View Full Version
Kamis, 13 Aug 2015

Jokowi Berjudi Dengan Melakukan Reshufle Kabinet?

JAKARTA (voa-islam.com) - Jokowi berjudi dengan melakukan "reshufle' kabinetnya. Reshufle ini tidak mendapatkan sambutan positif pasar. Pasar tetap 'wait and see' (menunggu). Bursa saham juga tidak serta merta bergairah menyambut positif atas keputusan reshufle oleh Jokowi.

Apakah dibawah Darmin Nasution yang menggantikan Sofyan Djalil, bisa menggerakan roda ekonomi yang sudah mandek? Ekonomi benar-benar stagnan, bahkan pertumbuhan ekonomi negatif hanya 4,6 persen, tidak sesuai dengan harapan Jokowi, yaitu 6-7 persen.

Jokowi jelas-jelas tidak seperti yang diharapkan oleh rakyat, sebagai 'maestro' alias 'dewa penyalamat” bagi rakyat yangs sudah sekarat, akibat kriris ekonomi yang mendera mereka sejak tahun l998. Justru kedatangan Jokowi memimpin negara, rakyat bertambah sengsara.

Rakyat 'kecele', merasa diapusi, menemukan Jokowi, tidak sesuai harapan (ekspektasi) mereka. Sekarang seluruh sektor kehidupan menjadi sekarat. Sejak Jokowi di awal kekuasaannya sudah dengan pengohnya membuat gebrakan yang membuat rakyat limbung menaikan BBM.

Saat Jokowi usai dilantik rakyat di suguhi dengan berbagai 'drama' tentang Jokowi. Diarak seperti Ratu Inggris, menggunakan kereta kencana. Beiibu-ribu rakyat berkumpul di depan Istana, mangayu bagyo sang 'maestro'. Jebulannya hanyalah pepesan kosong belaka. Semua rakyat dibuat 'kecele', akibat propaganda para media 'begundal', yang sudah berani menipu rakyat, tanpa moral. Sekarang rakyat yang harus menanggung akibatnya dipimpin Jokowi.

Saat Jokowi mengumumkan kabinetnya di Istana, benar-benar seperti terjadi antiklimak. Kalangan pasar tak ada selera, seperti laki-laki melihat perempuan yang tak  menarik, apalagi bisa mendapatkan kenikmatan? Semua menjadi hambar  belaka.

Gembar-gembor Jokowi, semua hanya 'pepesan kosong'. Menjanjikan tokoh-tokoh yang mumpuni, bersih  dan  non-partisan. Tak terbukti. Orang-orang yang duduk di kabinet Jokowi, semuanya tak lain hara para 'PETUGAS PARTAI'. Sungguh ironi.

Paling telak dalam acara di Metro TV tadi malam di mata Najwa, Fadli Zon dari Gerindra, mengatakan 'reshufle' sudah kehilangan momentum. Sudah tidak ada gregetnya lagi. Tidak menanrik.

Tokoh-tokoh yang menggantikan juga sudah ketahuan kemampaun dan track recordnya alias 'belangnya'.  Jadi apa yang diharapkan kepada mereka. Kecuali hanya Pramono Anung menggantikan Andi Widjayanto, yang anak buah Mega. Itung-itung menambah kursi PDIP di kabinet.

Fadli menambahkan, mestinya reshufle sudah dilakukan sejak sebulan, sesudah Jokowi melantik menterinya, dan sudah ketahuan kemampuannya. Memang ini terkesan sarkasme. Tapi itu realitas. Jadi tidak perlu menunggu lama. Baru sekarang melakukan reshufle.

Apa yang bisa diharapkan kepada Darmin Nasution? Darmin yang kontroversi saat menjdi Dirjen Pajak? Bisakah dia mengatasi ekonomi Indonesia yang sudah kacau balau dan salah urus? Dapatkah Thomas Lembong yang lulusan Harvard itu, dan memililki jaringan dengan kalangan pengusaha 'Chineses overseas' (Cina perantauan)  mengatrol sektor perdagangan? 

Mampukah Lembong menjual barang dagangan Indonesia ke manca negara? Nonsens. Eksport alias perdagangan luar negeri Indonesia sudah negatif dan defisit dengan Cina dan negara lainnya. Sekarang, barang-barang Cina tumpah ruah membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang sangat murah.

Memang produk-produk Cina hanya laku di jual di Indonesia dan Afrika. Produk Cina seperti sampah. Tidak laku di Eropa dan Amerika.  Apalagi, sekarang Cina mendevaluasi mata uangnya Yuan, maka Indonesia akan menjadi tempat pembuangan 'sampah' dari Cina.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mencatat perombakan kabinet yang dilakukan Jokowi hanya pada di pos Kementerian Koordinator bukanlah solusi di situasi saat ini yang benar-benar krisis.

"Yang dirombak lebih banyak menko, bukan menteri teknis. Padahal kalau kita mau melihat masalah ekonomi, lebih banyak kementerian teknis, bukan koordinasi," di Metro TV semalam.

Persoalan ekonomi menjadi beban berat pemerintahan Jokowi. Pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama hanya 4,6 persen serta penyerapan anggaran yang tidak maksimal, kurang dari 30 persen. Ini menambah penumpukan masalah di sektor ekonomi.

Apalagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang terus merosot semakin menambah persoalan kian karut marut. Sekarang sudah mendekati Rp 14.000/iUSD.

Perombakan kabinet selain berkorelasi dengan kebutuhan kerja di kabinet, juga tidak bisa dilepas dengan pemenuhan akomodasi politik. Perombakan kabinet oleh Jokowi ini nyaris tidak memberi perubahan dalam komposisi koalisi di pemerintahan. Perombakan kabinet hanya memenuhi 'nafsu' PDIP yang ingin menguasai negara

Sekarang sektor BUMN sudah ditangan Rini Sumarno yang menjadi 'skondan' Mega, sejak Mega menjadi presiden di tahun 2000 lalu.

Asset BUMN yang ribuan triliun itu, sekarang di tangan Rini, tidak ada jaminan tidak akan menjadi alat 'pelumas' bagi memperpanjang kekuasaan PDIP sampai 2019 dan seterusnya. Rini yang sudah lama digunjingkan akan di ganti, ternyata tetap aman. Termasuk Puan Maharani.

Totalitas sekarang negara di tangan Mega dan PDIP dengan menggunakan 'proxy' (tangan) Jokowi. Pos-pos yang strategis sudah ditangan PDIP. Mendagri di tangan Tjahyo Kumolo, yang dahulunya Sekjen PDIP. Tjahyo akan mengendalikan politik dalam negeri, melaui gubernur, bupati, dan walikota. Untuk menjamin kelangsungan kekuasaan PDIP.

Dengan Meneg BUMN di tangan Rini Sumarno yang merupakan orang kepercayaan Mega, bisa menjadi penopang mesin politik PDIP.

Ditambah lagi, posisi Luhut Binsar Panjaitan yang sekarang ini, sebagai Menko Polhukam sekaligus merangkap sebagai Kepala Staf Kepresidenan menjadi sempurna penguasaan terhadap suprastruktur nengara oleh PDIP.

 Di tangan luhut bisa menggerakkan alat-alat supra struktur negara menghadapi lawan-lawan politik yang mengancam Jokowi. Seperti yang dialami oleh PPP dan Golkar. Termasuk PKS yang dibuat babak belur dengan isu korupsi dan perempuan.

Dengan tuduhan korupsi, penyelewengan dana pemerintah, terorisme, dan sejumlah 'tuduhan' lainnya, yang bisa di 'create' dan di skenariokan, maka dengan mudah menghancurkan lawan-lawannya. Golkar dan PPP sudah mati, tidak berkutik lagi. Partai-partai lainnya sudah tidak lagi penting. Tinggal PDIP dengan kekuasaan yang menggungkan 'proxy' Jokowi menjadid nyamwan.

JIka sesudah reshufle ini, tidak ada perubahan dan nasib rakyat semakin sengsara, ekonomi bertambah 'collapse', maka sesungguhnya dengan reshufle yang dilakukan oleh Jokowi itu, sama dengan dia menggali kuburan kekuasasannya, dan akan tamat. Akibat krisis ekonomi.

Manusia berkehendak Allah lah yang akan menentukan.Wallahu'alam.

 


latestnews

View Full Version