View Full Version
Selasa, 12 Jun 2018

Agar Mudik Tak Sekadar Tradisi

Oleh: Yuyun suminah, A.Md

Ramadan berlalu begitu cepat, tidak terasa Ramadan telah sampai di penghujung pertemuan. Sepuluh hari terakhir menjadi momen untuk beriktikaf (mendekatkan diri pada Allah) dengan berdiam diri di mesjid. Juga, menjadi momen sibuk orang-orang untuk melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman atau mudik.  

Tidak ada yang salah ketika kita melakukan mudik sebagai bentuk silaturahmi atau mengunjungi orang-yang kita cintai. Sebagaimana  Allah berfirman: "Dan bertakwalah kepada Allah, yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturrahmi. (QS An Nisa: 1).

Saat mudik, kita bisa bertemu orang tua, sanak sodara, sanak family dan teman. Mudik juga termasuk bagian birrulwalidain atau berbakti kepada orang tua. Sebagai orang perantauan, momen ini dijadikan sebagai luapan gharizah na’u (naluri kasih sayang). Di bulan-bulan lain kondisi ini susah dilakukan karena kendala waktu, biaya, dan berbagai alasan kesibukan lainnya.  

Persiapan pun dilakukan jauh hari. Mulai dari persiapan biaya, perbekalan, anak rewel, dan sebagainya untuk antisipasi selama perjalanan. Hanya saja ada hal yang sering luput dari perhatian ketika kita melakukan perjalanan mudik. Dua hal penting di bawah ini perlu diperhatikan saat mudik agar nilai silaturahimnya tetap terjaga dan jauh dari maksiat.

1. Jaga Kondisi Spiritualnya

Perhatikan ketentuan ibadah dalam safar, khususnya terkait keringanan (rukhshah) shalat saat melakukan perjalanan. Seperti kapan mulai shalat qashar jamak, bagaimana caranya dll. Intinya, shalat tidak boleh ditinggalkan dalam safar, namun di sana ada keringanan yang diberikan syariat. Seperti firman Allah yang artinya: "Allah menghendaki kemudahan bagimu (TQS. Al-Baqarah: 185). 

Untuk menjaga ibadah tetap terjaga kita bisa mempersiapkan perlengkapan seperti perlengkapan buat solat, membawa Alquran, dengan bantuan teknologi kini lebih mudah membaca alquran bisa lewat telepon genggam. Bahkan bila diperlukan membawa buku bacaan jadi, dalam perjalan masih bisa kita gunakan waktu itu untuk melakukan ibadah lainnya, mulai dari berdzikir, membaca alquran atau buku, apa lagi ketika perjalanan macet itu semua bisa jadi pengusir kejenuhan, tidak hanya mengisinya dengan tidur saja. Agar spirit ramadan masih bisa kita rasakan walaupun dalam perjalanan. 

Selain ibadah solat, ibadah puasa pun penting diperhatikan. Orang  yang melakukan safar boleh untuk membatalkan puasa.

Dari Aisyah ra, istri Nabi saw: Bahwa Hamzah bin Amr al-Aslami berkata kepada Nabi saw: Apakah aku harus berpuasa ketika dalam perjalanan, sementara dia dikenal banyak berpuasa. Maka Nabi saw bersabda: jika engkau menghendaki maka silakan berpuasa, dan jika engkau menghendaki maka silakan pula engkau berbuka. (HR.Bukhari [1943], an-Nasai, Ahmad dan ad-Darimi). 

Ketika kita mengambil untuk membatalkan puasa jangan lupa wajib mengqadanya di luar hari ramadan. Meskipun saat safar kita dalam kondisi tak berpuasa, harap diperhatikan adab makan dan minum serta menghormati orang lain yang sedang berpuasa.

2. Ketika di kampung halaman

Libur idul fitri menjadi momen berkumpul atau silaturahmi. Bukan hanya dengan keluarga, saudara bahkan dengan teman pun bisa jadi momen ini dimanfaatkan untuk bertemu teman lama dengan istilah reuni.

Dari Anas bin Malik Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah melakukan silaturrahmi. (HR Muslim).

Dalam reuni, jangan lupa harus tetap memperhatikan rambu-rambu syariat.

Memang senang bisa temu kangen dengan teman-teman di kampung halaman yang tidak pernah bertemu karna  sama- sama merantau. Hati-hati, tidak menutup kemungkinan Silaturahmi ini pun bisa juga jadi ajang "pamer" kesuksesan materi selama di daerah perantauan. Belum lagi masaah ikhtilat atau campur baur di dalamnya.

Melakukan mudik tidak ada salahnya selama ada kesempatan dan kemampuan. Mudik juga tidak melulu menunggu waktu Idul Fitri karena menjalin silahturahmi dengan keluarga bisa dilakukan kapan saja. Dan jangan lupa untuk selalu menjaga ibadah kita selama perjalanan dan di tempat tujuan mudik agar perjalanan kita mendapatkan keberkahan. Aamiin. Walahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version