View Full Version
Rabu, 17 Sep 2014

Hubungan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan Dengan Jamaah Ikhwan di Mesir

JAKARTA (voa-islam.com) – Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan membaca al-Qur’an dengan fasih. Makhraj dan tajwidnya baik. Suaranya indah dan tartil, sehingga menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Ketika itu, Erdogan seperti bukan seorang pemimpin sebuah negara sekuler. Ya, Turki adalah negara sekuler yang yang didirikan oleh Kemal Ataturk, sesudah runtuhnya Imperium Ottoman Turki.

Erdogan belum lama terpilih menjadi presiden Turki, melalui sebuah pemilihan yang bebas dan jujur, dan mendapatkan dukungan suara mayoritas dari 79 juta  rakyatnya. Erdogan menjadi presiden pertama Turki, sesudah dua kali menjadi perdana menteri, sejak tahun  2002. Menapaki jalan politiknya tidak dalam waktu singkat. Dengan berbagai pengalamannya, Erdogan berhasil berdiri di puncak kekuasaan Turki.

Ketika, Erdogan berpidato saat pelantikannya sebagai presiden di depan parlemen dan para utusan negara-negara seluruh dunia, selama tiga jam, Erdogan membuat semua yang hadir tersentak. Seperti mendengar ‘ledakan’ yang sangat dahsyat. Betapa Erdogan bukan seperti seorang pemimpin negara sekuler, tapi Erdogan benar-benar seorang pemimpin yang meyakini Islam sebagai ruh, dan menegakkan.

Erdogan, saat berpidato, tanpa teding aling-aling berdiri dan berjuang dengan kekuasaannya, ingin menegakkan kembali kejayaan Turki Ottoman. Dia ingin mengembalikan kejayaan Turki saat berada di bawah naungan Islam. Erdogan mengembalikan rakyat Turki yang 99 persen Muslim Sunni, dan kepada nilai-nilai Islam.

Presiden Turki itu, juga berbicara akan mengizinkan kembali Muslimah Turki menggunakan hijab. Di kampus, kantor, dan tempat-tempat lainnya. Bukan hanya itu saja, Erdogan menegaskan akan membuka kembali sekolah imam dan khatib di Turki.

Erdogan mengingatkan bangsa Turki, bagaimana Perdana Menteri Adnan Manderes yang dihukum gantung, karena menegakkan nilai-nilai Islam di Turki. Tokoh yang kharismatis itu, mengingatkan bangsa Turki, betapa sejarah menunjukkan, kesengsaraan bangsa Turki, saat berada dalam sistem sekuler. Sekulerisme telah memberikan malapetaka kepada bangsa Turki, bukan kebahagiaan.

Erdogan hanya dalam waktu sepuluh tahun, mengubah segalanya di Turki. Kehidupan seluruh rakyat Turki jauh lebih baik. Lebih makmur, sejahtera, dan stabil. Tidak ada kekacauan yang mengancam negara. Kecuali sebuah aksi demonstrasi yang mengguncang, saat menjelang pemilihan parlemen Turki, yang digerakkan oleh kekuatan luar, dan bertujuan memberontak Erdogan. Usaha itu gagal.

Turki menjadi sekutu Barat. Turki tetap dipandang dan dihormati oleh Washington dan Brussel. Erdogan bebas menentukan kebijakan luar negerinya. Tidak ada  satupun negara yang mempengaruhi Turki dalam menentukan kebijakan luar negerinya.

Sikapnya terhadap bangsa Palestina, sangat jelas keberpihakannya. Terhadap Zionis-Israel sampai sekarang Turki dengan tegas menyatakan tidak akan melakukan normalisasi hubungan sampai Zionis meninggalkan blokade terhadap Gaza.

Hubungan Erdogan dengan Ikhwan

Erdogan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tokoh-tokoh Ikhwan. Hubungan itu sudah terbangun sejak lama. Mentornya, Prof. Necmetin Erbakan yang memimpin Partai Refah (Kesejahteraan), sejak saat menjadi mahasiswa di Jerman, sudah memiliki hubungan dengan Ikhwan. Hubungannya semakin dekat saat Erbakan menjadi perdana menteri.

Tahun 1994, Erbakan menyelenggarakan jatuhnya ‘Konstantinopel’ ibukota imperium Romawi yang berhasil ditaklukan oleh Sultan Mohammad al-Fatih, dan perayaan itu dihadiri seluruh tokoh pergerakan Islam seluruh dunia, termasuk tokoh-tokoh Ikhwan, di antaranya, Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin, Mustafa Masyhur.

Semua tokoh pergerakan di dunia  itu, bertemu dengan Erbakan, sebuah pertemuan akbar, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat itu, Erdogan sudah terlibat, meskipun waktu itu Erdogan baru menjadi Walikota Istambul.

Tapi, pertemuan itu, hanyalah pertemuan pertama dan terakhir, karena sesudah itu, Erbakan digulingkan oleh militer, karena dituduh melangggar konstitusi Turki yang sekuler, dan dijebloskan ke dalam penjara, dan dilarang berpolitik.

Erdogan yang pernah mengenyam sekolah imam dan khatib itu, terus melanjutkan cita-cita Erbakan, dan berjuang dengan teman-temannya membangun kembali kekuatan yang sudah dihancurkan oleh militer. Termasuk pertemuannya dengan tokoh-tokoh Ikhwan itu, tak pernah dilupakannya. Inilah sebuah ‘takliful qulub’ (ikatan hati), yang ikhlas. Ikatan itu berlanjut sampai hari ini.

Di Turki tidak ada tandzim Ikhwan. Karena, fikroh (pemikiran) gerakan-gerakan Islam di Turki, seperti Mili Gurus, itu mirip dengan Ikhwan. Mili Gurus sebagai gerakan dakwah dan sosial, berkembang di seluruh Turki, bahkan di Eropa. Ikatan antara Ikhwan dan Mili Gurus semakin kokoh. Di mana cucu Erbakan, menikah dengan seorang tokoh muda Ikhwan di Eropa.

Sekarang hubungan antara Ikhwan dengan Erdogan semakin kokoh. Betapapun, kondisi Ikhwan di Mesir, sekarang menghadapi petaka, Erdogan tetap kukuh, tidak berubah. Erdogan sebagai Presiden Turki tetap mengakui Mursi sebagai Presiden Mesir yang sah. Erdogan mengutuk tindakan al-Sisi yang membumi hanguskan Ikhwan dengan cara-cara yang sangat keji.

Usai Mohammad Mursi dilantik menjadi presiden, kemudian Erdogan disertai sejumlah menteri, termasuk Menlu Davotoglu melakukan kunjungan ke Mesir dan bertemu dengan Presiden Mursi, dan Mursyid Aam Ikhwan Mohammad Badie, di Kedutaan Besar Turki di Cairo.

Erdogan bercucuran air mata, saat dia mendengar tulisan Mohamad Beltaqi, yang dibacakan di sebuah telivisi Turki, tentang putrinya Asmaa, yang tewas saat berlangsung aksi demonstrasi di Rabi’aah al-Adawiyah. Dia membayangkan putrinya Sumayya seandainya seperti Asmaa. Sungguh luar biasa pertautan hati antara Erdogan dengan para tokoh Ikhwan.

Erdogan tidak membiarkan Ikhwan dan tokoh-tokohnya diperlakukan seperti ‘tikus’ oleh para penguasa Arab, dan dia mengulurkan tangannya. Erdogan datang ke Qatar, dan minta kepada Emir Qatar Sheikh Hamid Tamin as-Tsani, agar tokoh-tokoh Ikhwan yang berada di Doha, diizinkan pergi ke Turki, dan negaranya akan melindungi mereka. Inilah penghargaan dan penerimaan Turki terhadap Ikhwan.

Presiden Turki Erdogan mengerti tentang Jama'ah Ikhwan yang sudah tegak di hampir 100 negara. Jama'ah Ikhwan bukan organisasi teroris seperti yang disangkakan oleh para penguasa Arab, yang sudah menjadi bagian dari kepentingan kafir musyrik (yahudi dan nasrani). Ikhwan adalah organisasi dan jama'ah dakwah yang menganut faham ‘wasath’ (tengah-tengah), tidak ‘guluk’ (ekstrim), bukan gerakan yang ringan tangan menumpahkan darah.

Ikhwan mengambil jalan (manhaj) dengan damai dalam melakukan perubahan dan perbaikan, melalui sebuah pembinaan. Mulai dari bina’ul fard (pembinaan pribadi), bina’ul usrah (keluarga), bina’ul mujtama’, sampai tegaknya daulah.

Tetapi, Jama'ah Ikhwan tidak menolak jihad, dan prinsipnya, Ikhwan akan berjuang membebaskan negeri-negeri Muslim yang terjajah, seperti Palestina.  Karena itu, sejak awal di dirikannya, Ikhwan sudah terlibat jihad di Palestina, sampai sekarang, seperti yang dikerjakan oleh Hamas.

Erdogan tidak menghukumi Jamaah Ikhwan sebagai organisasi teroris, seperi para penguasa Arab sekarang. Semua perubahan yang dilakukan oleh Ikhwan melalui cara-cara damai, di seluruh negara Arab. ‘Arab Spring’ (Musim Semi Arab) itu, sebuah gerakan rakyat, tanpa menggunakan kekuatan militer. Tapi, para penguasa Arab menuduh di balik ‘Arab Spring’ itu adalah Jama'ah Ikhwan.

Maka, Arab Saudi dengan menggunakan tangan al-Sisi menghancurkan Jamaah Ikhwan, karena mengancam kekuasaan para penguasa Arab. Darah berceceran. Ribuan anggota dan kader Ikhwan terbunuh. Tanpa sedikitpun ada belas kasihan. Pembunuhan itu semuanya di belakangkanya para penguasa Arab, seperti Raja Abdullah.

Di tengah bencana yang dihadapi oleh Jama'ah Ikhwan dan para pemimpinnya, justru Erdogan melihat langkah para penguasa Arab itu, sebagai sebuah kesia-siaan, dan dia meminta kepada Emir Qatar, agar mengizinkan para pemimpin Ikhwan meninggalkan Doha, menuju Turki dan mereka tetap berkhidmat kepada dakwah sampai terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin’. Wallahu’alam

[email protected]


latestnews

View Full Version