View Full Version
Jum'at, 22 Dec 2017

Jadi Anak Berbakti, Tak Harus Rayakan Hari Ibu

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah dudukkan berbakti (berbuat baik) kepada orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada-Nya semata. Ini menunjukkan agungnya memperhatikan hak kedua orang tua. Berbuat baik kepada keduanya termasuk pokok fadhoil atau amal-amal utama dalam Islam.

[Baca: 5 Alasan Birrul Walidain Penting Bagi Seorang Muslim]

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

  وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.  ” (QS. Al-Isra’: 23)

واعبدوا الله وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وبالوالدين إِحْسَاناً

Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. Al-Nisa’: 36)

Lebih-lebih kepada Ibu. Islam menjadikan hak seorang ibu lebih besar dari ayah karena beratnya mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik anak.

Dikisahkan ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya, wahai Rasulullah?

Beliau menjawab, “Ibumu.”

Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?”

Beliau jawab, “Ibumu.”

Ia bertanya ketiga kalinya, “Lalu siapa?”

Beliau jawab, “Ibumu.”

Ia bertanya yang keempat kalinya, “Lalu siapa?”

Beliau jawab, “bapakmu.”

Ternyata, Al-Qur'an langsung menyebutkan beban mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik anak ini agar betul-betul terpatri pada pikiran dan jiwa anak-anaknya.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14)

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Ringkasnya, berbuat ihsan kepada Ibu sangat-sangat diperintahkan dalam Islam. Tentunya kepada Bapak juga. Tidak dibatasi waktu dan tempat. Bahkan setelah keduanya tiada, seorang muslim tetap diperintahkan berbuat baik kepada kedua orang tuanya. [Baca: 5 Bentuk Berbuat Baik ke Orang Tua yang Sudah Meninggal]

Kapan saja kita selalu diperintahkan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Bentuknya dengan tutur kata yang baik dan sopan, mendoakan ampunan dan kebaikan, memenuhi kebutuhan mereka, mencukupkan sandang, pangan, dan papannya.

Berkhidmat kepada mereka semampu tenaga, patuh saat diperintah -selama tak langgar syariah-, termasuk bentuk berbakti atau berbuat ihsan kepada keduanya. Tidak terbatas di hari Ibu. Peringatan hari Ibu itu adat dari luar Islam. Untuk menjadi anak berbakti –khususnya ibu- tak harus rayakan HARI IBU. Wallahu a’lam.[PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version