View Full Version
Sabtu, 14 Oct 2017

Fahri Hamzah: Pahlawan Antikorupsi Kesiangan Ini Otaknya Kosong

JAKARTA (voa-islam.com)- Politisi PKS menyebut pahlawan kesiangan antikorupsi memiliki pemikiran kosong, juga pemuja seperti generasi otoriter. Sehingga yang di kepala mereka hanyalah puja dan puji saja.

“Pahlawan anti korupsi kesiangan ini otaknya kosong. Hanya satu kata dalam otanya ‘hidup KPK!’ Setelah itu dianggap masalah selesai. Mereka pahlawan kesiangan tapi sebenarnya merupakan generasi otoriter. Mereka menikmati kekuasaan sebagai cara bernegara. Kuno!” tulisnya di akun Twitter pribadi miliknya, Jum’at (13/10/2017).

Menurutnya, menyelesaikan problem dalam demokrasi dengan cara totaliter itu tidak saja bodoh tapi bikin rusak negara. “Korupsi adalah penyakit rezim totaliter. Karena rumus korupsi adalah C = Monopoli + Diskresi - Akuntabilitas. Monopoli ada di mana? Diskresi sudah kita sisir! Dan Akuntabilitas meluas akibat pengawasan publik. Ini watak sistem demokrasi.”

Sebaliknya negara totaliter itu jelas penuh monopoli. Politik, ekonomi, dan lain-lain. “Semua pejabat dapat diskresi. Habis gitu gak ada pengawasan. Masa gelap itu gelap. Teknologi belum mendukung kebebasan sipil. Waktu itu serba sulit mengkritik pejabat. Ketertutupan sistem membuat pejabat berbuat seenaknya; korupsi, kolusi dan nepotisme, KKN kata generasi itu.”

Di era itu hidup ini seperti milik segelintir orang. Penguasa dan para kroni. Ruang publik pengap penuh dikte dan propaganda. “Sadarkah kita perubahan ini? Mengertikah kita bahwa kebebasan ini mahal? Situasi ini membuat ruang otoritarianisme menciut? Ini fakta. Ini tidak bisa dibantah bahwa ruang publik kita telah disehatkan oleh udara bebas nan segar.”

Kita pun diajak merenung oleh Anggota DPR RI ini. “Sampai di sini coba kita merenung mendalam. Apa yang kita takutkan? Menurut saya ketakutan ini diciptakan. Korupsi ini adalah momok. Ini perang momok.. Perang hantu. Perang persepsi. Korupsi imajinasi. Negara punya penyakit baru; korupsi adalah penyakit lama.

Tetapi menciptakan masalah agar ada program negara adalah korupsi baru. Maka, histeria ini adalah dibuat seolah ruang publik kembali pengap oleh korupsi. Seolah ini era kegelapan. Sampai di situ masih belum terlalu jahat, lebih jahat ketika justru korupsi ditutupi oleh versi fiksinya agar kerugian negara tak terbaca.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version