View Full Version
Selasa, 06 Mar 2018

Belenggu Ibu dalam Sistem Sekuler

Oleh: Firda Umayah, S.Pd

(Ibu Beranak Dua sekaligus Pemerhati Ibu dan Anak Asal Tulungagung)

Masyarakat Indonesia dalam beberapa pekan terakhir dihebohkan dengan berbagai kasus yang menimpa masalah ibu dan anak. Masih jelas dalam ingatan bagaimana seorang ibu tega menjual anaknya seharga 20juta dan menghabiskan uangnya untuk berfoya-foya dan membeli sabu-sabu. Tak kalah mengerikan ada seorang ibu yang tega membunuh ketiga anaknya dengan cara meracuninya menggunakan cairan pembasmi serangga (tribunnews.com).

Masih banyak kasus lain yang tak patut dilakukan seorang ibu kepada buah hati mereka seperti penganiayaan (harianriau.co), pembuangan bayi (suryamalang,tribunnews.com), dan lain-lain. Lantas, dibalik maraknya kasus-kasus tersebut, apakah yang menjadi motif utama atas semua tindakan tersebut?

Meskipun setiap kasus yang menimpa ibu dan anak tidak selamanya dilatarbelakangi motif yang sama, namun ada benang merah yang dapat kita garis bawahi. Semua kasus tersebut memiliki sebab utama bahwa seorang ibu sedang tertekan atau bahkan depresi dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Permasalahan hidup dapat berupa kurangnya ekonomi, urusan percintaan terlarang, kurang harmonisnya keluarga, dan lain-lain. Namun,yang paling marak dialami oleh seorang ibu adalah permasalahan ekonomi.

Sebenarnya, bukan hanya para ibu yang merasakan beratnya beban ekonomi saat ini. Hampir semua penduduk baik remaja, orang tua bahkan lansia harus berusaha keras berjuang demi sesual nasi. Sebab, hampir semua kebutuhan hidup harus ditanggung secara mandiri oleh setiap keluarga. Bahkan adanya jaminan kesehatan, pendidikan dan kebutuhan pokok bagi warga tak mampu juga tak lantas membuat mereka lepas dari beban ekonomi.

Kembali kepada permasalahan keluarga, maraknya kasus yang menimpa wanita, ibu dan anak sebenarnya adalah hal yang wajar dalam sistem sekuler saat ini. Hal ini dapat dijumpai pula dalam semua negara yang mengemban sistem sekuler. Sebab, dalam sistem ini, norma atau aturan agama tidak boleh ikut andil dalam mengatur tatanan kehidupan.

Sehingga, masyarakat mengalami kerusakan moral yang mengakibatkan maraknya perzinaan, pembunuhan, penganiayaan, dan lain-lain. Terlebih lagi beban ekonomi yang semakin melilit membuat semua elemen masyarakat berlomba-lomba dalam mengais rejeki termasuk kaum ibu.

Banyak ibu yang harus terjun langsung dalam mencari nafkah sehingga menghilangkan fitrahnya dalam membesarkan dan mendidik anak. Hal ini menyebabkan permasalahan baru yang tak kalah rumit seperti kenakalan remaja dan ketidakharmonisan keluarga. Terlebih lagi, akibat yang ditimbulkan dalam sistem sekuler adalah tercabutnya rasa tanggungjawab kepala keluarga. Seorang suami dan ayah yang menjadi penanggungjawab keluarga banyak yang kehilangan fungsinya lantaran disebabkan permasalahan ekonomi.

Namun, dibalik semua permasalahan diatas, masih ada harapan yang dapat kita raih. Semua harapan itu akan mudah diraih jika kita menanggalkan sistem sekuler yang menjadi penyebab utama. Sebab, disadari atau tidak, kelemahan yang dimiliki manusia menyebabkan ia harus mengambil peraturan hidup dari Sang Maha Pencipta.

Terlebih lagi bagi seorang Muslim, terikat kepada semua hukum syara' adalah sebuah keharusan. Islam sebagai sebuah ideologi memiliki seperangkat aturan hidup yang mampu menyelesaikan semua permasalahan hidup. Sebab Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia sehingga solusi yang ditawarkan mampu memuaskan akal dan menentramkan hati.

Islam memandang bahwa negara wajib memenuhi kebutuhan dasar warga negara dalam sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara sebagai penyelenggara dan pelaksana hukum Islam wajib memfasilitasi warga negara terutama kaum pria dalam mencari nafkah.

Negara juga wajib menjaga kaum ibu agar tidak melepas fitrahnya dalam mengurus keluarga dan membesarkan serta mendidik anak-anaknya. Sehingga, kasus yang menimpa ibu dan anak dapat diminimalisir. Semua itu akan terjadi jika semua aturan hidup dalam Islam diterapkan secara komperehensif dan total baik dalam ekonomi, pendidikan, sanksi dan hukum lainnya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version