View Full Version
Sabtu, 20 Jan 2018

Horor Mengintai Buah Hati dan Generasi

Oleh : Shafayasmin Salsabila 

"Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati. Air matanya berlinang mas intannya terkenang".

Sepenggal lagu anak berjudul 'Ibu Pertiwi' mengingatkan kepada kita bahwa negeri ini telah lama berduka. Lagu ini disusun oleh seorang komposer sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an. Lebih dari setengah abad yang lalu, ibu pertiwi bersedih, karena 'harta'nya diambil orang.

Kini, air mata ibu pertiwi membanjir. Bukan hanya 'harta benda' yang diambil, masa depan anak-anaknya pun dalam ancaman besar.

Generasi yang diharapkan oleh ibu pertiwi untuk membesarkan negeri ini, digerayangi oleh predator anak. Mereka memanfaatkan kelemahan dan keluguan dari makhluk tak berdosa ini. Mengincarnya demi melampiaskan syahwat menyimpang.

Sedikit saja orang tua lengah, buah hati akan dimangsa. Kasus terbaru terjadi di Tangerang, Banten. Tak tanggung-tanggung, 41 anak berusia 6-15 tahun menjadi korban. Tersangka, WS alias Babeh diketahui bekerja sebagai guru SD. Dengan berdalih menguasai ajian semar mesem dan kesaktian menyembuhkan orang sakit, Babeh menjerat korbannya. (Liputan6.com)

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, mendesak penegak hukum untuk menjadikan kekerasan seksual terhadap anak sebagai kejahatan pidana luar biasa (Extraordinary Crime).

Wajar jika ada yang merasa geram. Karena salah satu faktor penyebab maraknya predator anak adalah akibat kurang tegasnya sistem sanksi di negeri ini. Hukum mandul dari membuat jera para pelaku.

Predator kian agresif akibat mindset sekulerisme. Pola pikir yang jauh dari agama. Seseorang hanya berfikir seputar cara memuaskan syahwatnya. Disinilah mereka telah menggeser peran Allah. Lalu menggantinya dengan menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan.

Mereka menyangka kebahagiaan ada pada saat terlampiaskannya seluruh syahwat. Tak peduli apakah itu akan menghantarkan pada dosa. Melanggar norma. Ataupun ancaman penjara. Mereka merasa menjadi seorang pemberani. Menafikan seluruh resiko. Gelap mata.

Sekulerisme membawa horor masuk ke negeri ini. Meresahkan para orang tua. Mengancam masa depan bangsa. Air mata ibu pertiwi berlinang menderas, menyaksikan kehancuran generasi akibat dimangsa predator yang lapar mata.

Hanya ada satu cara untuk menghapus nestapa ibu pertiwi yang telah lama berduka. Kita harus mengubah mindset sekulerisme yang merusak, menjadi cemerlang dengan mindset islam. Karena mindset Islam akan menjadikan seseorang diliputi dalam kebaikan.

Keyakinan tentang Allah serta hari pembalasan, akan mampu membuat kita berpikir ribuan kali untuk melakukan kejahatan. Kesadaran akan pengawasan Allah akan menjaga siapa pun dari gejolak syahwat. Saat keinginan itu timbul, kegigihan menggenggam hukum syara akan menjadi rem.

Mindset Islam hanya akan menyubur dan mengeliminasi mindset sekulerisme jika tegak sistem Islam di negeri ini. Seperti cahaya yang menghapus gelap, sistem Islam akan mengembalikan manusia kepada misi penciptaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi. Pemimpin yang menjaga bumi, bukan perusak apalagi penghancur kehidupan generasi. Wallahu a'lam bish-shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version