View Full Version
Senin, 21 May 2018

Wahai Orang Tua, Jangan Halangi Anak-anakmu untuk Mengkaji Islam!

Oleh: Meyra Kris Hartanti, S.KM 

(Ibu Rumah Tangga dan Pemerhati Remaja Surabaya)

Ilmu adalah pelita, jalan bagi siapapun yang ingin memahami dunia dan seisinya. Ilmu adalah teman. Ia menyertai manusia bahkan saat manusia tidak berkawan.

Ketika ilmu tidak lepas daripada manusia yang berakal, maka Islam menjadi salah satu pendobrak cara berpikir manusia hingga mampu membuka sains yang dahulu kala tidak pernah dijamah manusia. Islam pula yang mendorong manusia-yang memeluknya dan mengembannya- menjadi sosok magis yang pada saat itu bangsa Barat pun tidak pernah melihatnya.

Islam menyulap manusia dungu menjadi manusia mulia, pemikir ulung, dan menjadi manusia yang ditinggikan dengan khazanahnya. Ya, dasar-dasar sains banyak ditemukan oleh ilmuwan muslim, begitupula dengan berbagai ilmu perdagangan, tukar-menukar barang, industri, makanan dan masih banyak lagi.

Menuntut ilmu adalah wajib bagi umat Islam. Hadist ini bukan sembarang kalimat yang dilisankan oleh seorang yang tuna aksara, namun kalimat yang mampu membuat setiap muslim berlomba-lomba untuk menjadi seorang yang ahli tidak hanya dalam agama, namun juga ahli dalam bidang lain yang menunjang kehidupan umat manusia.

Bertolak dari fakta historis ini, sungguh disayangkan ketika banyak orang tua di luar sana justru melarang anak-anaknya untuk mengkaji Islam –yang notabene merupakan agamanya- dengan dalih kekhawatiran terhadap gerakan radikalisme.

Wahai orang tua, anak-anakmu adalah aset besar yang bisa meringankan hisab kelak di akhirat! Jika mereka hidup dalam ketaatan, doa-doa mereka akan menjadi sedekah jariyah bagi orang tua. Doa mereka pula yang akan melepaskan kaki dan tanganmu dari jeruji api neraka yang membara.

Apakah kalian –para orang tua yang seringkali merasa paling benar - akan menghalangi buah hatimu untuk memahami bagaimana berbakti yang benar, mendoakan yang benar, dan hidup dengan cara yang benar? Jika tidak, maka jangan halangi mereka untuk mendapatkan ilmu itu!

Wahai orang tua, anak-anak kalian adalah ladang nasihat! Mereka akan menerima nasihat baik orang tua dan menasihati orang tua jika orang tua dalam kekhilafan. Maka agama adalah sebaik-baik nasihat, sementara sebaik-baik nasihat tersebut tidak akan mampu dimiliki tanpa anak-anak mengkajinya.

Wahai orang tua, anak adalah amanah dari Allah. Ia bukan milikmu! Adalah dosa besar ketika orang tua menghalangi anaknya untuk mengkaji Islam. Karena menuntut ilmu agama adalah fardhu ‘ain yang setiap pundak manusia harus menunaikannya. Tidakkan kalian takut dengan azab terhadap dosa besar?

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim)

Wahai orang tua, ancaman adzab yang besar tatkala manusia menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal bagi dirinya dan manusia lainnya! Apakah kalian akan menjadikan sesuatu yang wajib menjadi sesuatu yang terlarang? Apakah kalian akan mengaramkan anak-anak kalian untuk menunaikan kewajiban mereka menuntut ilmu agama? Tidakkah itu kepongahan yang luar biasa terhadap Allah Sang Pengatur Manusia?

“...dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta  ‘ini halal dan ini haram’ untuk mengada – adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. Itu adalah kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih” (An-Nahl :116-117)

Wahai orang tua, tidak ada ketaatan terhadap kemaksiatan! Pahamilah jika kelak mereka akan “berpaling” darimu saat mereka tahu bahwa pelarangan terhadap mengkaji Islam adalah satu bentuk kemaksiatan. Bukan mereka tak sayang, namun mereka memilih mengharap cinta Allah dan Rasulnya daripada mengharap cinta orang tua yang menjauhkannya dari ketaatan.  

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan” (HR. Bukhari Muslim dari Ali bin Abi Thalib RA)

Biarlah Ibu Sa’ad bin Abi Waqqas saja yang mencegah anaknya untuk mengikuti Rasulullah dan kita kelak sebagai orang tua tidak mengikuti jejaknya. Orang tua menginginkan surga kelak setelah ia tak lagi hidup di dunia, tapi menjadi fana jika melarang anak-anaknya belajar ilmu agama.

Biarlah anak-anak kita mengkaji agamanya, agar tenang mereka dalam bersikap, agar mereka tahu adab dan akhlak dan agar mereka menjadi penjaga agama mereka.

Bukankah kita sebagai orang tua konsisten menginginkan doa baik dari anak shalih shalihah yang akan melindungi kita dari dahsyatnya api neraka? [syahid/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version