View Full Version
Senin, 10 Aug 2015

Salim Segaf al-Jufri Menjadi Ketua Majelis Syuro PKS, Siapa Presidennya?

LEMBANG (voa-islam.com) - Terbetik kabar dari Lembang bahwa mantan Menteri Sosial di era SBY, Salim Segaf Aljufrie terpilih sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS)  periode 2015-2020.

Ini berarti kedua kalinya doktor ahli hadist itu, yang sebelumnya pernah memimpin menjadi muroqib aam (pengawas) di awal dakwah itu, dan juga menjadi ketua dewan syariah, sekarang kembali memimpin jamaah dakwah alias PKS. 

Sementara itu, Hidayat Nur Wahid, doktor bidang aqidah  dari Universsitas Madinah menjadi wakil ketua majelis syuro. Keberadaan Wakil Ketua Majelis Syuro pada periode ini merupakan keputusan  baru dalam PKS. Pada era sebelumnya Hilmi Aminuddin memimpin Majelis Syuro PKS tanpa seorang wakil.

Menurut kabar dari Lembang, posisi wakil Ketua MS merupakan permintaan Ketua MS terpilih, Sallim Segaf al-Jufri, dan dimungkinkan dalam nidhom asasi (anggaran dasar).“Ketua MS merasa membutuhkan pendamping untuk membantunya,” kata  sumber tersebut.

Majelis Syuro PKS bermusyawarah sejak Sabtu (9/8) di Kota Bandung, Jawa Barat dengan agenda utama pertanggungjawaban pengurus lama, pelantikan anggota Majelis Syuro periode 2015-2020, dan pemilihan pimpinan Majelis Syuro yang  baru.

Selanjutnya, siapa yang bakal menduduki jabatan presiden partai? Ini barangkali akan menjadi agenda berikutnya dalam pertemuan di Lembang.

Anis Mata selaku presiden PKS, sudah menduduki jabatan partai sejak awal, berungkali menjadi sekjen, dan terakhir menjadi presiden. Siapa yang bakal menjadi presiden? Ini akan berkaitan perjalanan PKS ke masa depan. 

Akankah PKS sebagai gerakan dakwah dibawah Salim Segaf al-Jufri dan HIdayat Nurwahid, mampu kembali ke jati dirinya sebagai gerakan dakwah?  

Selama sepuluh tahun terakhir ini, sejak 2004, PKS lebih menonjol sebagai  gerakan pollitik, dakwahnya terabaikan. Dengan segala implikasinya.

Mungkin perlu melakukan moratorium politik, dan lebih fokus kepada dakwah, pendiidkan, dan sosial. Sementara, ranah politik hanya menjadi salah satu cabang  dari gerakan dakwah.

Politik bukan panglima, tapi dakwah yang harus tetap menjadi panglima, sehingga usaha melakukan perubahan dan proses transformasi sosial ke arah cita-cita bangunan Islam akan lebih riil. 

Salim Segaf dan Hidayat akan menghadapi tantangan yang tidak ringan mengembalikan kepercayaan kader dan publik kepada PKS,sebagai sebuah gerakan dakwah, khususnya persepsi umat terhadap PKS sebagai partai dakwah.

Karena, sejak tahun 2009-2014, PKS mengalami kemunduran, itu tergambar dalam perolehan suara di parlemen, dari 57 kursi DPR di tahun 2009, hanya tinggal 40 kursi di tahun 2014.

Namun, bukan masalah 'kursi' semata, tetapi sebagai gerakan dakwah  PKS mulai surut, dan ini perlu dikembalikan lagi posisinya sebagai gerakan dakwah. PKS harus melakukan reposisi gerakannya di tengah situasi dan kecenderungan global yang pasti akan berdampak terhadap PKS sebagai gerakan dakwah. 

Selain itu, Sallim dan Hidayat juga akan menghadapi kondisi  'torbulensi' politik di era Jokowi dengan segala impliasinya. Ini tantangan besar. Di mana di satu sisi harus mengembalikan posisi PKS sebagai gerakan dakwah, di satu sisi menghadapi kondisi politik yang penuh dengan 'torbulensi'.

Semoga  dengan kepemimpinan baru dibawah Salim Segaf dan Hidayat, PKS sebagai gerakan dakwah dapat mengarungi perjalanan dakwahnya dengan selamat sampai ke tujuan. Barrakallahufikum.  Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version