View Full Version
Jum'at, 10 May 2019

Menjadi Artis yang Ikhlas dengan Skenario Allah

Pernahkah kita merasa bahwa ada 'something wrong' pada jalan hidup kita? Kita merasa bahwa jalan yang sedang ditempuh saat ini bukanlah apa yang pernah kita cita-citakan sebelumnya. Hal ini pula yang sempat saya rasakan sebelum akhirnya kembali sadar.

Di tahun awal sempat nelangsa meskipun keputusan diambil dengan sangat sadar. Hanya secuil kepahaman terhadap skala prioritas hidup dan urutan hukum syara saja yang menjadi penghibur diri. Semakin ke sini semakin yakin dan sadar bahwa hidup ini 'cuma' mengikuti skenario Allah saja. Tinggal kita memupuk sabar dan syukur untuk menjalani dengan penuh keikhlasan.

Allah memberi skenario pasti yang terbaik. Saat Allah 'meminta' kita keluar dari jalan yg menurut kita baik dan menjadikan hati senang, pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang seringkali belum kita ketahui.

Tiba-tiba saja Allah 'meletakkan' kita di tempat yang tak terbayangkan sebelumnya. Tempat yg membuat hati nelangsa, sedih, dan sempat tak percaya diri. Kok aku di sini? Kok aku jadi begini?

Tapi karena yakin bahwa rencana Allah adalah sebaik-baik rencana, maka seluruh rasa tidak enak itu ditepis. Terus yakin, yakin terus tanpa ada keraguan secuil pun. Yakin, Allah tidak akan menyia-nyiakan keyakinan ini. Yakin bahwa jalan ini yang terbaik di sisiNya.

Seluruh rasa tidak enak, airmata, kesedihan itu adalah cara Allah untuk menggugurkan ego manusia. Betapa ternyata kita itu tak berdaya di hadapan rencanaNya. Ketidakberdayaan itu menjadikan kita mendekat padaNya, memohon kekuatan. Dan sungguh, tak ada daya dan kekuatan tanpa pertolonganNya.

Saat itulah, ketika Allah telah memberikan pertolonganNya, seluruh rasa tidak enak dan sesak tadi perlahan memudar. Setiap detik yang ada jadi dinikmati dan disyukuri. Bukankah saat kita bersyukur, nikmat yang ada akan ditambah olehNya?

Dan itulah yang terjadi. Dimudahkan segala urusan, adalah salah satu nikmat yang masya Allah rasanya. Bahkan imbasnya, mengalir juga ke orang-orang di sekeliling.

Bakulan, yg meskipun kayak sepi di fb alhamdulillah meriah di wa (pencitraan ini supaya banyak yg minta di-add wkwkkw). Alhamdulillah bisa mengajak salah satu mantan murid (eh gak ada ya mantan murid dan guru), untuk jadi asisten bantu ini dan itu bakulan. Plus ada si mas barep yg setia setiap saat bantu packing ukuran besar2. Mak2 kalau belanja alhamdulillah gak tanggung2, sampe belasan kilo buku.

Allah yg menggerakkan teman2 dan para kastemer untuk setia berbelanja di lapak saya. Apalah saya yg bakulan aja moody kusnaedy. Dengar-dengar bakulan tipe ini katanya ditinggal pelanggan. Tapi Alhamdullah, Allah menjaga mereka untuk setia pada saya. Bahkan, anggotanya sampai detik ini ditulis mencapai 189 yg mayoritas aktif sampe rebutan kalau sudah naksir ngefiks buku.

Itu yang tercatat, belum lagi beberapa kastemer dan teman yang tidak ada di grup tapi rajin beli apa pun yang saya tawarkan. Masya Allah.

Efek pertolongan Allah terasa bahkan saat saya 'cuma' nulis status cerita tentang kondisi murid saya. Tak ada niatan menggalang dana, karena ada alokasi tersendiri dari rezeki yang ditiripkan Allah pada saya untuk murid-murid yang memang dari kalangan anak yatim dan fakir miskin.

Tapi masya Allah, ada saja yang japri saya untuk nitip ini dan itu buat murid-murid saya tersebut. Yang terakhir, ada seorang teman fb yang bahkan ketemu saja belum pernah sama saya, menitipkan 3 juta untuk murid saya agar bisa kontrak rumah dengan layak (di status fb saya tentang murid yg tinggal di kampung bandar narkoba).

Nikmat Allah mana lagi yang saya dustakan? 

Intinya, nurut ajalah sama rencana Allah. Buang ego diri, buang ambisi, mendekat pada Allah, tak perlu pembuktian apa pun pada manusia, selebihnya biar Allah yg mengatur. Udah, itu aja sementara ini. Setelahnya, rasakan bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat pada orang-orang yang menyerahkan seluruh urusannya pada Allah semata. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google 


latestnews

View Full Version