View Full Version
Jum'at, 31 May 2019

Sibuk Mudik, Siapkah Kampung Akhirat sebagai Tujuan?

Oleh: Syarifa Ashilah

 

Setiap penghujung bulan ramadan, pastilah ada momen yang ditunggu-tunggu oleh perantau. Apalagi kalau bukan mudik. Mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja untuk kembali ke kampung halaman. Kita rela menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer demi menemui sanak keluarga di kampung. Mudik menjadi tradisi tahunan di Indonesia, biasanya menjelang lebaran.

Fakta lain menunjukkan bahwa mudik lebaran tak hanya didominasi kaum muslim, namun agama lain juga. Semua memanfaatkan momen ini sebagai ajang untuk bertemu keluarga. Menteri perhubungan Budi Arya Sunadi mengatakan kurang lebih 23 juta orang mudik tahun ini. ( News.okezone.com, 25/05/19)

Berbagai bawaan pun dipersiapkan salah satunya membawa oleh-oleh. Oleh-oleh adalah tradisi yang wajib dilakukan oleh kita yang mudik. Semakin banyak buah tangan semakin bahagialah sanak saudara si kampung. Yang dibawa biasanya makanan khas daerah, baju baru, dan pernak pernik khas dari tanah rantau.  Saking banyaknya oleh-oleh terkadang barang bawaan jadi overload.

Itu sekelumit tentang euforia saat pulang kampung tiba. Semua orang berbahagia baik keluarga yang dikunjungi maupun si pemudik. Jauh-jauh hari kita sibuk mempersiapkan momen pulang kampung. Mulai dari menyiapkan sarana transportasi atau membeli tiket, menyiapkan bujet, membeli buah tangan.

Sayangnya, ada yang terlupa bahwa manusia pada hakikatnya akan kembali ke kampung halaman yang sesungguhnya. Pulang kampung yang dimaksud adalah saat jiwa kembali ke pangkuan sang ilahi yaitu saat kita meninggal dan kita tak akan balik ke dunia. Selamanya kita akan berada di sana.

Sudah saatnya kita mempersiapkan kepulangan kita yang sesungguhnya. Kepulangan harusnya adalah hal yang membahagiakan. Jika saat mudik di dunia, membawa oleh-oleh adalah hal yang menyenangkan, maka saat mudik ke akhirat pun membawa oleh-oleh adalah hal wajib yang harus kita bawa. Oleh-oleh menuju kampung akhirat adalah amalan saat di dunia.

Buah tangan kita akan menjadi penentu di mana kita akan kekal: surga ataukah neraka. Semakin banyak oleh-oleh yang kita bawa semakin baik pula tempat kita di sana. Dan Ramadan adalah saatnya kita memborong oleh-oleh yang banyak untuk dibawa menghadap sang Ilahi. Jangan sampai kita menjadi orang udik yang tak tahu kampung halaman yang sebenarnya hingga lupa menyiapkan kepulangan yang sesungguhnya. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version