View Full Version
Senin, 06 Jun 2016

Delapan Tahun Kedepan akan Terjadi Dua Kali Perbedaan Awal Ramadhan, Kapan Saja?

YOGYAKARTA (voa-islam.com)?Awal puasa Ramadhan tahun 1437 Hijriyah ditetapkan jatuh secara bersamaan. Pemerintah menetapkan awal Ramadhan 1437 Hijriyah pada Senin, 6 Juni 2016. Begitu juga Muhammadiyah jauh-jauh hari melalui Maklumat 1 April 2016, menetapkan awal Ramadhan 1437 Hijriyah jatuh pada Senin, 6 Juni 2016.

Seragamnya penetapan awal Ramadhan 1437 Hijriyah ini sudah diprediksi. Apakah masih akan ada perbedaan di tahun mendatang? Berdasar perhitungan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, seperti dikutip muhammadiyah.or.id diprediksi akan ada perbedaan penentuan awal puasa oleh pemerintah sebanyak dua kali dalam kurun waktu delapan tahun mendatang atau hingga tahun 2024. Kapan Saja?

Dari data yang dihisab oleh Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Oman Fathurahman, hingga tahun 2024 perbedaan awal puasa antara Muhammadiyah dan Pemerintah akan terjadi pada 2018 dan 2024.

Pada 2018 Muhammadiyah akan menetapkan awal Ramadhan 1439 Hijriyah pada hari Rabu 16 Mei 2018, dan Pemerintah pada Kamis, 17 Mei 2018. Sedangkan untuk 2024 atau 1445 Hijriyah, Muhammadiyah akan menetapkan Ramadhan pada Senin, 11 Maret 2024, dan Pemerintah akan menetapkan pada Selasa, 12 Maret 2024.

Menurut Oman Fathurahman yang juga dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, perbedaan tersebut dengan catatan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Agama RI masih menggunakan metode Imkanur Rukyah 2 derajat, dan Muhammadiyah juga masih setia dengan metode hisab wujudul hilal.

Sebelumnya menurut Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhammad Rofiq, Pemerintah melalui Kementerian Agama menurut Rofiq menggunakan metode hisab Imkanur Rukyah yang mensyaratkan ketinggian hilal 2 derajat.

?Sebenarnya ada banyak cabang dari metode Imkanur Rukyah yang mesyaratkan ketinggian hilal 4 derajat, 6 derajat bahkan lebih. Kebetulan pemerintah menggunakan metode yang mensyaratkan ketinggian hilal 2 derajat diatas ufuk,? ungkapnya pada muhammadiyah.or.id , Sabtu (4/6).

Mengapa pemerintah menggunakan Imkanur Rukyah 2 derajat? Menurut Rofiq, angka 2 derajat tersebut diyakini menjadi syarat visibilitas hilal, atau dengan kata lain hilal kemungkinan dapat terlihat saat ketinggiannya mencapai minimal 2 derajat saat matahari tenggelam.?

Bagaimana dengan Muhammadiyah? Rofiq menambahkan, Persyarikatan Muhammadiyah saat ini menggunakan metode hisab Wujudul Hilal, yakni memperhitungkan bulan baru berdasarkan hilal yang telah wujud.

?Perbedaan mendasar dari metode Imkanur Rukyah 2 derajat, wujudul hilal tidak mensyaratkan ketinggian hilal. Apabila terjadi ijtimak atau konjungsi, dan matahari telah tenggelam dan bulan belum tenggelam berapapun ketinggiannya di akhir kalender bulan, maka dipastikan esoknya adalah bulan baru,? jelasnya.?

Saat ini, Muhammadiyah tengah berusaha untuk dapat mengatasi perbedaan pelaksanaan puasa dan hari raya, bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia Islam secara umum. Muhammadiyah melalui Ketua Majelis dan Tajdid pada akhir Mei 2016 yang lalu hadir dalam Kongres Penyatuan Kalender di Turki. * [Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version