View Full Version
Kamis, 05 May 2016

Koreksi, Isra' Mi'raj Tidak di Malam 27 Rajab

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Telah masyhur, Isra’ & Mi’raj terjadi di malam 27 Rajab. Masyarakat muslim banyak memperingatinya dengan pawai, pengajian, kegiatan ritual, dan zikir dan doa. Namun tahukah kita bahwa generasi awal umat ini tidak pernah melakukannya. Bahkan waktu pasti terjadinya peristiwa itu belum disepakati.

Syaikh Shafiyyur Rahman Mubarakfuri di Rahiqul Makhtum menyebutkan  6 pendapat penetapan waktu pasti peristiwa Isra’ & Mi’raj.

  1. Isra’ & Mi’raj terjadi di tahun Allah muliakan hamba-Nya dengan kenabian. Maksudnya, tahun pertama kenabian. Ini pendapat pilihan Al-Thabari.
  2. Isra’ & Mi’raj terjadi pada tahun kelima dari kenabian. Imam Nawawi dan Imam Al-Qurthubi menguatkan pendapat ini.
  3. Isra’ & Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 Kenabian.

Syaikh Mubarakfuri mengomentari 3 pendapat pertama ini, “tiga pendapat pertama tertolak, karena Khadijah Radhiyallahu 'Anha wafat di Ramadhan tahun 10 kenabian. Wafatnya Khadijah sebelum difardhukannya shalat liwa waktu. Dan tidak diperselisihkan bahwa difardhukannya shalat lima waktu itu pada malam Isra’.”

Al-Imam Abu Syaamah -rahimahullah-, guru Imam an-Nawawi, mengatakan,”Dan para ahli hikayat menyebutkan Isra’ dan Mi’raj terjadi pada bulan Rajab. Menurut para ahli ta’dil dan jarh (ulama hadits) hal itu merupakan kedustaan.” (Al-Ba'its 'Ala Inkaril Bida'i wal Hawadits, Imam Abu Syaamah al-Syafi'i: 171)

  1. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Ramadhan di tahun 12 kenabian.
  2. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Muharram di tahun 13 kenabian.
  3. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Rabi’ul Awal di tahun 13 kenabian.

Syaikh Mubarakfuri berkata, “Adapun pendapat 3 yang tersisa, aku belum pernah dapati pendapat paling kuat dari salah satunya..”

Penjelasan Syaikh Mubarakfuri tersebut di atas, memberikan pengertian bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu ada, tetapi waktu terjadinya peristiwa ini tidak tercatat dalam sejarah. Maka umat Islam hanya berkewajiban mempercayai adanya peristiwa itu saja. Tidak ada kewajiban meyakini kapan waktunya, apalagi kewajiban memperingatinya. Dengan mempertimbangkan lemahnya pendapat yang menyatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, maka jelas tidak logis kalau Islam mengajarkan adanya peringatan Isra’ dan Mi’raj di bulan Rajab.

Dilupakannya waktu terjadinya isra’ dan mi’raj tentu memiliki makna pula. Dan di antara hikmah dilupakannya kapan peristiwa ini terjadi adalah agar umat Islam tidak terbebani untuk melaksanakan peringatan.

Perselisihan tentang waktu pastinya, Ibnul Hajar menyebutkan 10 pendapat ulama di Kitab Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, di Kitab Manaqib Bab al-Mi’raj. Beliau awali keterangannya, “dan sungguh telah berselisih para ulama di dalam menentukan waktu Mi’raj. Ada yang mengatakan sebelum kenabian, pendapat ini ganjil kecuali kalau dianggap terjadi di dalam mimpi. Dan kebanyakan ulama yang lain berpendapat setelah kenabian. Pendapat inipun terjadi perselisihan, ada yang mengatakan satu tahun sebelum hijrah. Demikian pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya. Pendapat ini dikuatkan oleh an-Nawawi dan Ibnu Hazm telah berlebihan dengan menukil ijma’ tentang hal ini. Klaim bahwa pendapat ini sebagai ijma’ adalah tertolak karena sesungguhnya terdapat perselisihan yang banyak lebih dari 10 pendapat.”

Syaikhul Islam Al-Harrani Rahimahullah brkesimpulan bahwa tidak ada dalil yang jelas dan pasti yang dapat menunjukkan tanggal dan bulan terjadinya Isra’ Mi’raj. Bahkan pemberitaannya terputus dan diperselisihkan, tidak ada yang dapat memastikannya. (Zaadul Ma’ad I/57)

Lantas atas dasar apakah kita menetapkan secara pasti tanggal 27 Rajab adalah Isra’ Mi’raj dan untuk kemudian merayakannya setiap tahun? Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version