View Full Version
Selasa, 16 Jan 2018

Menjadi Ibu Zaman Now (baca: Akhir Zaman)

Tulisan ini saya persembahkan untuk para ibu yang berjuang mendidik generasi akhir zaman.

Oleh: Alfiyah Kharomah (Praktisi Kesehatan dan Pendidik Generasi)

Saya sebut generasi akhir zaman karena banyak ulama mengatakan saat ini kita hidup di penghujung zaman. Zaman dimana akan terpolarisasi keimanan. Keadaan keimanan yang ahsan dan keimanan yang qobiih atau bahkan tak beriman sama sekali. Tidak ada pilihan lagi selain hitam atau putih. Zaman dimana nampak secara nyata kemaksiatan dan manusia banyak melakukan penyimpangan.

Menjadi ibu zaman sekarang, seperti yang saat ini saya rasakan, begitu ragam pernak perniknya. Kami berkutat dengan waktu yang begitu cepat dan semakin cepat. Menggilas siapapun yang tak mau ambil kendali, yang acuh tak acuh terhadap masalah negeri. Kami ibu zaman ini yang sekuat tenaga membina generasi menjadi manusia sejati, namun negara ini seperti sistem komputer yang hanya sekali enter bisa merubah semua yang telah kami bina.

Zaman ini, tak ada lagi ruang bagi kebenaran. Ketika UU Ormas yang cacat hukum disahkan. Ketika narasi ujaran kebencian hanya disematkan pada mereka yang memegang Islam. Intoleransi, radikal dan anti pancasila adalah sebutan bagi mereka yang inginkan Islam diterapkan. Iya diterapkan secara sempurna di seluruh sendi-sendi kehidupan.

Ketika tampilan televisi hanya menyanjung pencitraan, mempertontonkan kebobrokan dan kerusakan. Memberi ruang lebar hanya pada tayangan yang menghasilkan pundi-pundi uang. Ketika pendidikan hanya mengajarkan bagaimana bisa bertahan hidup. Bagaimana menghasilkan banyak kapital. Tanpa ada iman, tanpa ada takwa karena kurikulum agama yang hanya sebatas pokoknya ada.

Ketika Ibukota negara dengan mudahnya berpindah hanya karena klaim seorang pemabuk. Lantas tentara-tentara israel seolah memiliki payung hukum untuk menduduki dan membunuhi bayi-bayi, anak-anak dan ibu yang melahirkan mereka di tanah kelahiran mereka sendiri. Baitul Maqdis, tempat kiblat pertama kaum muslim.

Ketika LGBT dikatakan hak asasi. Sebaliknya menikahkan anak diusia dini justru dibully dirasani. Menikah siri karena tak mampu membayar biaya legalnya yang mahal justru diintimidasi. Dan poligami yang niatnya menyelamatkan wanita dari segala fitnah malah dicaci maki dikatakan tak bisa menjaga hati istri. Ketika ibu yang fitrahnya mengasihi, menyayangi dan melindungi berbalik beringas dan membunuhi anak-anak yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Ketika Artis korea bunuh diri lantas aksinya diikuti. Zaman apa ini? Selabil inikah generasi?

Bayangkan, ketika kami harus melahirkan generasi di zaman yang seperti ini, pertanyaannya: Seperti apa anak kami nanti? Bagaimana kelak ia hidup nanti? Bagaimana nasib anak kami nanti? Apakah ada jaminan untuk mereka selamat dari segala maksiat? yang saya tahu jawabannya hanya dua, jadi korban atau malah jadi pemeran. (Naudzubillah summa naudzubillah). Tak ada jaminan meski mengikuti asuransi semahal apapun.

Lalu, kemanakah kami para ibu yang sudah cukup takut dan khawatir dengan semua ini membawa anak-anak kami? Apakah boleh kami kurung dirumah berhari-hari agar tak terkontaminasi?

Tidak, kami tak akan menyerah begitu saja. Sungguh, kami, ibu jaman now, tak sepengecut itu sebagai seorang manusia yang yakin dengan iman kami. Kami lebih memilih berjuang. Apapun akan kami lakukan demi anak-anak kami. Panutan kami adalah Siti Hajar yang berjuang untuk anaknya Ismail. Role model kami adalah Khadijah yang agung. Teladan kami adalah Asma binti abu bakar, ibu cerdas dan pemberani.

Kami akan putar keadaan ini meski tak semudah membalikan telapak tangan. Bagi kami, Satu-satunya jalan hanyalah melawan. Kami akan lawan biang keladi semua permasalahan ini.

“Hai kalian Sekulerisme, Liberalisme, Kapitalisme, Atheisme dan semua produk turunan, ketahuilah sebentar lagi kalian akan mati karena dirimu sendiri”. Kami akan katakan pada ibu generasi yang lain yang menolak berdiam diri bahwa hanya khilafahlah satu-satunya solusi dari segala permasalahan negeri. Ya, Khilafah yang saat ini kalian persekusi wahai kaki tangan asing dan aseng.

Kami meradang dan marah dengan keadaan. Kami sabar namun kami menolak pasrah. Kami tak mau tergilas. Kami akan suarakan, kami akan dakwahkan dan dengan kekuatan “The Power of emak-emak” kami akan lahirkan generasi militan yang hanya mencintai kematian, mencintai Allah dan Rasul-Nya, membela Al-Quran dan As-sunnah. Hingga kalian takut atau mati dalam kemarahan. Wallahu ‘allam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version