View Full Version
Kamis, 18 Jun 2015

Untuk Kesempurnaan Pahala, Jaga Mata Saat Puasa!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Bulan Ramadhan, bulan penuh kebaikan dan keberkahan. Allah wajibkan shiyam atas insan beriman di siang harinya dan sunnahkan qiyam (shalat) di malamnya. Puncak tujuannya, agar orang beriman senantiasa bertakwa kepada Tuhannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Tuntutan takwa di sini adalah saat menjalankan shiyam Ramadhan. Harapannya, ketakwaan menjadi baju pelaku shiyam, kebiasaan dan karakternya.

Di antara bentuk takwa yang diperintahkan saat shiyam adalah menjaga pandangan dari melihat yang haram. Realitanya, kemaksiatan pandangan ini termasuk bentuk kemaksiatan yang paling banyak dilakukan shaim di zaman ini. Ini tidak lepas dari lemahnya pembinaan keimanan dan tersebarnya kemaksiatan-kemasiatan seperti wanita ‘telanjang’, gambar-gambar porno, tontonan haram, film-film syahwat, perzinahan dan perkara-perkara yang mendekatkan ke sana.

Sistem kehidupan yang sekular semakin menyempurnakan. Syahwat dipuja dan diumbar. Atas nama keindahan, estetika, seni dan semisalnya; wanita yang dipermak menjadi pelengkap dalam setiap event dan moment perkumpulan. Seolah-olah pemandangan haram bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern ini.

Siapa yang berpuasa tapi masih umbar syahwat dan keinginan nafsunya, Allah tidak butuh pada dia meninggalkan makan dan minumnya.

Pandangan Adalah Nikmat

Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugerahkan nikmat penglihatan untuk disyukuri. Yakni digunakan untuk ketaatan, bukan untuk melihat yang haram.

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًاوَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Nahl: 78)

Ketiga nikmat ini menjadi kunci ilmu. Seorang hamba tidak akan bisa mengetahui sesuatu kecuali dengan salah satu dari tiga indera ini. sehingga hamba dipesankan untuk menyukurinya, yaitu dengan menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah. Siapa yang menggunakan nikmat bukan dalam hal ini, pendengaran, penglihatan, dan hati akan menjadi musuh baginya di hari kiamat dan menggugatnya di hadapan Allah kelak.

Mengumbar Pandangan dan Kerasnya Hati

Salah satu penyebab kerasnya hati dan meredup cahayanya adalah maksiat penglihatan. Sehingga seseorang tidak bisa khusyu’ shalat, hilang rasa takut kepada Allah, lenyap manisnya iman dan kenikmatan ibadah; tidak lain penyebabnya pandangan liat kepada yang haram.

Disebutkan dalam satu riwayat, pandangan haram adalah panah beracunnya Iblis yang disasarkan ke hati seorang hamba. Maka siapa yang menundukkan pandangannya karena Allah niscaya Dia menganugerahkan manisnya iman dalam hatinya sampai ia berjumpa dengan-Nya.

Melihat yang haram memiliki dampak kuat terhadap hati. Hati yang terkotori dengan tontonan haram akan menuntut mata untuk melihat keharaman-keharaman lain setelahnya. Sehingga melihat yang haram menjadi candu dalam kehidupannya. Misal, seseorang yang melihat tontonan atau gambar porno, hatinya akan senantiasa terngiang-ngiang sehingga, pikirannya sibuk menghayalkannya, sehingga dorongan melihat keharaman lain semakin kuat. Satu hari tak liat yang haram, rasanya seperti orang sakau. Akibatnya, Al-Qur'an tidak lagi nikmat dibaca, shalat tak terasa kekhusyu’annya, bangun malam berat, shalat malam tertinggal, dan disusul keburukan-keburukan lainnya.

Saat shiyam kita harus ingat-ingat betul perintah Allah yang ditujukan bagi mukmin laki-laki dan mukmin wanita; perintah menundukkan pandangan yang berlaku di Ramadhan dan di luarnya.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 30)

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 31)

Karenanya, seorang shaim wajib menjaga pandangannya dari melihat wanita-wanita di jalanan, gambar-gambar haram di koran-koran, majalah, baliho, menontot aurat-aurat lawan jenis di televisi, video, internet, dan selainnya.

Siapa yang sanggup menjaga pandangannya saat shiyam maka kesempurnaannya lebih dekat. Menjadi insan bertakwa semakin kuat. Dan Allah akan bukakan banyak kebaikan kepadanya.

Abu Al-Hasan al-Wariq berkata,

مَنْ غَضَّ بَصَرَهُ عَنْ مُحَرَّمٍ أَوْرَثَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ حِكْمَةً عَلَى لِسَانِهِ يَهْدِي بِهَا سَامِعُوهُ وَمَنْ غَضَّ بَصَرَهُ عَنْ شُبْهَةٍ نَوَّرَ اللَّهُ قَلْبَهُ بِنُورٍ يَهْتَدِي بِهِ إِلَى طَرِيقِ مَرْضَاتِهِ

“Siapa menundukkan pandangannya dari yang haram maka Allah anugerahkan hkmah pada lisannya sehingga orang-orang yang mendengarkan ucapannya mendapat petunjuk. siapa menundukkan pandangannya dari yang syubhat, Allah akan sinari hatinya dengan cahaya yang menunjukinya kke jalan keridhaan-Nya.”

Siapa meninggalkan melihat kepada sesuatu yang disukainya, Allah ganti dengan sesuatu yang lebih disukai olehnya. Siapa meninggalkan melihat sesuatu yang Allah murkai, Dia anugerahkan cahaya di hatinya sehingga bisa melihat yang benar dari yang batil.

. . . Salah satu penyebab kerasnya hati dan meredup cahayanya adalah maksiat penglihatan. . .

Penutup

Memastikan tidak melihat yang haram di kehidupan sekarang rasanya tak mungkin bisa, kecuali orang yang dirahmati Allah. Karena kemaksiatan merajalela. Syahwat diumbar dan diberi kebebasan. Karenanya, sempurnakan puasa dengan banyak istighfar untuk menghapuskan kesalahan saat shiyam. Sibukkan mata dengan ketaatan dan kebaikan, sehingga lalai dari yang haram-haram. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version