View Full Version
Kamis, 12 Jul 2018

Jangan Jadi Umat Baperan; Berkaca dari Kasus TGB

Langkah Dr TGH Zainul Majdi, Lc alias Tuan Guru Bajang (TGB) dengan memberikan dukungan kepada Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinan Indonesia untuk kedua kalinya, menuai kontroversi di tengah masyarakat. Tidak sedikit yang mengecam tindakan cucu pendiri ormas Nahdhatul Wathan Lombok tersebut khususnya para alumni Aksi 212.

Bagi para alumni 212, dukungan TGB agar Jokowi kembali berkuasa untuk kedua kalinya, merupakan pengkhianatan terhadap aspirasi umat yang menginginkan agar 2019 nanti Indonesia bisa ganti presiden. TGB sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan banyaknya umat yang kecewa terhadap langkahnya itu bahkan dalam beberapa wawancara dengan media, TGB dengan tegas menyatakan jika dukungannya kepada Jokowi merupakan hasil perenungan yang dalam. Dan dia siap menanggung apapun risiko terkait dukungannya tersebut.

"Saya tetap pada posisi saya, putusan saya mendukung Bapak Jokowi," ucap TGB di Gedung ICMI, Jakarta, Rabu lalu (18/7/2018).

Dia mengakui pilihan yang diambilnya akan menimbulkan risiko. Namun begitu, dengan tegas ia menyatakan siap menghadapinya. "Kalau ada risiko atas pilihan itu, akan saya hadapi," paparnya.

Harus diakui apapun sikap serta pilihan politik yang diambil oleh TGB adalah hak beliau sebagai warga negara dan itu seharusnya dihormati. Akan tetapi ada hal yang mungkin tidak dipikirkan oleh TGB yaitu ekspetasi umat khususnya Alumni 212 yang sebelumnya sangat menyanjung-nyanjung TGB, apalagi TGB juga ikut dalam barisan aksi jutaan umat pada 2 Desember 2016 lalu untuk menuntut sang penista agama Ahok dihukum seberat-beratnya.

TGB mungkin lupa bagaimana antusiasnya umat menghadiri "safari dakwah" beliau di seluruh Indonesia. Itu karena apa? Yah tentu karena umat menganggap beliau sebagai ulama bagian dari Alumni 212, sosok yang berseberangan dengan rezim berkuasa dan salah satu tokoh harapan umat. Ditambah lagi beliau juga didukung oleh para alumni Al-Azhar untuk menjadi kandidat calon presiden pada pilpres 2019 mendatang. Tapi euforia dukungan itu sekarang berbalik menjadi hujatan terhadap beliau. Tidak sedikit yang menghujat TGB di media sosial dengan kata-kata yang buruk dan tidak beradab. Jelas umat kecewa kepada TGB, ditambah lagi umat banyak yang baperan dalam kasus ini.

Meminjam pernyataan Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) ketika diminta tanggapannya terkait langkah TGB, dengan tegas UBN menyatakan TGB harusnya "stand with ummah" dan umat berhak marah karena bagi mereka tokoh yang di sanjung-sanjung itu harusnya susah senang, kalah menang namun tetap bersama mereka. Meski demikian, UBN menekankan bahwa apapun keputusan TGB, itu merupakan ijtihad politiknya dan harus dihormati sedangkan kita harus berlapang dada serta menghargai pilihan politiknya tersebut.

"Umat harus menerima perbedaan dengan sikap dewasa. Dan kalau ada di antara umat yang menghina TGB maka umat yang menghina tersebut meski harus diingatkan," tegas UBN beberapa waktu lalu.

Berkaca dalam masalah ini, terkadang kita sering memposisikan pihak lain sama seperti kita termasuk dalam kasus TGB. Efeknya apa? Jadilah kita umat yang dikit-dikit bawa perasaan padahal yang dibaperin enjoy saja. Kalau kata wartawan senior Bang Asyari Usman dalam kasus TGB ini bahwa yang namanya aktor politik adalah pemain politik. Pemain politik itu adalah orang-orang yang bermain-main dengan lika-liku politik. Dan orang yang bermain-main dengan politik itu, yah seperti TGB. Jadi biasa sajalah dalam melihat manuver yang dilakukan TGB.

"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” (HR. At-Tirmidzi no.1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178) [redaksi]


latestnews

View Full Version