View Full Version
Sabtu, 23 Dec 2017

Ibu, Calon Penakluk Zaman Ada di Tanganmu!

Oleh: Cut Putri Cory

"Ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah," itulah kutipan syair Iwan Fals yang menyayat hati tentang pengorbanan Ibu dalam mendidik generasi.

Agaknya syair itu tepat dengan kondisi kaum Ibu saat ini, ketika dia bervisi kuat dan terstrategi dalam mencetak generasi, dia juga harus melawan arus deras segala yang bertentangan dengan visinya. Dia sendiri, tak ada peran negara sebagai Soko guru yang menjadi pelindung utama generasi dari hal-hal yang mustahil dilawan Ibu.

Setiap hari kutanamkan pemahaman kepada anak-anak, bahwa mereka dilahirkan untuk menjadi pembebas Al-Aqsha. Kondisi Al-Quds hari ini menjadi cambuk api yang patut membuat kaum Ibu bergegas dan serius menata masa depan anaknya, demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Kemuliaan tiga mesjid suci.

Cambuk api itu juga menamparku. Adakah engkau juga, Bu? Rasakanlah ada seseorang yang menggenggam sebuah cambuk berbalut api yang menyala-nyala, lalu cambuk itu dihentakkan ke wajah kita. Bisakah kau tertidur dalam kondisi kulit lebam yang hangus? Atau sakit itu sudah tak mampu terasa karena tebalnya kesombongan dan wahn?

Rasa-rasanya banyak sekali kekurangan kita sebagai ibu, jangan mulai dari fiqh, apalagi bahasa Arab, atau kau coba tanyakanlah padaku tentang ilmu tafsir. Aku pasti bingung. Tapi kondisi Tanah Syam terlalu merayu untuk diabaikan, visi itu pasti terbentuk sebagai fitrah yang muncul dari keimanan dan kesadaran ingin mengakhiri derita saudara, juga mengembalikan izzul Islam wal Muslimin yang kini lenyap ditelan wahn.

Lalu muncullah tekad bahwa harus dicetak generasi anti wahn, mencintai syahid dan mendamba berkelahi dengan kemalasan dan ketakutan untuk diubah menjadi rindu bermandi debu medan jihad.

Akhirnya kita pun mulai menata lagi, meski telah berkali-kali merencanakan dan tak taat azas dalam pelaksanaan. Kita coba, lagi. Sampai suatu hari negeri ini membuat kita berdiri tercengang, ketika para hakim Mahkamah Konstitusi menjawab kegalauan kaum Ibu akan generasi yang terpapar virus mematikan kaum Luth dengan hikmah perlindungan bagi pendosa.

Banyak mata menyaksikan kejanggalan ini, namun banyak pula mata yang rabun tertutup kemunafikan. Dalam terang mereka berteriak membela pendosa, meletakkan militansi untuk sebuah narasi subjektif bernama HAM. Mereka memosisikan yang bertentangan dengannya sebagai kaum yang tenggelam dalam gulita agama, berdalih agama tak boleh turut campur urusan ranjang karena ini terkategori penjajahan.

Oh Negeri, bagaimana generasiku bisa hidup dalam zaman seperti ini? Di sisi lain, anak-anak Palestina melempari tentara-tentara kera Israel dengan segala apa yang ada. Batu ada, batu mendarat. Tangan kosong, pun hilang rasa takut mereka akan resiko tamparan yang dialamatkan ke wajah babi-babi Israel. Sungguh suasana yang bertentangan, sangat berbeda. Ketika kaum Ibu di Indonesia terlilit perangkap ruwaibidhah yang mengancam generasinya, di sana, di bumi Syam yang diberkahi, kaum ibunya sibuk menancapkan aqidah yang kokoh tentang bisyarah kemenangan Islam dan kemuliaan mati syahid.

Sebagai manusia, kita pasti ada luput dalam menjaga. Ada hal-hal yang tak bisa kita lakukan, dan hal itu hanya mampu di-backup oleh kekuatan negara yang menerapkan syariat. Ya, syariat, inilah aturan Allah yang menjadi payung pelindung kita dan generasi. Termasuk payung pelindung bagi anak-anak dan perempuan mulia Syam dari penjajahan.

Kita kaum Ibu Indonesia, ada tantangan lain dalam mencetak para pembebas Al-Aqsha, namun bukanlah mustahil anak-anak kita keluar melewati ujian ini sebagai pemenang dan berdiri kokoh sebagai penjaga Islam yang terpercaya. Insya Allah, dengan pertolongan Allah dan upaya kita secara bersama-sama dalam mendidik sekaligus memperjuangkan Islam, generasi kita akan terjaga dan mewarisi perjuangan dengan hidup dalam naungan syariah Allah yang mulia. Masa depan adalah milik Islam, kekufuran akan hancur dan mereka akan terwarnai dengan indahnya warna syariat Allah.

Tetaplah bervisi besar, lalu ceburkan diri dalam ilmu dan dakwah, mengubah tatanan hidup jahiliah kepada Islam utuh dan menyeluruh. Insya Allah, Khilafah takkan tertolak oleh apapun, akan menaungi dunia dengan syariat Allah. Semoga generasi kitalah yang menjadi bagian dari peristiwa akhir zaman itu, yaitu pembebasan Al-Aqsha dan penaklukan Roma.

Kita akan terus berupaya, kita akan terus berusaha. Tak kenal kata kalah sebelum fajar bisyarah itu menyingsing dan kita semua melihat Allah menepati janjiNya. Kita takkan pernah putus asa, karena kitalah generasi syuhada yang istimewa itu.

Akan ada strategi yang istiqamah dijalankan bersama komitmen yang kuat dan visi yang besar. Akan ada kaum Ibu yang siap menantang segala bentuk perlawanan terhadap mabda' Islam dengan tuntunan Nabi, dengan jalan yang pernah Nabi tempuh, dengan sabar dan ikhlas meski harus berdarah-darah. Yakin, akan datang kaum itu. Pertanyaannya, akankah kita termasuk di dalamnya? Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version