View Full Version
Ahad, 24 Dec 2017

Teroris Itu Bernama Pelakor

Sahabat VOA-Islam...

Perebut Laki Orang biasa disebut pelakor menjadi viral akhir-akhir  ini. Di media elektronik maupun media massa banyak berseliweran pemberitaan kasus pelakor. Berita infotaintmen bak makanan siap saji yang banyak digandrungi pembeli. Media telah berhasil menggoreng opini pelakor.

Nasib tragis putusnya jalinan suami istri akibat pelakor di dunia selebritis telah disaksikan puluhan juta pasang mata di negeri ini. Tak hanya selebritis, kalangan awam pun bernasib serupa layaknya para selebritis, banyak para istri yang suaminya dirampok pelakor.

Kasus pelakor pastinya menjadi teror bagi para perempuan khususnya yang sudah berumahtangga. Bagaimana tidak? Rumahtangga yang bermula damai ayem tentrem tiba-tiba kandas akibat hadirnya pelakor. Korbannya pastinya bukan hanya sang istri dan anak-anak saja tapi juga orang di sekitarnya pula.

Kasus pelakor ini dipicu oleh berbagai motif. Ada yang menjadi pelakor karena rupiah, motif balas dendam, CLBK atau cinta lama bersemi kembali, adapula yang karena cinta sesaat di dunia maya.

 

1. Pelakor karena rupiah

Saat ini zaman dimana harta menjadi sesuatu yang paling diagungkan melebihi Tuhan menjadi alasan utama terjadinya krisis multidimensi. Salah satunya kasus pelakor ini. Banyak perempuan yang memanfaatkan kecantikannya demi memperoleh rupiah dengan menjadi pelakor. Pelakor jenis ini tidak saja berstatus single tapi adapula yang telah atau sedang berkeluarga. Misalnya dengan melihat sosok laki-laki yang sudah mapan secara finansial, si pelakor langsung ancang-ancang PDKT untuk menggaet si laki-laki berduit tadi. Ia tak akan berpikir bagaimana kondisi istri ataupun anak dari lelaki yang ia bidik. Rupiah...rupiah dan rupiah lah...yang ada dalam benak si pelakor. Tak ada lagi rasa malu asal kantong tebal. Pelakor ini kebanyakan ditemui di tempat-tempat hiburan, cafe, karaoke dll.

2. Pelakor karena balas dendam

Layaknya sebuah sinetron, tetapi memang terjadi di dunia nyata. Kisah pelakor karena sakit hati di masa lalu akibat sang istri pernah berbuat yang menyakitkan terhadap si pelakor atau keluarga si pelakor. Tujuan utamanya memang untuk menghancurkan rumah tangga seseorang. Pelakor atau pihak yang berkepentingan akan sangat puas jika rumahtangga si korban sudah berantakan.

3. Pelakor karena CLBK

Cinta Lama Bersemi Kembali seakan merebak menjadi trend saat maraknya reuni yang sering diadakan orang-orang yang mengaku ingin menjalin persahabatan yang telah lama tidak terjalin sebagai pengobat rindu atau untuk terus menjalin silah ukhuwah. Akan tetapi reuni menjadi jalan terbukanya kemaksiatan. Membuka kesempatan bagi alumni yang di masa lalunya terjalin hubungan asmara dan kini bertemu kembali dengan wajah baru namun perasaan masih seperti yang dulu. Si A bertemu si B mantan kekasihnya semasa SMA, meskipun sudah sama-sama berkeluarga ternyata cinta lama itu kini bersemi kembali akibat seringnya berinteraksi paska reuni. Jika seperti ini terjadi, pastinya sang istri dan anak-anak masing-masing pasangan akan jadi korbannya. Sungguh kita layak berhati-hati jika kita ataupun suami mengikuti reuni. Atau lebihbaik tak perlu mengikuti reuni jika dirasa memang tak ada manfaatnya atau justru akan menjadikan jalan retaknya rumahtangga.

4. Pelakor karena cinta sesaat di dunia maya

Dunia maya menjadi begitu diminati saat ini. Sosmed bagaikan istri kedua atau suami kedua. Menjadi sesuatu yang berharga selain keluarga. Karena sosmed lah yang jauh menjadi dekat dan sebaliknya. Orang yang tak pernah kenal sekalipun bisa menjadi sangat dekat dan akrab akibat sosmed. Bagaimana tidak? Misalnya pertemanan di fb atau wa bisa saling sapa kapanpun dan dimanapun. Seolah tak ada aturan yang bisa ditaati jika sudah berinteraksi di sosmed. Laki-laki dan perempuan bebas sebebas-bebasnya berinteraksi. Jadi tak heran jika suami tiba-tiba kepincut pelakor setelah bersosmed ria. Atau istri tiba-tiba kabur setelah berkencan dengan suami orang yang ia kenal lewat sosmed.

Hm...sungguh sangat miris. Kecanggihan teknologi menjadi selaras dengan krisis moral dan ambruknya ketahanan keluarga. Cinta sesaat tak kenal adab ini seperti jamur di musim hujan. Terjadi di berbagai kalangan. Pelakor dari dunia maya biasanya akan menyudahi perbuatannya jika mengetahui keadaan yang sebenarnya laki-laki yang ia jadikan sasaran. Ia akan pergi jika sasarannya ternyata tak sesuai dengan yang ia dambakan.

Tak bisa dipungkiri bahwa kasus pelakor ini telah menteror negeri ini. Karena berefek menjadi pemicu kasus-kasus yang lainnya. Padahal jika kita melihat lebih mendalam. Permasalahan terkait pelakor adalah akibat tidak diterapkannya aturan pergaulan yang tepat di masyarakat dan juga sistem kapitalis liberal inilah pemicu utamanya.

Sistem Kapitalis sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan meyakini bahwa kebahagiaan manusia diukur dari kemampuannya memenuhi kebutuhan hidup dan nalurinya tanpa mengedepankan aturan halal haramnya perbuatan. Paham liberlis yang meagungkan kebebasan berperilaku menjadikan manusia merasa bahagia jika ia bebas menjalani kehidupan sesuai keinginannya sehingga enggan mentaati aturan kehidupan dari penciptanya.

Kasus pelakor akan mudah diselesaikan secara tuntas jika aturan Islam diterapkan secara total di negeri ini. Karena hanya dengan syariat islam yang ditegakkan secara sempurna yang memiliki aturan pergaulan yang shohih serta sistem ekonomi yang mensejahterakan. Inilah solusi yang tepat dan komprehensif atas krisis multidimensi di negeri ini. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Hamidah FP, Tulungagung


latestnews

View Full Version