View Full Version
Jum'at, 31 Mar 2017

Jika Ikhlas, Nasihati Saudaramu dengan Lembut!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Diriwayatkan bahwa Al-Hasan dan al-Husain mendapati seorang yang berusia lanjut sedang wudhu’, namun wudhu’nya salah. Keduanya sepakat untuk menyampaikan nasihat kepadanya dan mengajarinya cara wudhu’ yang benar. Keduanya berdiri di samping laki-laki tua tadi, lalu berkata kepadanya, “wahai paman, lihat siapa di antara kami yang lebih baik wudhu’nya!” Lalu keduanya mulai berwudhu’.

Saat itu laki-laki tadi tahu kedua anak itu berwudhu’ dengan bagus. Dia menjadi sadar bahwa dirinya yang tidak bagus wudhu’nya. Laki-laki itu berterima kasih kepada keduanya atas nasihatnya tanpa menyalah-nyalahkan.

Ketahuilah wahai saudaraku, nasihat adalah salah satu pilar penting dari ajaran Islam. Dengannya, seorang muslim keluar dari kerugian.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

 “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 3)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda,

إن الدينَ النصيحةُ ، إن الدينَ النصيحةُ ، إن الدينَ النصيحةُ . قالوا : لمَن يا رسولَ اللهِ ؟ قال : للهِ ، وكتابِه ، ورسولِه ، وأئمةِ المؤمنين وعامَّتِهم ، وأئمةِ المسلمين وعامَّتِهم

Sesungguhnya agama itu nasihat, sesungguhnya agama itu nasihat, sesungguhnya agama itu nasihat. Para sahabat bertanya: ‘untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya’.” (HR. Abu Dawud dan dishahihka Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud, no. 4944)

Seseorang yang menyampaikan nasihat berarti sedang menjalankan ajaran Islam. Kewajibannya adalah ikhlas dalam memberi nasihat. Yaitu semata-mata mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala dan menjadikan saudaranya kembali kepada kebenaran. Tidak boleh ada niatan ingin menonjolkan kecerdasannya dan merendahkan orang yang dinasihati. Oleh sebab itu ia harus menyampaikan nasihat dengan cara lembut dan baik yang bisa membuka hati.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Nahl: 125)

Berikan nasihat dengan sembunyi-sembunyi, jangan diumbar depan publik atau dipublish di media sosial. Jangan ada kesengajaan untuk menyakiti perasaannya dan menjatuhkan harga dirinya.

Imam Al-Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

تغمدني بنصحك في انفرادي *** وجنبني النصيحة في الجماعة

Sampaikan nasihatmu kepadaku secara pribadi *** jangan nasihati aku di depan khalayak.

فإن النصح بين الناس نوعٌ  *** من التوبيخ لا أرضى استماعه

Karena nasihat yang disampaikan di depan orang banyak adalah bentuk *** menjelekkanku, aku tidak ridha mendengar seperti itu.

Ada pendapat mengatakan bahwa nasihat itu berat. Jangan jadikan semakin berat dengan cara kasar. Maka ringankan dengan penyampaian yang lembut.

Selain itu, tidak boleh menutupi kesalahan saudara yang dinasihati. Beri tahu kepadanya tentang kesalahan dan aibnya. Jangan tutup-tutupi sehingga ia tak sadar dengan kesalahan tersebut.

Semoga dengan nasihat yang baik saudara kita menjadi lurus dan benar. Kita bahagia dengan kembalinya ia kepada kebenaran. Sebagaimana kita suka kepada kebenaran itu untuk diri kita. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version