View Full Version
Rabu, 21 Jan 2015

Tiga Muslim Mengguncang Pusat-Pusat Kekuasaan Dunia

JAKARTA (voa-islam.com) - Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly dengan ruh Islam, ketiganya mampu mengguncang pusat-pusat kekuasaan dunia. Paris, Washington, dan  London. Tiga Muslim yang menyerang simbol ideologi kebebasan, yaitu Charlie Hebdo, benar-benar menghunjam ideologi Barat.

Cherif Kouachi, Said  Kouchi, dan  Amedy Coulibaly menjadi pahlawan bagi Muslim di seluruh dunia. Dengan ruh Islam yang tertanam di dada mereka, berani melakukan tindakan yang dikutuk oleh masyarakat Barat, membunuh para penista Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam.

Di dalam Islam tidak ada hukuman terhadap  penista Nabi Shallahu alaihi wassalam, kecuali dibunuh.

Cherif Kouachi, Said Kouchi, dan  Amedy Coulibaly, berhasil mengubah sejarah kehidupan umat manusia. Ketiganya berhasil menggugah kesadaran secara kolektif seluruh umat manusia, terutama Muslim, bagaimana mengamalkan Islam dalam realitas kehidupan. Islam sebagai doktrin dan keyakinan, bukan  hanya bagi ‘kenikmatan’ akal semata.

Cherif Kouachi, Said Kouachi dan  Amedy Coulibaly telah menunjukkan kepada seluruh umat manusia, dan kepada Muslim tentang bagaimana Muslim dalam mencintai Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin, serta mensikapi terhadap orang-orang yang kafir musyrik, dzalim, dan fasik.

Bagaimana mensikapi terhadap mereka yang sudah sangat berlebihan yaitu menghina dan menistakan Nabi Shallahu alaihi wassalam.

Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, ketiganya menghentakan kesadaran Muslim, dan di tengah terlelapnya mereka yang sudah jatuh kepada materialisme Barat.

Materialisme Barat yang bersumber dari paganisme, yaitu Yahudi dan Nasrani, menyebabkan Muslim kehilangan ‘izzah’ (kemuliaan), dan menjadi lemah dan hina. Muslim di seluruh dunia, sudah kehilangan ruh Islam, dan tersungkur di telapak kaki perabadan materialisme. Materialisme telah meracuni seluruh rongga kehidupan Muslim di seluruh dunia.

Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, seperti ‘ledakan’ meteor yang sangat dahsyat, dan membuat semua peradaban Barat yang sudah mapan porak-poranda.

Ketiganya dengan keyakinan Islamnya berbuat yang sangat dramatik, sbagai bentuk ‘jual-beli’ antara diri mereka dengan Rabb mereka. Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Dzat yang sangat mereka cintai dan rindukan yaitu Allah Rabbul Alamin dan rasul-Nya.

Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, selalu merindukan keagungan wajah Rabbnya. Rabbul Alamin menjadi tujuan hidupnya, dan mati syahid menjadi cita-cita tertinggi mereka.

Karena itu, kematian membela Allah, Rasul, dan oranng-orang Mukmin, sebagai cita-cita tertinggi mereka. Mereka tidak pernah memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Hanya satu tujuan mereka, bagaimana bisa bertemu dengan Rabb mereka dengan bahagia.

Cherif Kouachi, Said Kouachi dan Amedy Coulibaly, bukan hanya membuat pusat-pusat kekuasaan dunia, Washington,  Paris, dan London menjadi terhenyak, dan sekarang negara Uni Eropa dan Amerika, termasuk negara-negara Arab, sibuk melakukan  kerjasama dan koalisi menghadapi terorisme.

Cherif Kouachi, Said Kouachi dan Amedy Coulibaly, membangkitkan ruh dan dhamir Muslim di seluruh dunia. Ruh  dan dhamir Muslim di seluruh dunia hidup dan bangkit.

Sesudah terjadinya serangan terhadap media Charlie Hebdo di Paris. Muslim  di seluruh dunia bangkit kembali, dan meninggalkan mimpi-mimpi mereka. Menghadapi realitas kehidupan yang sangat absurd di tengah kehidupan mereka, yaitu budaya materialisme.

Di Turki, puluhan ribu Muslim mulai dari ibukota Turki Ankara, Istambul, sampai kota-kota privinsi di Turki, semua melakukan aksi mengutuk Charlie Hebdo. Di Pakistan ribuan Muslim di Karachi dan Islamabad mereka melaksanakan aksi menentang penghinaan terhadap Nabi oleh Charlie Hebdo.

Di Yordania, Gaza, Tepi Barat, Aljazair, Maroko, bahkan di Niger, gereja-gereja di bakar, pasca serangan terhadap Charlie Hebdo.

Tentu, yang paling menarik, di ibukota Chechnya, Grozni, berlangsung aksi menentang kartun Nabi Shallahu alaihi wassalam oleh ribuan Muslim Chechnya. Aksi demo menentang  Charlie Hebdo itu, berlangsung di depan Masjid Agung Grozni. Hadir Presiden Chechnya Kadyrov.

Ribuan orang yang berkumpul itu, meneriakan takbir ‘Allahu Akbar’, berulangkali, sambil mengucapkan kalimah thayyibah ‘la ilaha ilLah’. Sangat luar biasa. Padahal, Grozni belum lama pernah diratakan dengan tanah oleh rezim Moskow. Tapi, Islam terus bangkit, dan tetap  hidup di Chechnya.

Barangkali hanya di Jakarta yang sepi. Tak  ada suara apapun. Sebanyak 250 juta penduduk Indonesia, sebagian besar Muslim, tapi semuanya terlelap.

Mereka sudah kehilangan ruh Islamnya. Tak lagi merasakan denyut kehidupan saudaranya di luar negaranya. Muslim di Indonesia sudah sangat  terlelap, akibat ikut meneriakan ‘salam dua jari’, dan sekarang mereka menikmati, yaitu kesengsaraan dan kehinaan. Tanpa kemuliaan dan izzah Islam.

Setiap tahun Muslim di Indonesia memperingati Maulid Nabi Shallahu’ alaihi wassalam. Selalu mereka melakukannya, dan itu sebagai bentuk cinta mereka kepada Nabi Shallahu alaihi wasssalam.

Tapi, Muslim Indonesia tak pernah terbetik di dalam hati mereka kemarahan, ketika Nabi dihina dan dinistakan oleh orang-orang kafir musyrik. Ruh Islam mereka sudah hilang dari dhamir mereka. Tak ada ghirah kecemburuan terhadap agamanya (Islam).

Peringatan Maulid Nabi, tak dapat membangkitkan ruh Islam, dan ghirah mereka. Umumnya, peringatan atau perayaan Maulid Nabi di Indonesia, hanya diisi ceramah, dan isinya penuh dengan lawakan, dan terkadang ada ungkapan yang ‘jorok’.

Selesai perayaan berlangsung makan nasi kebuli, dan penceramahnya sambil merokok, kemudian pulang mendapatkan ‘amplop’ jutaan rupiah. Begitulah Muslim Indonesia. Maka menjadi hina dina, tanpa kemuliaan, dan hidup dibawah telapak kaki kafir musyrik, serta tidak ada kemarahan, bahkan menerima dengan ridha.  Wallahu’alam.

[email protected]


latestnews

View Full Version