View Full Version
Jum'at, 04 Nov 2022

Stunting Jadi Tantangan Besar Indonesia Emas 2045

JAKARTA (voa-islam.com)--Anggota DPD RI DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, stunting menjadi tantangan besar bagi Indonesia untuk menuju Indonesia Emas 2045. Pasalnya, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4 persen pada 2021. Angka ini menjadikan prevalensi stunting Indonesia termasuk dalam kelompok sedang menurut standar WHO di mana idealnya di bawah 20 persen atau rendah. 

“Anak-anak kita saat dan beberapa tahun ke depan, pada 2045 atau saat Indonesia memasuki usianya yang ke-100 atau Indonesia Emas menjadi penggerak perubahan negeri ini menjadi salah satu negara maju dan kekuatan ekonomi dunia. Jika saat ini mereka stunting maka cita-cita Indonesia Emas bisa terganjal. Oleh karena itu, berbagai upaya dan kolaborasi harus dimaksimalkan dalam percepatan pencegahan stunting agar pada 2045 Indonesia diisi oleh SDM yang tangguh dan unggul,” ujar Fahira Idris dalam Diskusi Publik Pencegahan Stunting Sejak Dini, di Jakarta (3/11).

Bagi Fahira, walau di Indonesia tren penurunan angka stunting tergolong positif tetapi masih harus bekerja keras untuk memenuhi ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Pencapaian rata-rata pertahun penurunan stunting di Indonesia sejak 2013 sampai 2021 baru berada dikisaran 2,0%. Selain itu, situasi stunting di Indonesia yang juga sangat penting menjadi perhatian adalah disparitas angka stunting antarprovinsi. Saat ini, masih terjadi disparitas yang lebar antarprovinsi serta rata-rata penurunan yang relatif lambat merupakan tantangan dalam kerangka percepatan penurunan stunting menjadi 14% pada 2024. Bahkan, di beberapa provinsi, prevalensi stunting balita bahkan masih berada diangka 30%. 

Pentingnya pengerahan semua sumber daya dalam pencegahan stunting juga dikarenakan dampak besarnya terhadap perekonomian sebuah bangsa. Berdasarkan data World Bank, stunting menimbulkan kerugian ekonomi negara sebesar 2 hingga 3 persen dari produk domestik bruto atau PDB sebuah negara. 

Bagi Fahira, selain komitmen politik, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor dan kapasitas untuk melaksanakan rencana aksi, pencegahan stunting di Indonesia harus difokuskan pada masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan anak. Masa ini adalah kunci pencegahan stunting karena merupakan masa yang paling kritis dalam tumbuh kembang anak. Di Indonesia, gangguan pertumbuhan terbesar terjadi pada periode ini. 

“Sejatinya stunting dapat dicegah sejak awal kehamilan setidaknya melalui enam cara yaitu lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, penuhi asupan nutrisi ibu hamil, mencukupi konsumsi zat besi, terapkan pola hidup bersih dan sehat  untuk mencegah infeksi pada kehamilan. Selain itu, hindari paparan asap rokok karena berpotensi membuat ibu hamil berisiko mengalami abortus, pelepasan plasenta, plasenta previa, insufisiensi plasenta, kelahiran prematur, dan cacat janin. Terakhir, ibu hamil idealnya melakukan olahraga teratur agar imun tetap terjaga,” pungkas Senator Jakarta yang juga pemerhati anak ini.*[Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version