang nggak penting hingga keluar ujaran saru dan ungkapan porno sebagai lampiasan kebencian mereka terhadap poligami.

Tak jarang di antara mereka terang-terangan menuliskan dan menunjukkan sikap untuk memerangi poligami. Mirisnya, mereka memakai simbol muslimah dengan hijabnya untuk menunjukkan betapa bencinya mereka dengan syariat yang satu ini. Di pihak laki-laki, mereka mendaku dirinya sebagai orang yang paham agama dan salih sehingga tidak mungkin orang sekualitas mereka melakukan poligami.

Tak bisa dimungkiri bahwa praktik poligami di masyarakat jauh dari kata ideal. Rumah tangga rusak, anak korban broken home, danperempuan menjadi pihak yang tersakiti dan disakiti menjadi alasan dan senjata untuk menolak syariat poligami. Mereka lupa bahwa fakta yang ada tidaklah bisa dijadikan dalil untuk menghukumi sesuatu.

...Kita sering lupa bahwa saat tidak menyetujui sesuatu, bukannya berargumen dengan baik, kita melakukan bullying sebagai pilihan. Saat tak ada lagi alasan yang pantas dilontarkan, maka ujaran kepornoan dijadikan opsi untuk merendahkan pelaku poligami...

Banyak contoh poligami harmonis andai saja mereka mau membuka diri dengan jujur. Tak perlu juga menjadi dukun dadakan yang seolah pintar menebak isi hati para perempuan yang memilih kehidupan poligami. Toh apa yang mereka jalani tak mengganggu kehidupan perempuan lainnya. Dalam hal ini prinsip yang sering mereka teriakkan, jadi dilanggar sendiri.

Saat ada yang mengingatkan untuk berpakaian menutup aurat, mereka dengan tangkas berkata: urus hidupmu sendiri. Ini tubuh-tubuhku sendiri, toh gak mengganggu orang lain.

Anehnya, standar ini menjadi terlupakan saat berkaitan dengan poligami. Toh mereka pelaku poligami tak minta makan kepada para pembully. Kenal juga tidak, sodara pun bukan. Lalu ngapain juga mereka sibuk dan ramai membully sesuatu yang halal secara syariat dan di depan hukum positif pun diakui keberadaannya meskipun dengan beberapa persyaratan yang ada. Saat kita sibuk sana-sini menolak bullying pada anak-anak, seringkali kita lupa bahwa ternyata dari orang tua sendirilah anak-anak belajar.

Kita sering lupa bahwa saat tidak menyetujui sesuatu, bukannya berargumen dengan baik, kita melakukan bullying sebagai pilihan. Saat tak ada lagi alasan yang pantas dilontarkan, maka ujaran kepornoan dijadikan opsi untuk merendahkan pelaku poligami. Sebetulnya, jangan-jangan isi hati kita sendiri yang penuh iri dengki saat melihat keharmonisan pihak lain dalam hal ini diwakili oleh laki-laki yang beristri tiga. Jangan-jangan meskipun kita keukeuh untuk monogami sebagai dalih kesetiaan, sesungguhnya intern rumah tangga jauh dari kata sakinah.

Bila demikian, maka cukup bisa dimaklumi ketika panasnya rumah tangga kemudian dilampiaskan di dinding medsos. Tak etis sih, tapi mau bagaimana lagi? Karena seringkali tanpa sadar, ketikan jari kita menunjukkan kondisi diri baik disadari ataupun tidak. Bukankah teko hanya mengeluarkan isi sesuai dengan apa yang ada di dalamnya? Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version