View Full Version
Rabu, 02 Apr 2014

Mohammad Badie : Marsekal Abdul Fattah al-Sissi Tiran dan Teroris

CAIRO (voa-islam.com) - Mursyid Aam Jamaah Ikhwanul Muslimin Mohammad Badie,  menuduh mantan panglima militer Mesir, Marsekal Abdel Fattah al – Sisi, diperkirakan akan menjadi presiden berikutnya negara itu, al-Sisi akan menjadi seorang tiran, dan diperkirakan dia akan gagal tetap berkuasa, tegas Mohammad Badie, Selasa, 1/4/2014.

Badie berbicara hari Selasa dari balik ruang jeruji tahanan, saat berlangsung  sidang,  di mana pemimpin tertinggi Jasmaah Ikhwan itu,  menghadapi tuduhan menghasut kekerasan, dan Mohammad Badie  menolak semua tuduhan oleh pemerintah boneka militer,  bahwa Ikhwan  terlibat terorisme.

“Rakyat Mesir tidak akan menerima seorang tiran”, kata Badie menuduh al-Sisi, yang mengundurkan diri dari militer, Rabu dalam rangka  mengikuti pemilihan presiden pada 26-27 Mei. Marsekal al-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Mursi yang dipilih secara bebas pada tahun 2012,  setelah berjuang bertahun-tahun melalui Jamaah Ikhwan, Juli lalu berlangsungnya konspirasi antara kelompok sekuler, liberal, nasional, militer, dan didukung kelompok Salafi yang merupakan bagian dari kaki tangan Arab Saudi.

Kejatuhannya Presiden Mohammad Mursi  diikuti oleh pembantaian secara besar-besaran oleh keamanan, dan ribuan anggota Ikhwan ‘syahid’, dan ini meruipakan ujian  terberat bagi Jamaah Ikhwan, sejak Ikhwan berdiri tahun l928, dan perjuangan sudah mencapai  86 tahun, dan tidak pernah sepi dari penzaliman oleh rezim yang berkuasa di Mesir. Puluhan ribu  anggota Ikhwan dan tokohnya, termasuk Presiden Mohamad Mursi dimasukkan penjara, dan sekarang menghadapi tuntutan hukuman mati. Rezim militer Mesir yang didukung para ‘Monarki’ menginginkan agar Ikhwan dihancurkan dan dihabsisi sampai keakar-akarnya.

Memang Mohammad Badie dan ratusan tokoh-tokoh dan pemimpin Ikhwanul telah diadili, dan nampaknya akan melumpuhkan gerakan itu, yang memenangkan hampir setiap pemilihan sejak revolusi di Mesir, yang berhasil  menggulingkan tiran Mesir, yaitu Marsekal Hosni Mubarak pada tahun 2011. Tetapi, peristiwa itu pernah dialami oleh Ikhwan di tahun l954, di zamannya Presiden Gamal Abdul Nasser, dan Ikhwan tetap dapat mensikapi situasi itu, dan terus bergerak sebagai gerakan dakwah di Mesir.

Badie, dan 50 lainnya diadili hari Selasa sehubungan dengan kekerasan yang terjadi ketika pasukan keamanan membubarkan aksi damai di Kairo yang mendukung Presiden Mursi Agustus lalu .

Tergugat yang menantang seluruh proses peradilan, sambil membaca al-Quran dan membuat mengangkat ‘empat jari’ yang menjadi lambang perlawanan Ikhwan terhadap tindakan  represif negara .

Dibagian lainm, para pengacara mundur dari persidangan, sesudah hakim menolak salah satu permintaan mereka. “Kelompok ini telah selama lebih dari 85 tahun, dan tidak pernah terlibat dalam terorisme, serta tidak pernah menyerah kepada terorisme, bahkan jika aksi terorisme itu dipraktekkan oleh negara, dan Ikhwan mengalami banyak kekerasan oleh negara”,  kata Badie, yang mengenakan kemeja putih.

“Mereka ( pemerintah saat ini ) adalah teroris. Sisi ini adalah salah satu yang diproduksi terorisme”.

Ikhwan menuduh negara Mesir berlatih “terorisme” dengan mengumpulkan ribuan orang dan terlibat dalam apa yang kelompok hak asasi manusia mengatakan adalah pelanggaran. “Mereka (pemerintah ) adalah orang-orang yang membunuh rakyat Mesir”, kata Badie.

Bentrokan meletus di pengadilan setelah hakim mengatakan terdakwa ulama IkhwaN Salah Sultan, seorang profesor Al - Azhar University, melakukan “tutup mulut” setelah ia mengeluh tidak mampu mendengar proses peradilan. Ketika pengacara meminta agar nada yang lebih halus digunakan dengan Sultan, karena ia adalah seorang sarjana agama, hakim hanya tersenyum .

Para terdakwa berdiri dengan membalakangi hakim setelah hakim, saat berlangsung sidang yang mengadili  Sultan dan meneriakkan, “Turun, turun, rezim  militer”.

Pekan lalu, seorang hakim di kota Minya mengeluarkan kalimat yang mengejutkan, yang menggunakan standar sangat keji terhadap Ikhwan,  ketika 529 anggota dan pendukung Ikhwanul diberi hukuman mati,  karena pembunuhan dan pelanggaran lainnya.

Gehad el - Hadad , di antara terdakwa yang muncul di pengadilan pada Selasa , mendesak kekuatan dunia melakukan  campur tangan di Mesir. “Para pemimpin dunia yang berbicara atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia, sekarang adalah waktunya berdiri mengakhiri kudeta militer”, ujar Gehad  el-Hadaa, dalam bahasa Inggris .

“Kami berjuang untuk kebebasan negara kita. Negara berusah menjadi sebuah kekuasaan despostis dan dikendalikan oleh keluarga al-Sisi . Kami akan terus berjuang mendapatkan kebebasan kita”, tambah Gehad al-Hada. Begitu perjuangan Jamaah Ikhwan di Mesir, tanpa henti menghadapi ujian dan cobaan yang sangat luar biasa. (afgh/wb/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version