View Full Version
Selasa, 27 Mar 2018

Fitrah Ibu Terberangus dalam Sistem Sekular

Sahabat VOA-Islam...

Kejadian demi kejadian terus melanda negeri ini. Belum  habis kasus-kasus sebelumnya yang menyayat hati, kini publik dihebohkan dengan kabar yang mencengangkan. Seorang istri nekat membunuh suaminya karena menduga berselingkuh. Peristiwa ini terjadi di rumah keduanya yang terletak di kawasan Sekata, Gang Flamboyan, Medan Barat. (Parroli Indosiar, 5/1/2018).

Yang mencengangkan lagi adalah sebelum kejadian ini, terjadi juga kasus seorang ibu yang melakukan bunuh diri bersama tiga anaknya dengan cara menenggak racun serangga. Hal ini disebabkan karena prahara rumah tangga yang sudah berlangsung 3 tahun, sekaligus ibu tersebut mengetahui suaminya menikah lagi.

Juga kejadian yang diluar akal sehat terjadi di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Seorang ibu tega menganiaya anak kandungnya sendiri hingg tewas. NW yang merupakan orang tua tunggal atau single parent tersebut menganiaya buah hatinya, lantaran kesal karena anaknya sering mengompol. Ibu tersebut mengikat tangan dan kaki anaknya sendiri dengan tali rafia, kemudian untuk menenangkan tangis anaknya, dia menyemprotkan obat nyamuk ke wajah korban dan menutup kepala korban menggunakan kantong kresek. Astaghfirullah.

Betapa banyak peristiwa terjadi di sekitar kita. Kejadian yang bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, di luar batas kewajaran dan akal sehat. Lihatlah di TV, kejadian di atas hanyalah segelintir kisah memilukan yang terjadi pada seorang ibu, istri, wanita. Belum lagi kasus aborsi, kekerasan pada anak, penjualan anak demi membeli sabu-sabu, atau pembuangan anak karena hubungan terlarang. Jika diketahui seluruhnya, rasanya harus mengelus dada dan beristighfar setiap detik.

Ada apa gerangan? Apa yang terjadi pada ibu? Fitrah seorang ibu yang seharusnya mengasihi, mengasuh, dan mengasuh anak-anaknya berubah menjadi sosok ibu yang pemarah, pemukul, bahkan menjadi pembunuh. Kemana hilangnya sifat lembut, kasih sayang, dan mengayomi.

Anak yang dikandungnya selama sembilan bulan di dalam rahimnya, melahirkannya dengan susah payah, kemudian menyapihnya dua tahun, dan membesarkannya. Tiba-tiba tak berbekas semua kenangan itu dengan keegoisan dan pemahaman kehidupan yang jauh dari islam. Kemana hilangnya fitrah seorang ibu, hati nurani, dan iman?

Kalau sudah begini, pasti ada yang salah dengan tatanan sosial di masyarakat, terlebih sistemnya. Ini bukan sekedar masalah individu. Sosok ibu yang perilakunya jauh lebih keji dari binatang karena jauh dari pemahaman islam kaffah. Saat ini manusia jauh dari aturan Allah, dan ini adalah akibat dari diterapkannya sistem sekuler kapitalis.

Faham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, agama hanya sekedar formalitas, ibadah ritual indivudu dan terlarang di ruang publik. Seorang ibu yang seharusnya berada di rumah menjadi ummu wa rabbatul bait, harus bekerja, lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan alasan ekonomi.

Ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena di sisi lain biaya kehidupan terus meningkat, semua serba mahal, listrik, harga sembako, BBM serba naik sehingga mengharuskan seorang ibu bekerja sehingga tidak jarang terjadi depresi ataupun perselingkuhan. Sehingga beban ekonomi menyebabkan ibu kehilangan fitrah dalam membesarkan dan mendidik anak.

Di sisi lain, kurangnya kontrol sosial (amar makruf nahi munkar) di tengah-tengah masyarakat. Hidup menjadi urusan individu masing-masing yang harus dihadapi tanpa bantuan masyrakat sekitar, sehingga beban terasa bertambah-tambah. Terlebih lagi tidak ada aturan yang mengatur tentang perilaku menyimpang sehingga menumbuh suburkan perilaku maksiat di mana-mana.

Kejadian demi kejadian seharusnya membuat kita sadar dan membuka mata lebar-lebar. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari sistem yang sudah cacat dari lahir ini, karena ia lahir dari pikiran manusia yang lebah dan serba terbatas. Sehingga melahirkan berbagai kerusajan di seluruh penjuru negeri bahkan dunia. Sudah saatnya kita kembali pada islam kaffah. Islam secara menyeluruh.

Bukan hanya mengambil hukum islam yang hanya berhubungan dengan duit, sedangkan yang lain ditinggalkan. Seperti pernyataan kemenag yang akan memotong gaji PNS 2,5 persen setiap bilannya untuk zakat, kan? Atau menggunakan dana haji untuk pembagunan infrastruktur. Islam tidak bisa diterapkan seperti itu.  Justru terlihat mengerikan. Sekali lagi, islam harus kaffah. Seluruh aspek seperti ekonomi, politik, pendidikan, budaya, dll.

Seorang ibu adalah malaikat tak bersayap yang diciptakan untuk menjaga anaknya. Tentu kita tidak asing dengan kalimat tersebut. Dan benar saja, di dalam islam kedudukan menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang sangat mulia. Bahkan disebutkan Rasulullah SAW syurga ada di telapak kaki ibu. Karena lelahnya merawat anak dan suami adalah pahala yang dapat menghantarkannya ke syurga. Tentu kita juga tidak asing dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda;

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak kuperlakukan dengan baik?” beliau berkata, “ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “kemudian siapa?” tanya laki-lai itu, “ibumu”, “kemudian siapa?” tanya laki-laki itu, “ibumu”, “kemudian siapa? Tanyanya lagi. “kemudian ayahmu” jawab beliau”.

Seorang ibu adalah pendidik paling handal di dunia. Tanpa perannya tidak akan lahir  generasi gemilang penerus masa depan. Dengan sifatnya yang lembut penuh kasih sayang mengurusnya sewaktu kecil, seorang anak akan merasa nyaman dalam dekapannya, yang notabene tidak dimiliki oleh seorang laki-laki. Oleh karena itu akan berbeda kualitas seseorang yang hanya dirawat oleh ibu, dengan seseorang yang dirawat oleh seorang ayah.

Begitu penting dan beratnya peran seorang ibu ini untuk itu Allah janjikan syurga tatkala bisa mencetak generasi anak-anak yang sholeh dan sholehah yang mampu memperjuangkan agama islam dan melanjutkan peradaban islam. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Siti Sa'adah tinggal di Marabahan Kalsel


latestnews

View Full Version