View Full Version
Kamis, 17 Apr 2014

Mega, Jokowi, PDIP, Nasionalis Palsu

JAKARTA (voa-islam.com) - Sungguh Mega, Jokowi, dan PDIP bukan lagi menjadi kekuatan nasionalis, kekuatan kebangsaan. Mega, Jokowi, dan PDIP sudah meninggalkan ideologi ‘Soekarno’. Ideologi kebangsaan dan kerakyatan. Mega, Jokowi, dan PDIP, tidak akan pernah lagi, berani meneriakkan seperti Seokarno, ketika menghadapi Barat dengan teriakan yang sangat lantang, “GO TO HELL WITH YOUR AID”.

Mega, Jokowi, dan PDIP tidak akan pernah berani lagi, menyatakan perang dengan “NEKOLIM” (Neo-kolonialisme dan imperialisme). Soekarno menyatakan konfrontasi dengan Malaysia, karena Malaysia menjadi bagian dari “NEKOLIM”. Soekarno memobilisasi seluruh kekuatan bangsa melawan “NEKOLIM”. Soekarno mendeklarasikan perang dengan Malaysia. "NEKOLIM" tetap tidak berubah, dan akan terus menjajah menguasai Indonesia, dan dengan model yang lain.

Sikap ideologi Soekarno itu, sekarang sudah dihapus dari prinsip perjuangan PDIP, dan menjadi barang ‘basi’, dan dibuang ke tong sampah. Tidak ada lagi, doktrin 'agung' Bung Karno tentang "TRISAKTI".

Kalau foto-foto Mega selalu disandingkan dengan Bung Karno, itu sejatinya sebuah manipulasi dan menipu rakyat belaka. Karena, hakekatnya Mega sudah tidak lagi berani meneriakkan, “GO TO HELL WITH YOUR AID”. Justru menjelang pemilihan presiden 2014 ini, Mega, Jokowi, dan PDIP meninggalkan yang dianggap sebagai ‘ideologi’ dasar di gerakan politik, yang selalu dilekatkan dengan nasionalisme. Mega, Jokowi, dan PDIP sudah masuk jebakan Barat dan Yahudi, yang sekarang ingin menguasai dan menjajah Republik ini.

Betapa gamblangnya, bahwa Mega, Jokowi, dan PDIP sudah menjadi bagian kepentingan Barat dan Yahudi, dan tidak mampu lagi melindungi kepetingan nasional dan bangsa Indonesia. Mega, Jokowi, Sabam Sirait, bertemu dengan  Dubes Amerika Serikat (AS) Robert O.Blake Jr, Dubes Norwegia Stig Traavik, Dubes Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi, Dubes Myanmar U Min Lwin, Dubes Meksiko Melba, Dubes Peru Roberto Seminario Purtorrero, dan Dubes Inggris Mark Canning, mendiskusikan masa depan dan nasib bangsa Indonesia.

Mengapa Mega, Jokowi, Sabam Sirait, bertemu dan mendiskusikan hal-hal yang berkait dengan masa depan Indonesia, termasuk siapa yang akan didukung Barat dan Yahudi, yang bakal menjadi wakill presiden mendampingi Jokowi? Adakah ini sikap sebagai pemimpin partai yang selalu menyatakan seba gai kekuatan politik yang berideologi nasionalis?

Kolaborasi antara Barat, Yahudi, dan Katolik (Kristen), nampak sebagai perantara pertemuan dengan sejumlah wakil negara-negara Barat , yaitu Jacob Soetojo, yang menjadi anggota “TRILATERAL COMMISSION”, kawasan Asia-Pasific. Jacob Soetojo, juga menjadi dewan pendiri lembaga ‘think-thank’ CSIS, sebuah lembaga kolaborasi antara jenderal ‘abangan’ dengan kelompok Katolik “Ordo Jesuit”, dan telah menghancurkan golongan Islam selama Orde Baru, melalu tangan Soeharto.

Menjelang detik yang sangat menentukan, sebuah informasi dari wartawan senior dari koran terkemuka Singapura, dan memberikan informasi yang sangat shahih, bahwa Jokowi telah memilih pendampingnya sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden mendatang, yaitu Jenderal Luhut Binsar Panjaitan. Inilah realitas baru politik Indonesia.

Indonesia yang luasnya tiga kali daratan Uni Eropa, berpenduduk 250 juta, memiliki kekayaan alam (SDA), sangat melimpah, akhirnya harus jatuh kepada penjajah Barat, Yahudi, dan Cina yang melakukan kolaborasi dengan partai dan pemimpin lokal, yang bersedia menjadi bagian kepentingan asing untuk menjajah dan menguasai Indonesia.

Sembari menghancurkan nilai-nilai Islam yang menjadi agama mayoritas penduduknya. Sehingga, Islam dan umat Islam tidak lagi menjadi ancaman bagi Barat dan Yahudi. Wallahu’alam

 


latestnews

View Full Version