View Full Version
Kamis, 09 Jul 2015

Unit Pasukan Khusus ISIS : Mereka Hanya Bersemboyan Menang Atau Mati Syahid

JAKARTA (voa-islam.com) – Rata-rata berjangguh panjang dan mengenakan seragam biru cerah, itulah Unit "pasukan khusus" ISIS. Unit 'Pasukan Khusus' yang merupakan 'Special Forces' ISIS, mereka berkumpul sekitar komandan mereka, sebelum mereka menyerang kota Suriah tengah al-Sukhna.

Mereka menggelorakan semangat dengan bertakbir, seraya meneriakan, "Menang atau mati syahid”. Mereka berjanji kesetiaan mereka hanya kepada Allah dan bersumpah tidak akan pernah mundur dalam berjihad..

ISIS menyebut mereka dalam bahasa Arab sebagai "Inghemasiyoun," yaitu "mereka yang membenamkan diri." Ini sebuah kejutan. Di mana ISIS berhasil membentuk pasukan elit yang sangat tangguh (ampuh), dan merupakan senjata paling mematikan di dalam jajaran pasukan khusus ISIS. Mereka dengan sumpah dan janji setia kepada Allah, serta memiliki disiplin yang tinggi, dan memiliki kemampun perang yang sangat luara biasa.

“Inghemasiyoun” menyusup ke target musuh, membuat kekacauan dan bertempur sampai mati, memakai sabuk dengan bahan peledak untuk meledakkan diri mereka di antara lawan-lawan mereka, jika mereka menghadapi kekalahan.

Mereka memilliki kemampuan perang dengan banyak keberhasilan medan perang yang sangat menakjubkan - termasuk kemenangan atas al-Sukhna pada Mei, dan peristiwa kemenangna itu ditampilkan dalam video online yang dirilis oleh ISIS.

"Mereka mulai menciptakan kekacauan di daerah musuh, dan kemudian melakukan serangan darat besar-besaran ," kata Redur Khalil, juru bicara milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi yang didukung AS, yang telah memimpin dalam serangkaian serangan terhadap ISIS di Suriah.

Meskipun terkenal karena keberannian dan tindakan yang membuat takut musuh-musushnya, “Inghemasiyoun” selalu mempraktekan perang yang sangat menakutkan bagi musuh-musuah dan lawannya, termasuk melakukan eksekusi perempuan yang menyamar menjadi mata-mata, seperti menyamar sebagai wartawan. Tidak ada ampun.

Perempuan yang menyamar sebagai wartawan diekskusi dengan berbagai teknik, dan sangat menakutkan dan membuat moral musuh menjadi 'ciut' nyalinya. ISIS telah terbukti menjadi kekuatan tempur yang sangat terorganisir dan fleksibel, menurut pejabat militer dan intelijen Irak dan komandan senior Kurdi Suriah di garis depan.

Taktik sering perang sangat kreatif dan inovatif selalu tumbuh di medan perang. Apakah itu menggunakan badai pasir sebagai penutup serangan atau sniper tunggal, yang mengikat dirinya ke puncak pohon kelapa untuk memilih sasaran musuh yang ada di bawah.

Unit Khusus ISIS sangat gesit bergerak di antara perang konvensional dan gerilya, dan menggunakan taktik perang konvensional dan gerilya, dan mereka setiap gerak maju dalam menghadapi musuh didukung oleh kendaraan lapis baja, Humvee dan bahkan kadang-kadang artileri, kemudian bergerak maju mengambil alih wilayah.

Para pejuang ISIS menggabungkan bom bunuh diri sebagai taktik di medan perang yang menakutkan musuh, kemudian menerobos garis pertahanan, dan menghancurkan moral musuh.

Mereka terus memperbaharui dan terus-menerus mengasah straregi perang gdi medan jihad, sehingga gerakan menjadi lebih efektif. Baru-baru ini, mereka meningkatkan dengan menggunakan 'baju besi' depan kendaraan yang digunakan dalam serangan-serangan, ini bertujuan mencegah tembakan yang dapat membunuh sopir atau meledakkan bahan peledak sebelum waktunya.

Strategi ISIS menyebar ke berbagai front baru yang lebih luas, muncul di Mesir pada pekan lalu yang dramatis serangan oleh kelompok militan ISIS terhadap pasukan elite di Semenanjung Sinai, dan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Mesir.

Andreas Krieg, seorang profesor di King College London yang menjadi 'anggota' milisi Kurdi Irak musim gugur yang lalu, mengatakan komandan ISIS lokal diberikan kelonggaran beroperasi di manapun, tanpa dibatasi gerak mereka..

Mereka "memiliki perintah keseluruhan pada strategi dan diharapkan datang dengan cara yang paling efisien beradaptasi," katanya. Kelompok ISIS "sangat banyak berorientasi sukses, berorientasi pada hasil." Itu sangat kontras dengan militer Irak dan Suriah yang sangat hierarki yang kaku, tidak efisien dan korup. Di mana petugas sering takut mengambil tindakan apapun tanpa persetujuan langsung dari lebih tinggi.

Pejuang ISIS sangat disiplin – akan diberlakukan eksekusi sebagai hukuman bagi mereka yang melakukan desersi (lari dari medan perang) atau tertidur saat bertugas jaga, kata pejabat militer Irak. Kelompok ISIS ini memiliki senjata yang jumlah sangat besar, dan luar biasa dari rampasan perang di Mosul dan Ramadi, yang ditinggalkan pasukan Irak dan Amerika.

Ini cukup digunakan perang oleh ISIS selama lebih 30 tahun, ujar pejabat militer Irak. ISIS sangat diuntungtkan dengan langkah di medan perang yang dikenal dengan ' blitzkrieg' setahun lalu. ISIS bukan hanya menguasai kota Mosul dan Ramadi, tapi ISIS mendapatkan 'ghonimah' (pampasan perang) berupa sebagian besar senjata berat - termasuk artileri dan tank – dan sekarang belum digunakan, dan akan digunakan cadangan untuk pertempuran di masa depan.

Komandan tentara Irak Letnan Jenderal Abdul-Wahab al-Saadi mengatakan ISIS juga menonjol dalam kemampuannya melakukan beberapa pertempuran secara bersamaan atau sekaligus alias melakukan 'total war'.

"Dalam militer Irak, kita hanya dapat menjalankan satu pertempuran besar pada satu waktu," kata al-Saadi, yang terluka dua kali dalam satu tahun terakhir, saat dia memimpin kekuatan yang merebut kembali kota-kota kunci dari Beiji dan Tikrit dari ISIS.

Tindakan dalam perang yang dipandang sebagai 'kejam', menurut al-Saadi di bagian taktik perang yang bertujuan meneror musuh dan menggambarkan dirinya sebagai raksasa tak terbendung. Pada bulan Juni 2014, kelompok ISIS membunuh ratusan milisi Syiah yang berada dalam pasukan keamanan Irak, dan ISIS mengeluarkan foto-foto pembantaian.

ISIS secara teratur memenggal kepala tentara Irak atau Suriah yang ditangkap, kemudian menyebarkan video pembunuhan lewat online. Hal ini meningkatkan perasaasn shock bagi musuh. Video terbaru menunjukkan hal itu, di mana ISIS menurunkan tawanan ke dalam kolam dan ditenggelamkan dan menghancurkan kepala tawanan dengan kawat peledak di leher mereka.

Jumlah pejuang ISIS di Irak dan Suriah diperkirakan antara 30.000 sampai 60.000, menurut pejabat Irak. Perwira militer mantan diktator Irak Saddam Hussein telah membantu kelompok mengatur strategi pejuang ISIS.

Umumnya, para pejuang yang bergabungan dengan ISIS, beragam bagnsa, mulai dari Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara Asia Arab dan Timur Tengah. Termasuk para veteran jihadis dengan pengalaman tempur di Afghanistan, Chechnya atau Somalia juga telah membawa pengalaman berharga, baik dalam perencanaan dan sebagai model untuk pejuang muda.

"Mereka cenderung menggunakan pejuang asing sebagai pelaku bom bunuh diri," kata Patrick Skinner, seorang mantan agen CIA yang kini mengarahkan operasi khusus untuk The Soufan Group, sebuah perusahaan geopolitik yang melakukan penilaian risiko pribadi. "Orang-orang pergi bergabung dengan ISIS hanya mencari mati, dan ISIS senang membantu mereka."

Taktik perang kelompok ISIS membawanya kemenangan besar di Irak utara dan barat tahun lalu, dan menguasai Mosul, kota terbesar kedua Irak. Tak lama kemudian, pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan "khalifah" mencakup wilayah di Irak dan Suriah.

Pada bulan Mei, berhasil menaklukan Ramadi, ibukota provinsi Anbar barat Irak, sebuah wilayah yang besar, dan penghinaan bagi pasukan Irak. Di Suriah, ISIS berhasil merebut pusat kota Palmyra.

Pasukan elit ISIS membuat kejutan yang penting dalam memenangkan perang di Ramadi. Pertama, ISIS melakukan gelombang serangan bom bunuh diri, dan lebih selusin, serta menghantam posisi militer di kota Ramadi, kemudian pejuang ISIS pindah sasaran selama badai pasir. Tentara Irak hancur dan melarikan diri akibat serangan yang sangat dahsyat dari pejuang ISIS, di mana kekuatan ISIS yang lebih besar berbaris di depan pasukan Irak.

"Cara mereka mengambil Ramadi akan dipelajari untuk sementara waktu," kata Skinner. "Mereka memiliki kemampuan melompat bolak-balik (bermanuver militer) antara tradisional (operasi militer) dan terorisme." Dia mengatakan kombinasi serupa bom bunuh diri di depan pasukan darat Mesir digunakan dalam pekan lalu serangan Sinai. Pasukan Mesir kocar-kacir.

Sejak serangan udara yang dipimpin AS di Suriah dan Irak tidak banyak pengaruhnya terhadap pejuang ISIS. Meskipun, serangan udara AS berpengaruh terhadap ISIS . Seperti Tentara Irak dan milisi Syiah merebut kembali wilayah selatan dan timur laut Baghdad, kota kilang minyak Beiji dan kampung halaman Saddam Hussein, Tikrit di utara ibukota. Tapi, kondisi Beiji dan Tikrit tetap tidak aman dari jangkauan ISIS.

Di Suriah, pejuang Kurdi yang didukung oleh serangan udara AS berat merebut kota perbatasan Kobane dari ISIS setelah bermingu-minggu berlangsung pertempuran dahsyat. Baru-baru ini, ISIS hilang Tal Abyad, kota Suriah lainnya di perbatasan Turki.

Meskipun ISIS mengalami kerugian, pasukan elite ISIS membuat kejutan dengan menyerang Kobane bulan lalu. Sekitar 70 dari mereka menyusup dan berjuang melawan kekuatan Kurdi yang jauh lebih besar selama dua hari, rupanya pada misi tidak untuk merebut kembali kota Kobane, tapi hanya untuk menimbulkan kekacauan.

Mereka semua dibunuh, tetapi sebelumnya, mereka membunuh lebih dari 250 warga sipil, termasuk sekitar 100 anak-anak, dan lebih dari 30 pejuang Kurdi. Pada saat yang sama, mereka menyerang kota Suriah timur laut dari Hasakah, mengusir ribuan orang dan masih bertahan di bagian kota itu. Pekan lalu, mereka melakukan serangan berdarah ke Tal Abyad, lagi-lagi mereka berjuang sampai mereka semua tewas, tetapi mereka berhsil memporak porandakan kota Tal Abyad.

"Kami masih merasakan luka kami di Kobane," kata Ghalia Nehme, seorang komandan Kurdi Suriah yang berjuang dalam pertempuran bulan lalu. "Dari apa yang kita lihat, mereka tidak berencana tetap hidup, mereka semua memilih kematian. Tampaknya mereka semuanya merindukan surga," katanya.

Penggunaan bom bunuh diri telah memaksa lawan ISIS beradaptasi. Ujar Jendral Al-Saadi yang menantang komandan pasukan Irak, yang menuntut serangan cepat merebut kembali Beiji. Sebaliknya, pasukan Irak sangat lambat mengadopsi gaya dan taktik perang ISIS,

Pengalamann di medan Tikrit, di mana pasukan Irak bergerak hanya beberapa mil setiap hari saat membersihkan jalan dari bahan peledak dan menghadapi hambatan terhadap serangan bunuh diri. Ini membawanya tiga minggu hanya bergerak 25 mil ke Beiji, berjuang sepanjang jalan dan menangkis lebih dari dua lusin serangan bunuh diri, kemudian satu minggu berhasil menguasai Beiji, tapi ia berhasil dengan korban minimal.

ISIS juga telah diadaptasi, dan baru-baru mulai menggunakan pesawat yang dikendalikan remote dilengkapi dengan kamera film untuk melihat posisi musuh. Hal ini diyakini ISIS memiliki agen dalam militer.

ISIS juga memiliki peralatan komunikasi yang unggul, menggunakan radio dua arah dengan jangkauan yang lebih panjang daripada militer Irak, kata Mayor. Jenderal Ali Omran, komandan Divisi 5 Irak. Omran mengatakan bahwa ketika ISIS tahu militer itu mendengarkan pada frekuensi radio; itu beralih ke jalur yang lebih aman, tapi terus menggunakan frekuensi menyusup memberi informasi palsu kepada militer Irak.

Bahkan pasokan ISIS yang kuat. Ransum pejuangnya 'sering termasuk kebab daging panggang dan ayam, lebih baik dari apa yang tentara Irak makan, kata Omran.

Tapi ISIS memiliki kerentanan, mencatat Skinner, yaitu tidak memiliki angkatan udara. Dan, organisasi terbuka -sepertinya memberikan kesempatan bagi mata-mata menyusup, sehingga kelompok ISIS adanya kekhawatiran, sehingga banyak pembunuhan orang yang dituduh sebagai spionase (mata-mata). Hal ini juga menghadapi kendala internal mencoba mengontrol dan mengarahkan personel multi-nasional.

"Kami menganggap mereka sebagai organisasi berwajah seram ini yang berjalan mulus," kata Skinner. "Saya membayangkan itu mungkin organisasi yang paling sulit untuk menjalankannya, dan dikelola dengan penuh kekerasan”, ujarnya. Mungkin bagi kalangan pakar militer dan intelijen, organisasi ISIS, sebuah organisasi yang menyimpang dari tradisi modern.

ISIS tetap bisa eksis di tengah berkecamuknya perang yang sangat dahsyat, dan menghadapi lawan-lawannya, yang merupakan kekuatan multinasional yang dibawah komando Amerika. Tapi, semua gagal dan tidak berhasi menggulung para pejuang ISIS, karena mereka semuanya hanya memiliki satu tujuan yaitu: 'MATI SYAHID DAN SURGA'. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version