View Full Version
Kamis, 15 Aug 2019

Besarnya Tugas Seorang lbu

Adalah keliru kalau kita menganggap tugas seorang ibu sebagai tugas yang sederhana dan remeh, Kedudukan seorang ibu nyaris sejajar dengan kedudukan seorang direktur utama, bahkan hampir setingkat dengan kedudukan perdana menteri.

Ibu yang baik bahkan jauh lebih baik dari seratus dokter dan insinyur sekalipun. Kedudukannya jauh lebih tinggi dari seratus pengajar dan pendidik. Ibulah yang mendidik manusia; mengajarinya adab, makrifat, dan akhlak. Tugasnya adalah mendidik, menumbuhkan cinta dan keutamaan didalam diri, serta menumbuhkan cinta ruhaniah dalam jiwa seseorang. Ibu yang baik akan selalu mengorbankan kepentingan dan kesenangannya demi sang buah hati.

Bahkan, ia benar benar siap untuk menutup lembaran hidup dan cinta pribadinya dalam tempo lama, untuk kemudian membuka lembaran-lembaran baru dengan mendidik anak anaknya. Pengorbanan ini, dasarnya, harus kita agungkan dan muliakan.

Syarat Menjadi Ibu yang Baik

Sungguh keliru jika kita menganggap bahwa seorang ibu hanyalah mengandung anak selama sembilan bulan, kemudian melahirkan. Sementara segenap persoalan lainnya bukanlah tangggung jawabnya.

Tidak, tidak demikian! Keharusan seorang ibu bukan cuma itu. Melainkan juga, misalnya, mengganti pakaian sang anak lebih dari itu, agar menjadi seorang ibu dalam arti yang sesungguhnya, dirinya wajib mendidik anak anaknya dengan keilmuan dan pemahaman yang bersumber dari agama Islam yang lurus (hanif).

Tugas hakiki seorang ibu dimulai sejak masa awal kehamilannya, dan berakhir ketika sang anak mulai masuk pendidikan dasar. Tanggung jawab seorang ibu pada masa seperti itu berkisar pada pendidikan fisik dan akal. Baru setelah itu mengarah pada pembentukan manusia. Hal terpenting dalam persoalan ini adalah keharusan untuk mengasah kemampuan kaum ibu dengan berbagai pengetahuan yang berkenaan dengan pendidikan, kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan.

Dengan segenap bekal tersebut, seorang ibu tentu akan mampu mendidik anak anaknya. Seorang ibu jelas sangat memerlukan keseimbangan, ketegaran, kekuatan, kecerdasan berpikir, serta kemampuan untuk membentuk toleransi, pengorbanan, cinta, serta kesanggupan untuk menjaga prinsip prinsip keseimbangan dan keadilan dalam jiwa anak-anak.

Jangan sampai seorang ibu memiliki sikap yang kekanak kanakan. Atas dasar ini, tidak setiap perempuan pantas menyandang atribut keibuan. Seorang perempuan yang tidak merasa bangga dengan tugasnya sebagai ibu, sungguh tidak pantas menjadi seorang ibu. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version