View Full Version
Senin, 29 Jun 2015

Saif Rezgui : Mahasiswa Teknik Tunisia Mengguncang Pusat Kekuasaan Barat

TUNIS (voa-islam.com) – Berulangkali CNN mengulas tanpa henti, pelaku penembakan turis di Sousse itu. Dia nampak santai mengenakan celana pendek hitam, kalung dan T-shirt. Tak nampak sedikitpun bahwa mahasiswa teknik itu,  berbuat yang akan membuat seluruh jagad ini, dan pusat-pusat kekuasaan Barat terguncang.

Dia tampak seperti anak muda Tunisia lainnya. Dia berada diantara turis  Jerman, Inggris dan Irlandia yang berjemur, serta sedang menikmati panasnya matahari di pantai Mediterania yang merupakan salah satu pantai terpanjang Tunisia, dan nampak berwarna kuning serta sangat indah.

Hanya dalam waktu lima menit, anak muda berrsenjata Kalashnikov hitam, ia berada diantara payung pantai, Saif Rezgui melepaskan tembakan yang sangat 'horor' di resor Imperial Marhaba, dan meninggalkan 39 korban tewas dan puluhan lainnya luka-luka, dan  mayat-mayat turis itu berada di antara kursi di pantai dan kursi kolam renang.

Ini adalah serangan terburuk sepanjang sejarah modern Tunisia. ISIS mengaku bertanggung jawab meskipun pihak berwenang mengatakan Rezgui, seorang mahasiswa teknik yang berusia 23 tahun, tidak termasuk daftar terorisme atau militan yang harus diawasi.

Saksi mata mengatakan pria bersenjata, berpakaian seperti seorang turis, tidak menarik sedikitpun perhatian. Tiba-tiba dia melepaskan tembakan, dia berjalan kaki di sepanjang pantai dari kolam renang dan hotel, memilih orang-orang asing yang menjadi sasarannya. Saif juga mengejar korbannya bahkan saat mereka melarikan diri di dalam ruangan hotel.

Saif Rezgui rupanya menyadari kondisi dan tata letak hotel, kata sumber keamanan. Dia sempat mengisi ulang peluru senjatanya setidaknya dua kali, sebelum ia akhirnya d ditembak mati oleh polisi di luar hotel.

Wisatawan panik melarikan diri dari pantai, berjalan di antara payung, beberapa jatuh di antara kursi tempat plastik putih tempat berjemur, tubuh mereka kemudian ditutupi dengan handuk dan seprai. Darah berceceran sepanjang langkah menuju ke hotel.

"Apa yang kita lihat itu horor. Ia membunuh dengan cara yang luar biasa. Jelas dia tahu tentang kondisi hotel, dia mengerti mana-mana yang ada dalam ruangan itu", kata Neil, seorang turis Inggris yang meninggalkan Sousse dengan istrinya. "Dia mengambil tujuh menit membunuh. Sejatinya dia  tidak ada tanda-tanda dia seorang ekstrimis, dan hanya tampak seperti seorang pemuda yang normal."

Sousse sebuah tujuan wisata yang paling populer. Di Tunisia telah muncul dari pergolakan politik setelah 2011 pemberontakan terhadap otokrat Zine el-Abidine Ben Ali. Tunisi dipuji karena melewati masa transisi menuju demokrasi, negara ini juga berjuang dengan meningkatnya militansi Islam.

Pihak berwenang Tunisia sudah waspada, sebulan sebelumnya dua orang bersenjata menewaskan 21 wisatawan asing di Museum Bardo di Tunis, dan menembak mati wisatawan Jepang, Perancis dan Spanyol saat tiba dengan bus.

Seperti penyerang Bardo, pelaku penembakan yang masih sangat muda itu tampaknya telah menjadi anggota ISIS, dan berubah menjadi radikal serta mengalami perubahan kehidiupan yang sangat jauh dari seorang mahasiswa teknik dalam waktu yang sangat singkat, kata sumber-sumber keamanan.

Sejak 2011 pemberontakan 'Arab Spring' Tunisia telah muncul imam yang disebut 'radikal' dan kelompok ultrakonservatif, dan terus memperluas pengaruh mereka, mengambil alih masjid dan mendirikan sekolah-sekolah agama di tengah gejolak awal transisi negara itu. Mereka hidup dengan puritan. Antitesa dari kehidupan di zaman El-Abidin yang sangat sekuler, dan membiarkan Tunisia menjadi tempat membuang 'kotoran' turis kafir dari Eropa, dan sangat mengotori kehidupan Muslim.

Menurut catatan lebih dari 3.000 orang Tunisia berjuang untuk ISIS, yang saat ini sebagian diantara mereka berjihad di Irak, Suriah, dan Libya. Beberapa telah memperingatkan mereka akan kembali untuk melakukan serangan di tanah air mereka, salah satu negara yang paling sekuler di dunia Arab. Anehnya, sebagian besar mereka yang ikut berjihad itu, tak lain, para mahasiswa, sebagian besar dari fakutlas teknik.

Saif Rezgui adalah seorang mahasiswa teknik yang berdedikasi, dan dari keluarga yang stabil yang menikmati berpesta dan sering ikutan break-dance. Dalam pola yang sama dengan jihadis lainnya Tunisia, ia tampaknya telah melakukan kontak dengan imam yang mengajak kepada kehiudpan yang lebih Islami, dan berjuang membela Muslim dari penindasan Barat, sekitar enam bulan yang lalu, kata sumber pejabat keamanan.

Dua orang bersenjata yang menyerang di Museum Bardo juga pengikut kaum radikal di masjid-masjid lokal, mereka menurut fihak keamanan termasuk kelompok garis keras. Mereka dikirim ke Libya ikut pelatihan dan tidak menunjukkan tanda-tanda secara lahiriah yang meyakinkan Saif adalah seorang ekstremis.

"Dia adalah seorang mahasiswa yang baik dan selalu menghadiri kuliah-kuliah dengan disiplin," kata Perdana Menteri Habib Essid. "Penyelidikan kami menunjukkan dia tidak mengungkapkan tanda-tanda ekstrimisme, atau hubungan dengan teroris. Bahkan, dia tidak pada daftar pengawasan."

Itu bukan pertama kalinya Sousse telah menjadi target teroris. Pada bulan Oktober 2013, militan muda Tunisia meledakkan dirinya di pantai Sousse, membunuh hanya dirinya, setelah ia ditolak masuk ke sebuah hotel. Seorang rekan penyerang tertangkap sebelum ia bisa meledakkan bomnya diantara wisatawan di monumen populer Bardo.

Pembunuhan di Museum Bardo di bulan Maret menjadi pembantaian terburuk sejak serangan 2002 tentang sinagoga di pulau wisata Djerba, di mana pelaku bom bunuh diri Al-Qaeda menewaskan 21 orang asing.

Hotel Imperial Marhaba adalah resort lyang paling sempurna yang memiliki luas pantai yang membentang sepanjang pantai yang membentuk tepi Sousse. Sebuah kolam raksasa duduk di antara pohon-pohon palem meneduhkan pinggiran pantai.

Sousse menjadi destinasi (tujuan akhir) yang paling disukai oleh para turis Eropa. Resor menjadi target kelompok-kelompok Islam yang telah menyerang tempat-tempat wisata di Afrika Utara sebelumnya. Mereka melihat sebagai target yang sah, karena gaya hidup Barat yang sangat bertentangn dengan Islam, perzinahan, minum, dan maksiat lainnya, serta gaya hidup dengan pakaian yang memuakkan.

Pemimpinn ISIS, Abu Muhamad al-Adnani, memuji operasi bersenjata oleh seorang mahasiswa terhadap sebuah "rumah bordil". Turis Eropa hanya membuang kotoran yang menjijikan bagi kehidupan Muslim. Mereka telah membuat kehidupan keluarga Muslim porak-poranda dengan gaya hidup yang sangat menyesakkan. Tak pantas mereka dibiarkan berlaku durhaka di negeri Muslim

"Saya berada di pantai, ketika ia mulai menembaki para turis. Kami mendapatkan semua orang kembali ke hotel, tapi dia mengikuti kami. Dia menargetkan orang asing, tetapi tidak warga Tunisia," kata Wadia, seorang pelayan. "Ketika ia melihat warga Tunisia, ia berteriak 'Keluar dari pantai ini, ' dan menembaki orang asing."

Saif benar-benar 'pedang' yang berhasil membunuh orang-orang kafir yang najis di negeri Muslim yang mulia. Wallahu'alam.

 


latestnews

View Full Version