View Full Version
Ahad, 02 Sep 2018

Dituding Rebut Mic di Pesawat Terbang, Ini Jawaban Neno Warisman

Bunda Neno Warisman (BNW), atau akrab disapa BNW menulis surat klarifikasi atas tudingan Neta S Pane yang menyatakan Neno Warisman merebut microphone di pesawat komersial dan akan dijerat hukum.

Untuk membantah berita yang tendensius dan tidak klarifikasi sebelum menetapkan sebuah berita (cover both sides) yang ramai diberitakan media-media online, berikut jawaban BNW.

Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh

Saya Neno warisman. Menyimak perkembangan berita saya di internet dan sosial media yang terus menerus menyudutkan saya dan bahkan banyak cercaan dan tuduhan telah menggunakan perangkat mikrofon di dalam pesawat atas keinginan saya sendiri, seolah demikian, maka berikut penjelasan saya secara lengkap agar masyarakat faham bahwa saya menggunakan mic tersebut bukan atas gagasan atau kemauan saya. Sama sekali salah.

Sama sekali tidak benar. Tidak demikian.

Kenapa?

Karena, ketika saya berdiri melangkah hendak ke toilet pesawat dari kursi saya, dan sempat menunggu mengantri seseorang lain yang sedang menggunakan toilet tersebut, datanglah menghampiri saya, seorang lelaki tinggi besar dari arah penumpang, lalu menyatakan gagasannya kepada saya dengan mendesak.

Disinilah letak perbedaan yang sangat besar antara yang dipersangkakan dan dituduhkan pada saya dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Namun, sebelum saya jelaskan lebih rinci, ijinkan saya menyatakan keprihatinan saya akan berita di—grounded nya pilot yang bertugas pada hari itu dan juga awak penerbangan, yang saya yakin, mereka berhak dan pantas mendapatkan empati kita semua karena pasti mereka semua memiliki keluarga yang harus mereka nafkahi.

Semoga Allah SWT memberikan kepada seluruh kru penerbangan pada hari itu , kelapangan rizki dan jalan keluar.

Inilah selengkapnya keterangan Saya

Memasuki pesawat setelah mengalami lebih dari 7 jam di dalam mobil dengan penjagaan aparat bersenjata dan mengalami berbagai hal di darat, pukul sekitar 23.00 malam hari itu akhirnya saya duduk di kursi saya di bagian tengah dengan perasaan yang lengang.

Di kanan saya , Doktor Syamsul Balda, menunjukkan pada saya 4 lembar boarding pass atas nama kami dan dua teman yang lain. Kami hanya berdua.

Dua teman yang namanya telah tertulis di boarding pass masih tidak kami ketahui saat itu berada di mana. Salah satunya adalah Sang Alang, sang gitaris dan pencipta sekaligus penyanyi lagu #2019Ganti Presiden.

Kami masing-masing terdiam. Saya membaca doa panjang.

Pesawat take off dan setelah aman bisa ke toilet, saya pun berdiri menuju arah depan. Ketika menunggu seseorang lain yang sedang menggunakan toilet, seorang laki laki tinggi besar dan nampak terpelajar rupanya mengikuti langkah saya tadi sehingga ketika saya menunggu di lorong dapur pesawat, beliau pun sudah berada di gang pintu pesawat dan lalu mengajak saya bicara.

Isi pembicaraan singkat itu adalah usulan beliau untuk Saya meminta maaf kepada para penumpang karena mereka telah menunggu sangat lama dan laki laki besar tersebut juga memberi contoh penumpang yang sederet dengan saya, katanya, adalah penumpang menuju sorong yang pasti harus membeli tiket baru karena tiket ke sorongnya hangus.

Saya mencoba mendengarkannya dengan baik. Tapi saya lebih ingin lagi ke toilet, karena sudah 10 jam menahan buang air kecil sejak siang hari take off dari bandara Jakarta belum sempat ke toilet sudah keburu dihadang aparat di gerbang bandara.

Ketika laki laki tersebut bicara dengan saya, ada pilot (atau co pilot? ) didepan kanan saya dan pilot tersebut seingat saya memberikan jawaban tidak bisa kepada penumpang yang punya gagasan saya menggunakan mic untuk minta maaf.

Pintu toilet terbuka, saya pun segera meninggalkan di kiri di cerung pintu pesawat laki-laki tinggi besar, dan di kanan saya pak pilot.

Ketika saya keluar dari toilet tak berapa lama, saya lihat laki laki tinggi besar itu masih ada di tempat berdirinya dan ia kembali meminta saya agak mendesak untuk meminta maaf pada penumpang dan kali kedua ini pak pilot yang kali ini (di arah balik dari toilet ia berada di kiri saya) jadinya menawarkan pada saya, untuk menggunakan perangkat mic tersebut untuk menjelaskan alasan keterlambatan kami.

Berikutnya, pak pilot pula yang mengambil perangkat dari dinding pesawat, lalu berkomunikasi sedikit dengan gesturenya dengan dua pramugari yang berdiri di kiri saya dekat dapur pesawat.

Perangkat itu akhirnya diberikan ke tangan saya yang dengan agak kaku saya terima karena tidak biasa menggunakan benda tersebut, lalu saya bicara sebagaimana nampak pada video yang banyak di share di medsos.

Demikianlah saya terangkan hal ini dengan sesungguh sungguhnya. Dengan keterangan ini saya harap, pihak mana pun dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya, namun Saya harap justru semua pihak bukan mencari pembenaran sendiri melainkan mampu melihat akar masalah utamanya.

Saya sekali lagi menyatakan keprihatinan Saya yang sangat dalam kepada para awak pesawat yang pasti telah sangat lelah menunggu penundaan jam penerbangan. Demikian juga para penumpang.

Maafkan hal ini.

Sedangkan saya, demi Allah, Datin Dokter Diana Tabrani dan suaminya yang mengapit saya selama 7 jam di dalam mobil mereka, berkali kali saya dengar mereka saling bicara tentang adanya pesawat terakhir jam 9 malam yang saya duga telah berangkat ke Jakarta, namun ternyata dipaksakan menunggu sampai saya berhasil dipaksa pulang ikut dalam pesawat tersebut pada sekitar hampir pkl 23.00 wib.

Satu satunya yang sempat membuat hati Saya bertanya ketika mobil aparat membawa saya masuk bandara kembali dan mendekati tangga menuju pesawat, saya berkata dalam hati...

“Apakah mereka menerbangkan sebuah pesawat kosong untuk memulangkan saya??”

Pertanyaan hati saya terjawab ketika saya masuk ke dalam pesawat , ternyata berpenumpang penuh. Dan saaat itu saya masih mengira, “Ohh.. ternyata penerbangan akhir bukan jam 21.00. Ini rupanya ada pesawat yang skedulnya lebih malam...”

Itulah jejak pikiran saya yang sungguh saya ingat baik. Ketika mendarat , sepanjang jalan menuju pengambilan bagasi banyak penumpang menyalami, meminta kesediaan saya berfoto, memberi dukungan dan bahkan ada beberapa diantara mereka ternyata mengambil rekaman Dengan hape mereka dan seorang diantaranya menunjukkan pada saya para Pendemo yang kata penumpang tersebut tidak lebih jumlahnya dari 30-an orang saja.

Allahu alam Wassalaamu alaikum warrahatullahi wabarakatuh

Neno Warisman


latestnews

View Full Version