View Full Version
Selasa, 07 Jul 2015

Luar Biasa Fenomena Ibadah Puasa Ramadhan di Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com) - Sebuah fenomena sangat luar biasa ibadah puasa di bulan Ramadhan di Indonesia. Ini belum ada yang menyamai semaraknya, dibanding dengan kegiatan apapun.

Secara visual, bukan hanya kegiatan shalat tarawih di masjid dan mushola, tapi acara 'berbuka puasa bersama' (bukber), sangat fenomenal. Puasa seperti menjadi sebuah 'fashion' yang tidak pernah ada padanannya.

Di masjid dan mushola di setiap kampung, selalu melakukan acara buka puasa bersama di bulan Ramadhan, mulai makanan yang sangat sederhana, sampai dengan menu makanan yang sangat enak, terutama di masjid dan mushola di komplek-komplek perumahan.

Namun, sekarang yang menjadi fenomena dan model baru di kalangan masyaeakat 'urban' perkotaan, menjelang magrib, saat berbuka puasa, begitu sangat luar biasa, aktifitas berbuka puasa di bulan Ramadhan ini.

Di rumah-rumah makan, cafe, mall, hotel, kantor, kampus-kampus, dan bahkan warung-warung di pinggir jalan begitu sibuk saat menjelang magrib. Jalan-jalan macet, mereka seperti berbarengan keluar rumah mencari berbagai makanan, kue, dan buah, alias 'ngabuburit', dan ini menjadi sangat fenomenal.

Di mana-mana sibuk dan macet menjelang magrib. Mobilitas masyarakat begitu sangat luar biasa, saat menjelang magrib. Bahkan, mall-mall dan hotel sampai larut malam, menjelang hampir jam 23.00 malam. Terkadang di hotel-hotel menyelenggarakan shalat tarawih. Terutama dikalangan kelas menengah atas, sering menyelenggarakan acara kegiatan berbuka puasa.

Jalan-jalan tol macet, sampai menjelang tengah malam. Mereka baru keluar dari mall, hotel, cafe, rumah-rumah makan, dan tempat-tempat acara untuk berbuka bersama keluarga. Tapi, sekarang yang paling fenomenal, yiatu banyaknya anak-anak muda, yang menjadi acara berbuka puasa itu, sebagai sebagai 'fashion' baru. Inilah yang terjadi dikalangan muda di perkotaan alias masyarakat urban.

Tentu, ini seperti menjadi kekecualian, di mana saat Indonesia dicekik dengan krisis ekonomi yang sangat hebat, tapi kalau melihat fenomena anak-anak muda dan kalangan keluarga yang menyelenggarakan acara berbuka puasa berssama di berbagai tempat, dan ini bukan hanya di Jakarta. Tapi, kegiatan ini seluruh kota-kota besar di Indonesia, berlangsung kegiatan serupa.

Di tengah krisis ekonomi di Indonesia yang hebat, sebagian usaha terselamatkan dengan berbagai aktifitas Ramadhan ini. Berapa banyak keuntungan yang didapatkan dari mall, cafe, warung makanan, toko kue, hotel-hotel, dan berbagai tempat yang menyelenggarakan kegiatan berbuka puasa itu.

Belum lagi, sektor garmen, pakaian yang sekarang ini sedang dilanda krisis, tentu mendapatkan berkah dari Ramadhan. Baju-baju 'muslim' laris manis dibeli oleh  berbagai kalangan Muslim dengan sangat antusias. Demi menyambut Ramadhan dan Idul Fitri.

Mereka mendapatkan berkah Ramadhan. Berapa banyak duit yang dibelanjakan masyarakat, dan berapa banyak keuntungan yang diperoleh selama Ramadhan ini? Sangat besar.

Ramadhan juga membawa kehidupan sosial lebih humanis (manusiawi), di mana shadaqah, infaq, dan zakat diberikan kepada fakir miskin. Orang-orang kaya bersedekah kepada fakir miskin, meskipun ini masih sangat relatif kecil.

Tapi, setidaknya uang yang berada di 'kantong' para 'aghniya' (orang kaya) menetes kepada orang miskin. Ini terjadinya distribusi kekayaana secara alamiah.

Belum lagi, ketika nanti mudik puluhan juta penduduk kota-kota besar di Indonesia, pulang kampung, dan membawa uang yang tidak sedikit, jumlah bisa menjadi ratusan tiliun. Sebuah laporan penelitian, uang yang dibawa para pemudik dari kota-kota besar, jumlah lebih dari Rp.200 triliun. Mengalir ke desa-desa.

Islam mengajarkan kemuliaan di antara para pemeluknya. Seperti silaturrahim atau silaturrahmi, ukhuwah dan mencintai sesama Muslim, dan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain), ini menyebabkan setiap Muslim rela berkorban, pergi ke tempat-tempat yang sangat jauh, supaya dapat bertemu dengan sanak familinya.

Belum mereka yang menjadi migran (pekerja) di luar negeri, yang pulang kampung, dan mereka membawa uang yang tidak sedikit. Ini berdampak terhadap kehidupan rakyat di pedesaan.

Semua itu, berkah dari Ramadhan, dan  sangat luar biasa pengaruhnya terhadap kehidupan. Terjadi proses distribusi kekayaan yang sangat signifikan, tanpa melalui kebijakna pemerintah.

Dengan Ramadhan, kehidupan rakyat menjadi berdenyut, dan hidup kembali, di tengah himpitan krisis yang sangat menyiksa ini. Betapa Ramadhan yang  begitu semarak, menjadi tanda sebuah kehidupan ini berkah, dan setiap Muslim mendapatkan berkahnya, termasuk kepada orang-orang non-muslim, dari kegiatan ekonomi mereka.

Kesadaran kolektif semakin tumbuh dikalangan Muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebagian puasa masih sebagai 'fashion', belum lagi menjadi bagian keimanan dan keyakinan mereka, dan membuat mereka sungguh-sungguh dalam menjalankannya.

Sekarang, puasa tinggal 9 hari lagi, dan sebagian kalangan muda, mulai beribadah lebih serius lagi dengan melakukan 'i'tikaf' di berbagai masjid di seluruh Indonesia.

Mereka ingin mendapatkan 'maghfirah' (ampunan) dari Allah Tabarakallahu Ta'ala. Apalagi, saat sepuluh hari terakhir, di saat akan dijanjikan 'lailatur qadar', bulan yang lebih agung, dan akan mendapatkan ampunan bagi Muslim.

Semakin tahun semakin terasa denyut dari Ramdhan bagi kehidupan Muslim, dan bangsa Indonesia. Terasa tentram dan menyejukan.

Masyarakat terus berusaha mengubah puasa Ramadhan sebagai ibadah dan taqarrub (mendekatkan) diri kepada Rabbnya, dan menjadi pribadi yang lebih mulia dengan mengendalikan 'perut'. Tidak lagi menjadi hamba 'perut'.

Meskipun, sekarang ini puasa yang nampak dan baru menjadi 'fashion' yang masih berhubungan dengan perut. Di mana kegiatan berbuka puasa bersama seperti menjadi 'trend sosial' di mana-mana.

Semoga puasa di bulan Ramadhan, benar-benar akan menjadikan Mukmin yang muttaqin, dan mendapatkan kemenangan melawan hawa nafsu. Manusia banyak yang kalah melawan hawa nafsu, terutama nafsu keinginan. Semoga. Wallahu'alam.

 


latestnews

View Full Version