View Full Version
Selasa, 27 Feb 2018

Ketika Jatuh Menjadi Takdir Terbaik untuk Dilewati dan Disyukuri

Brak! Motor menyenggol sepeda yang sedang dikayuh santai di pinggir jalan. Senggolan yang jauh dari fatal karena faktanya si sepeda tegar berdiri dengan pengendaranya. Sebaliknya, si motor malah oleng dan jatuh kedubrak menimpa pengendara. Kaki yang tertindih motor, lengan kiri dan punggung tangan kiri yang mencium aspal jalanan membuat si pengendara memilih menikmati rasa sakit sampai ada beberapa orang datang. Mereka membantu mengangkat si motor dan mengambil dua tas kresek berisi buku dan belanjaan yang tercecer di jalan.

Si pengendara motor pun bangun sendiri. Ya...ia masih kuat untuk sekadar berjalan dengan sedikit tertatih. Bukan rasa sakit yang dipedulikannya tapi bapak setengah sepuh pengendara sepeda.

“Bapak tidak apa-apa?” Ia berusaha bertanya dan meyakinkan diri meskipun jelas terlihat si bapak pengendara sepeda terlihat baik-baik saja. Si bapak bahkan sempat menolongnya mengambilkan barang-barang bawaan yang berserakan di pinggir jalan raya.

Di tengah ekspresi mengkhawatirkan si bapak, salah satu orang yang menolongnya mengangsurkan segelas besar air. Awalnya ia menolak karena ia merasa baik-baik saja. Tapi si bapak yang sepertinya satpam perkantoran dekat situ memaksanya untuk minum. Untuk mengobati kaget, deg-degan karena jatuh, begitu alasannya.

Diseruputnya sedikit. Si pak satpam memaksanya untuk menghabiskan. Diminumnya seperempat. Dipaksa lagi untuk meminumnya kembali. Biar peredaran darah lancar, begitu alasan selanjutnya. Tegukan separuh lebih, tak kuasa menghabiskan, ia kembalikan gelas pada pada si pak satpam sambil berterima kasih.

Perhatiannya kembali pada si bapak. Saat itu baru disadarinya, si bapak setengah sepuh pengendara sepeda membawa dua plastik besar berisi botol plastik bekas.

“Bapak bener nggak pa-pa? Sepedanya rusak nggak?”

Si bapak tetap keukeuh bahwa dia baik-baik saja, begitu juga sepedanya. Hanya saja sekilas terlihat si bapak tersebut sedikit membetulkan bagian belakang sepedanya. Bila menimpa orang lain, bukan tidak mungkin pengendara sepeda meminta ganti rugi dengan banyak alasan untuk memeras pengendara motor. Tapi bapak ini tidak. Dia membantu bahkan menunjukkan bahwa dirinya dan sepedanya baik-baik saja.

Sepertinya, sore itu takdir sengaja mempertemukan keduanya dalam kondisi sedemikian. Inilah momen tepat untuk pengendara motor memberikan sebagian rizkinya kepada si bapak. Peristiwa jatuhnya tadi adalah satu alamat untuk mengeluarkan sebagian dari apa yang dikaruniakan Allah kepada bapak tersebut.

Menjelang si bapak akan mengayuh sepeda sambil membawa dua plastik besar berisi botol plastik bekas, ia pun langsung berinisiatif memberikan ‘sesuatu’ pada genggaman si bapak. Kaget, tapi tidak menolak. Tak sempat berlama-lama, si bapak pun berlalu dengan sepedanya. Sedangkan ia, kembali ke motornya dan meyakinkan diri bahwa si bebek juga baik-baik saja untuk kembali dikendarai.

Berterima kasih lagi pada si pak satpam sebelum berlalu, ia pun sempat menyapa si bapak bersepeda dengan hati yang lebih lapang. Ya...selalu saja ada cara Allah untuk mempertemukan manusia satu dengan manusia lain meskipun itu harus melalui senggolan kecil sebagai awal terbukanya hati-hati untuk saling memberi dan menerima kebaikan sesamanya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version