View Full Version
Selasa, 10 Oct 2017

Cara Menasihati ''Si Ngeyel'' Ahli Maksiat

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dna para sahabatnya.

Menghentikan kemungkaran dan menasihati pelaku maksiat wajib bagi seorang muslim yang memiliki kemampuan dan kekuatan. Seperti orang tua terhadap anak-anaknya, suami terhadap istrinya, seorang saudara terhadap saudaranya, kepala lingkungan terhadap masyarakatnya, dan seterusnya.

Seorang kerabat memiliki tanggungjawab lebih terhadap saudara-saudaranya yang menampakkan kemungkaran. Sebagai tanggungjawab dirinya sebagai seorang muslim, juga sebagai hak kerabat. Dirinya bisa menjadikan alasan cinta dan sayang sebagai senjata untuk memperbaikinya. Rasa ini juga bisa menjadikan dirinya lebih ikhlas dalam memberi nasehat sehingga lebih kuat untuk diterima.

Saat seseorang ikhlas maka ia akan mencari cara terbaik dan metode paling efektif untuk menasihati saudaranya tadi. Tujuannya agar saudaranya sadar dan meninggalkan maksiat tersebut.

Jika seorang pelaku maksiat mengetahui bahwa orang yang menegur dan menasihatinya benar-benar menginginkan kebaikan untuk dirinya maka ia lebih lapang untuk menerima nasihat tersebut.

Seorang pemberi nasihat harus mengetahui karakter orang yang dinasihatinya untuk menyesuaikan kalimat dan pendekatan yang lebih tepat sehingga usahanya lebih membuahkan hasil.

Syaikh Ibnu Jibrin dalam tulisan beliau tentang fiqih nasihat yang dipublish di Situs Ibnu Jibrin, ibn-jebreen.com menuturkan bahwa manusia berbeda-beda karakternya. Di antara mereka ada yang mudah terenyuh dengan nasihat sehingga dengan sedikit nasihat dan peringatan hatinya sudah luluh; takut dampak dan imbas maksiat.

Namun ada juga manusia yang super ngeyel, keras kepala, lagi hobi maksiat. Maka tipe ini butuh diomongin lebih.

Pertama, diseru dengan lemah lembut sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.” (QS. Ali Imran: 159)

Kedua, diingatkan dengan asal penciptaannya dan tempat kembalinya. Juga diperingatkan dengan ayat-ayat Allah dan mahluk ciptaan Allah.

Ketiga, diajak berdiskusi tentang syubuhat dan persepsinya tentang perbuatannya sehingga syubuhat itu hilang dari pikirannya.

Keempat, jika kemaksiatannya semakin bertambah dan tidak mempan nasihat maka ia harus diberi sangsi agar kapok. Sehingga dirinya dan orang semisalnya tidak lagi berani terang-terangan maksiat. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version