View Full Version
Rabu, 14 Mar 2018

BELI BUKU ILMIAH: Profesor Tono Ungkap Shalat Subuh Terlalu Cepat 26 Menit

BEKASI (Voa-islam.com) - Dalam buku ini terungkap, shalat subuh di Indonesia terlalu cepat 26 menit dan jarak antara shalat Maghrib dan Isya hanya sekitar 46 menit, hal ini dijelaskan dalam fakta ilmiah dan pengamatan mendalam dengan teknologi dalam durasi 1 tahun karya Prof.Dr. Tono Saksono, Ketua Umum Himpunan Ilmuwan Muhammadiyag, seorang ilmuwan asal Cirebon, lulusan UGM, dan beberapa kampus mancanegara seperti di Amerika Serikat dan Inggris.

Hal ini semakin membuka tabir akan waktu shalat subuh dan isya di Indonesia yang terlalu cepat 26 menit dan secara ilmiah bisa ia buktikan dengan bantuan teknologi terbaru.

Jika Ustadz Abu Yahya Badrusalam dalam video Youtube menyatakan di Indonesia terlalu cepat 25 menit melalui pengamatan mata telanjang, lain halnya dengan profesor ini, ia menggunakan 2 teknologi canggih kekinian, All Sky Camera dan Sky Quality Meter.

Pada hari Kamis pagi, (18/01/2018), pendiri voa-islam.com menyempatkan bersilaturahim dan melakukan wawancara eksklusif dan diterima dengan ramah oleh Prof Dr Tono Saksono, penulis yang juga ilmuwan dari Muhammadiyah ini.

Ia adalah ahli falak dan remote sensing dan Ketua Himpunan Ilmuwan Muhammadiyah dan Guru Besar di UHAMKA Jakarta. "Ini hasil riset kami dengan alat Sky Quality Meter (SQM), pengukur kecerlangan benda langit," kata Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) itu dalam Seminar Evaluasi Awal Waktu Shalat Subuh Menurut Sains dan Fikih di Jakarta, Selasa beberapa bulan silam, (9/5/2017). 

Bagi yang tertarik, untuk pemesanan buku dapat diperoleh dari UHAMKA PRESS melalui nara hubung

PEMESANAN ONLINE:

Rp. 80,000/Buku belum termasuk ONGKIR

SMS / WA 0817852277

===========================

SIMAK VIDEO SELENGKAPNYA, HANYA di VOA-ISLAM.com:

 

Prof. Tono menyatakan bahwa selama ini fajar dianggap telah terbit saat matahari pada posisi sudut depresi 20 derajat di bawah ufuk yang setara dengan 80 menit sebelum matahari terbit.

Padahal, dikemukakannya, dari hasil observasi sementara, maka fajar dimulainya Shalat Subuh bagi umat Islam Indonesia baru terjadi saat sudut depresi matahari pada kisaran 11 hingga 15 derajat di bawah ufuk atau bila dikonversi dalam domain waktu setara dengan 44 sampai dengan 60 menit sebelum matahari terbit.

"Tidak ada satupun indikasi yang menunjukkan bahwa sinar fajar sebagai tanda awal subuh telah muncul saat matahari berada pada sudut depresi 20 derajat," katanya. Menurut dia, penentuan 20 derajat di bawah ufuk merupakan keputusan ulama Melayu di masa lalu untuk menentukan awal masuknya waktu Shalat Subuh dan dimulainya puasa, termasuk digunakan pula oleh ulama Malaysia.

"Tapi, zaman dulu memang belum ada peralatan secanggih saat ini, dan masih mengandalkan pengamatan dengan mata telanjang, jadi wajar jika tidak akurat," katanya. Diterbitkan ole The Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA The Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA yang baru berdiri kurang dari dua tahun sangat bahagia dapat menyelesaikan tahap pertama tugas penelitian yang sangat penting ini.

Bagi yang tertarik, untuk pemesanan buku dapat diperoleh dari UHAMKA PRESS melalui nara hubung

PEMESANAN ONLINE:

Rp. 80,000/Buku belum termasuk ONGKIR

SMS / WA 0817852277

[adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version