View Full Version
Kamis, 27 Nov 2014

Kematian Warga Kulit Hitam AS Michael Brown dan Nasib Kaum Muslimin

JAKARTA (voa-islam.com) - Sekarang berlangsung protes di seluruh AS, dan bahkan diberbagai negara laiannya, di dunia. Akibat juri di Missouri, AS, memutuskan untuk tidak mendakwa polisi kulit putih, Darren Wilson, yang menembak mati remaja kulit hitam Michael Brown di Ferguson, Agustus lalu.

Jaksa Robert McCulloch mengumumkan keputusan itu, seiring banyaknya pengunjuk rasa berkumpul di St Louis, pinggiran Ferguson. McCulloch mengatakan juri telah memeriksa bukti-bukti secara mendalam bahwa Darrren Wilson tidak bersalah. Keputusan Robert McCulloch itulah yang memicu kemarahan di seluruh AS, dan bahkan diberbagai negera lainnya di dunia.

Michael Brown, 18, ditembak mati oleh Darren Wilson pada 9 Agustus di daerah pinggiran St Louis. Kematiannya menimbulkan kemarahan dan protes yang berujung aksi kekerasan. Polisi  dikritik karena menggunakan peralatan anti huru-hara militer. Bahkan, Gubernur Missouri Jay Nixon telah mengumumkan keadaan darurat di daerah itu dan memanggil 2000 tentara Garda Nasional untuk mengantisipasi protes.

Juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Barack Obama mendesak mereka yang ingin memprotes keputusan juri untuk "melakukannya dengan damai".

Kasus tewasnya warga kulit hitam Michael Brown telah memicu ketegangan rasial di AS. Komunitas Afrika-Amerika meminta Wilson didakwa melakukan pembunuhan. Betapa warga kulit hitam, dan publik di AS menuntut ditegakan keadilan bagi Wilson yang sudah membunuh dengan sengaja terhadap Brown.

Publik di AS terus bergerak dan melakukan tuntutan, dan kemungkinan akan menuju konflik rasial yang dahsyat. Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, dan rasa keadilan dari kalangan warga kulit hitam tidak terpenuhi.

 Protes warga kulit hitam di AS, hanya menyangkut keadilan, dan perlindungan individu, serta hak-hak dasar mereka termasuk hak hidup yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Begitulah warga AS. Mereka sangat menjunjung tinggi tentang eksistensi (keberadaan) mereka.

Lalu bagaimana dengan Presiden AS, Barack Obama, yang juga berkulit hitam? Obama sebagai pemimpin negara adikuasa (super power), memperlakukan terhadap bangsa-bangsa lain? Khususnya menyangkut hak-hak dasar mereka, termasuk hak hidup mereka? Jika di AS hanya satu warga kulit yang tewas oleh polisi kulit putih, sudah menimbulkan kemarahan yang sangat luar biasa?

Adakah perisitwa tewasnya Michael Brown itu, bisa menjad pelajaran bagi Barack Obaman, khususnya dalam menyikapi terhadap sisi kemanusiaan, terkait dengan kebijakan luar negeri AS, terutama terhadap negara-negara Islam? Adakah Obama mempunyai keprihatinan yang sama, seperti ketika dia melihat peristiwa di Missouri?

Adakah Barack Obama mempunyai hati nurani dan keprihatinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan? Betapa banyaknya darah Muslim yang tertumpah di Afghanistan, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, Yaman, Libya, Somalia dan sejumlah negara lainnya, dan semuanya tidak terlepas dari tangan Obama. Obama terus mengobarkan perang terhadap Muslim, hanya diberi lebel ‘teroris’.

Berapa banyak Muslim yang sudah tewas di Afghanistan, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, Yaman, Libya, Somalia, dan sejumlah negara lainnya? Seakan kematian Muslim itu, hanyalah bersifat ‘given’ (wajar), dan bukan harus disesali atau menjadi masalah besar. Berapa pun jumlah Muslim yang mati.

Betapa sekutu atau ‘tuannya’ AS yang bernama Israel dan Benyamin Netanyahu, yang sudah meluluh-lantakan Gaza, dan menimbulkan kehancuran dan kematian, serta kepedihan tak terhingga, bagi Muslim di negeri itu, dan tidak ada sedikitpun rasa keprihatinan oleh Obama. Membiarkan segala kejahatan yang dilakukan oleh Zionis-Israel dan Netanyahu.

Bangunan berkeping-keping di seluruh Gaza. Anak-anak, perempuan, dan orang-orang tua, mati hanya akibat serangan biadab Zionis-Israel. Tidak ada resolusi yang mengutuk Zionis-Israel, dan Gedung Putih, diam seribu bahasa. Apakah Obama tergolong manusia beradab dan memiliki hati nurani?

Obama dan rezim Gedung Putih, tangan mereka penuh dengan genangan darah Muslim. Bahkan, lembaga multilateral, seperti PBB, yang bermaskas di New York, tak pernah mengeluarkan resolusi yang mengutuk kejahatan Zionis atas Muslim Palestina.

Sekarang AS dan 70 sekutunya menciptakan skenario kehancuran total bagi Muslim di negara-negara Arab dan Timur Tengah. Dengan cara mengadu-domba. Satu sama lain, negara-negara Arab di adu. Para penguasanya dibuat mereka mengidap penyakit akut yaitu ‘paranoid’ terhadap ISIS. AS memobilisir seluruh kekuatan dunia, hanya untuk menghadapi ancaman ISIS. Benarkah?

Barack Obama menutup mata terhadap kejahatan yang sangat biadab rezim Syi’ah Bashar al-Assad, yang sudah menggunakan senjata kimia, membunuhi rakyatnya. AS dan sekutunya bersikap ‘ambigu’ (mendua), dan akhirnya memilih bersekutu dengan Bashar al-Assad menghadapi ISIS.

Padahal, Assad sudah menimbulkan bencana kemanusiaan, dan layak dibawa ke Mahkamah Kejahatan Kemanusiaan di Den Hag atas segala kejahatannya. Ironinya justru AS bersekutu dengan Assad.

Betapa Obama dan para pemimpin dunia, hati nurani mereka sudah bebal, dan mereka semua berhak diadili ke Mahkamah Kejahatan Kemanusiaan, karena mereka semua terlibat dalam pembantaian terhadap Muslim dalam skala yang sangat luas.

Mereka bukanlah pemimpin yang beradab. Mereka bukanlah manusia yang mencintai kehidupan. Mereka adalah para pembunuh biadab yang berhak dikutuk atas segala kejahatan mereka terhadap Muslim. Wallahu’alam.

[email protected]

 


latestnews

View Full Version