View Full Version
Kamis, 24 May 2018

Video AADC, Eksperimen Sosial Menepis Salah Paham tentang Cadar

Oleh: Andi Haerani, S.Pd

 “Peluk Saya jika kehadiran Saya membuat Anda merasa aman”.

Demikianlah sebuah tulisan pada genggaman wanita bercadar dalam sebuah cuplikan video berjudul social experiment bertema Ada Apa Dengan Cadar (AADC). Video ini menjadi viral dan berhasil menarik simpati masyarakat umum dan netizen.  Konsep tersebut memancing rasa haru dan peduli.

Nampak dalam video satu persatu masyarakat datang memeluk, utamanya pejalan kaki perempuan memeluk akhwat bercadar yang memegang tulisan tersebut. Sedangkan yang lelaki memeluk sesama lelaki yang bercelana cingkrang dan berjenggot. Tampilan tersebut, dianggap sebagai ciri khas terorisme. Maka aksi itu pun berusaha membantah tuduhan.

“Social experiment ini salah satunya dengan tujuan menyatakan dan memberikan rasa aman bahwa teman-teman yang berniqab, bercadar, pakai celana cingkrang, mereka nggak bisa dikaitkan dengan yang sedang terjadi, nggak bisa kita generalisasi bahwa orang yang bercadar adalah orang yang ‘bermasalah,’” demikian kutipan pernyataan Ahmad Zaki, Kordinator aksi AADC yang dilangsir di detik news.com  pada Ahad, 20 Mei 2018.

Bola panas isu terorime yang kembali mengudara di dunia maya maupun media massa, berhasil memunculkan efek domino ketakutan di tengah-tengah masyarakat. Bukan sekadar takut ledakan bom berikutnya dan rasa cemas pada masyarakat, ada hal lebih buruk daripada itu. Masyarakat  dibuat takut terhadap ajaran Islam atau Islamophobia. Ukhuwah kaum muslim semakin retak. Kerukunan umat antar agama pun semakin renggang. Bukannya hidup rukun saling menghargai, mereka malah saling mencurigai dan mewaspadai.

Adapun sebagian kaum muslim yang masih awam dengan agamanya sendiri, menjadi lebih enggan memperdalam agama Islam. Mereka berpuas hati dan mencukupkan diri dengan memahami agama seadanya dan apa adanya saja. Terbangunlah opini bahwa orang Islam tak perlulah terlalu taat.  Taat agama, iman terlalu tinggi  potensi menjadi bibit teroris. Sel hidup terorisme ada pada mereka yang belajar Islam terlalu  dalam dan memperjuangkan ide Islam kaffah. Benarkah demikian? 

...Bola panas isu terorime yang kembali mengudara di dunia maya maupun media massa, berhasil memunculkan efek domino ketakutan di tengah-tengah masyarakat. Bukan sekadar takut ledakan bom berikutnya dan rasa cemas pada masyarakat, ada hal lebih buruk daripada itu. Masyarakat  dibuat takut terhadap ajaran Islam atau Islamophobia...

Jika benar begitu adanya ajaran Islam, siapa yang meragukan ketaatan para sahabat terhadap Islam? Adakah dalam catatan hidup mereka pernah melakukan aksi teror? Siapa gerangan yang meragukan kesalihan empat imam madzab? Adakah secuil saja dalam catatan hidupnya pernah melakukan tindakan pengrusakan terhadap gereja?

Kesimpulannya, bahwa orang yang taat agama takkan mungkin pernah melakukan aksi teror. Nah, sebaliknya isu ini yang justru memunculkan teror bagi kaum muslim yang ingin taat agama. Mereka menjadi pihak yang dicurigai. Di tengah mayoritas kaum muslim, mereka justru terdikriminasi.

Ajaran Islam sangatlah Indah dengan peraturan yang sangat elok dan meninggikan nilai-nilai kemanusiaan. Islam mengutuk keras kelakuan aksi teror bahkan melawan terorisme. Karena itu, bersikaplah bijak. Yang bercadar atas dorongan agama adalah saudara kita, yang memakai celana cinkrang dan berjenggot atas dorongan agama pun, adalah saudara kita. Tak perlu mereka dicurigai dan diwaspadai. Ketinggian ketaatan takan pernah mengantarkan manusia pada tindakan yang sangat yang salah.

Inilah kesejukan Islam tentang persaudaraan. Bahwa persaudaraan dalam Islam itu senikmat dan sewangi buah utruja. Tatkala menyaksikan saudara kita yang bercadar terdiskriminasi di negeri mayoritas muslim, kita harus merangkul dan membela mereka. Pun saat ajaran Islam dikriminalisasi, letakkanlah keberpihakan kita sebagai seorang muslim selayaknya.

Hiasilahh dunia dengan sikap yang hormat

Dengan cinta dan senyuman

Sebarkanlah diantara insan

Inilah Islam agama perdamaian

Demikianlah kutipan terjemahan lirik lagu berjudul deen Assalam yang juga menjadi backsound video social eksperimental: Ada Apa Dengan Cadar (AADC). Yah, sebab Islam sebagai agama rahmatan lil alamin akan mengupayakan kedamaian di antara warga sipil meski beda agama. Tetaplah hidup rukun sebagai warga negara walau beda keyakinan. Tetaplah menjaga toleransi sebagaimana telah digariskan oleh syariat. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

*Kordinator Komunitas Guru Muslimah Inspiratif Kab. Gowa

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version