View Full Version
Kamis, 05 Jul 2018

Inilah 3 Langkah Melatih Anak Mengatur Keuangan

Oleh: Vinci Pamungkas, S.Pd

Setelah idul fitri berlalu, biasanya kantong anak-anak jadi tebal. Indonesia memang punya tradisi bagi-bagi uang atau biasa disebut angpao saat lebaran. Biasanya yang jadi sasaran adalah anak-anak kecil alias bocah-bocah. Pasalnya, memberi uang ke mereka tak perlu modal besar. Uang 10 ribu baru yang masih kaku sudah membuat mereka sumringah.

Uang-uang angpao itu ketika dikumpulkan, ternyata lumayan besar jumlahnya. Bocah-bocah ini tiba-tiba jadi kalap. Tiap ada tukang jualan lewat rumah, mereka panggil. Mulai dari tukang es krim, bakso, balon, sampe tukang rujak mereka beli. Uang mereka lenyap dalam sekejap. Ini terjadi karena mereka tidak terbiasa memegang uang banyak. Biasanya setiap mau jajan saja mereka minta uang ke bundanya. Atau saat jajan, bunda yang membayar. Anak tidak tahu menahu soal pembayaran.

Jika kekalapan itu hanya terjadi saat lebaran, mungkin tidak masalah. Toh hanya terjadi satu tahun sekali. Tapi bagaimana jika terjadi setiap hari? Anak terus menerus minta jajan padahal dia tak terlalu menginginkannya, alias konsumtif. Maka ini bisa berbahaya bagi kantong ayah dan bunda, juga masa depan anak-anak kita. Oleh karena itu, anak-anak perlu dilatih mengatur keuangan.

Menurut coach parenting Abah Ihsan, anak usia sekolah dasar (minimum 7 tahun) sudah bisa diajarkan mengatur keuangan dengan memberikan uang saku kepada mereka per pekan atau per bulan. Adapun langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut:

  1. Survei. Saat menetapkan uang saku untuk anak, ayah dan bunda harus bijak. Jangan terlalu sedikit tapi juga tidak berlebihan. Perkirakan dengan bijak berapa uang saku yang pantas sesuai dengan umur anak, harga-harga jajanan di sekolah anak, harga jajanan kesukaan anak, dll.
  2. Akad. Sampaikan pada anak bahwa mulai besok atau pekan depan, uang sakunya akan diberikan langsung untuk satu pekan (mulai dengan satu pekan terlebih dahulu, jangan langsung satu bulan). Sampaikan berapa jatah jajan per harinya hingga cukup untuk satu pekan. Yang terpenting sampaikan bahwa ayah dan bunda tidak akan memberikan uang lagi jika sebelum satu pekan uangnya sudah habis.   
  3. Konsisten. Ayah dan bunda harus konsisten terhadap akad yang telah disepakati. Kemungkinan besar anak belum mampu mengatur uangnya dan habis sebelum satu pekan. Ayah dan bunda harus tegas dan jangan goyah walaupun anak merengek sampai menangis. Kekonsistenan ayah dan bunda adalah kunci latihan ini.

Manfaat yang didapat dari latihan mengatur uang saku ini sangat banyak. Yang utama, tentu anak akan terbiasa mengatur keuangannya. Selain itu, anak belajar amanah, menahan diri, memahami matematika riil dari pembagian uang saku per hari. Konsep penambahan dan pengurangan dari proses memberikan uang dan menerima kembalian bisa langsung diasah di lapangan. Selain itu anak otomatis belajar bermuamalah atau jual beli dan adab-adabnya, serta belajar mandiri.

Setiap anak akan berbeda-beda waktu keberhasilannya. Tidak masalah, karena kemampuan anak memang tidak sama antara satu dengan yang lain. Nikmati saja proses belajarnya karena hasilnya akan dinikmati hingga anak dewasa. Saat itulah orang tua akan memetik hasil saat anak mandiri finansial dan pandai pula mengatur keuangan. Selamat mencoba! (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version